40
Emisi Dinitrogen Oksida Tidak Langsung dari Manajemen Manur
Emisi tidak langsung merupakan hasil dampak negatif dari nitrogen volatile Nitrogen yang mudah menguap yang terjadi terutama dalam bentuk amonia dan
NOx. Fraksi nitrogen organik diekskresikan yang termineralisasi untuk nitrogen amonia selama pengumpulan kotoran ternak dan penyimpanan tergantung terutama
pada waktu, dan dengan peningkatan suhu yang lebih rendah. Bentuk nitrogen organik sederhana seperti urea pada mamalia dan asam urat pada unggas dengan
cepat termineralisasi untuk nitrogen amonia, yang sangat volatile dan mudah menyebar ke udara sekitarnya Asman et al., 1998; Monteny dan Erisman, 1998.
Dalam memperkirakan jumlah nitrogen dari kotoran ternak yang sebagian besar untuk pupuk kandang, atau untuk digunakan dalam pakan, bahan bakar, atau
keperluan konstruksi maka diperlukan untuk mengurangi jumlah total nitrogen yang dikeluarkan oleh ternak yang dikelola oleh sistem kehilangan N melalui volatilisasi
yaitu, NH
3
, N
2
dan NOx, konversi ke N
2
O dan kehilangan N melalui pencucian Run offleached dan limpasan. Faktor emisi dinitrogen oksida secara tidak
langsung dari manajemen manur disajikan pada Tabel 12 dan Tabel 13. Tabel 12. Koefisien untuk Menghitung Faktor Emisi N
2
O Tidak LangsungIndirect dari Manajemen Manur Menggunakan Model I
No. Jenis
Ternak PRP
Nex Nadj
EF FNv
EFv FNIr
EFIr
1. Sapi Potong
40 1
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075
2. Sapi Perah
10 60
1 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
3. Kerbau
90 40
1 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
4. Kuda
40 1
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075
5. Kambing
50 40
1 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
6. Domba
50 12
1 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
7. Babi
16 1
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075
8. Unggas
0,6 1
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075
Perhitungan emisi dinitrogen oksida dari manejemen manur dimulai dengan
menghitung nilai Nm di mana rumus yang digunakan adalah Nm = Populasi x Nex x Nadj x PRP100
. Nilai PRP tertinggi pada penelitian ini baik
41 menggunakan model I maupun model II adalah ternak kerbau yaitu 100. Persentase
PRP merupakan manajemen manur yang biasa dilakukan dengan menggembalakan ternak di ladang pastura. Pada penelitian ini diestimasikan bahwa seluruh ternak
kerbau di Provinsi Jawa Barat menggunakan sistem semi intensif. Hal ini berdasarkan skripsi Robbani 2009 yang dalam skripsinya menyatakan bahwa ternak
Kerbau di Bogor mayoritas menggunakan sistem semi intensif. Pada perhitungan model II nilai PRP untuk sapi potong pada setiap jenis bangsa dan usia, unggas, kuda
dan babi bernilai sama yaitu 0. Kerbau potong untuk semua jenis umur memiliki PRP yang bernilai sama yaitu 0 sedangkan untuk kerbau kerja pada umur dewasa jantan
dan betina memiliki PRP yang bernilai sama yaitu 90 sedangkan ternak muda dan pedet memiliki PRP bernilai 0. Hal ini dikarenakan untuk setiap ternak potong baik
sapi, unggas, babi maupun kerbau dan ternak kuda tidak dikandangkan di pastura, ternak-ternak tersebut dikandangkan secara intensif. Sedangkan untuk ternak kerja
dengan usia dewasa, sebagian besar pemeliharaannya digembalakan di ladang pastura.
Nilai Nex tertinggi baik pada model I maupun model II terdapat pada sapi perah yaitu bernilai 60. Sedangkan Nex terendah baik pada model I maupun model II
terdapat pada ternak unggas yaitu bernilai 0,6. Nilai EF, FNv, EFv, FNIr dan EFIr untuk semua jenis ternak bernilai sama yaitu berturut-turut 0,02; 0,2; 0,01; 0,3.
0,0075. Hal ini dikarenakan nilai EF, FNv, EFv, FNIr dan EFIr merupakan nilai default-IPCC.
Kemudian dilakukan perhitungan emisi dinitrogen oksida tidak langsung dari
manajemen manur yaitu menggunakan rumus LN2O = LN
2
OIr + LN
2
ONdep + LN
2
Odir di mana LN
2
ONdep = Nm x FNv x Efv x 44281.000.000; LN
2
OIr = Nm x FN Ir x EF Ir x 44.281.000.000 dan LN
2
Odir = Nm x Ef x 44281.000.000.
Nilai EF, FNv, Efv, FN Ir, Ef Ir yang terdapat pada model I maupun pada model II untuk tiap jenis ternak sama. Jadi, yang menentukan besarnya
emisi dinitrogen oksida dari manajemen manur adalah nilai Nm.
42 Tabel 13. Koefisien untuk Menghitung Faktor Emisi N
2
O Tidak LangsungIndirect dari Manajemen Manur Menggunakan Model II
No. Jenis Ternak PRP
Nex Nadj
EF FNv
EFv FNIr
EFIr 1.
Sapi Potong Brahman
Jantan Dewasa 40
0,3 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Betina Dewasa 40
0,6 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Pedet Betina 40
0,3 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Betina Muda 40
1 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Pedet Jantan 40
1 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Jantan Muda 40
0,6 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Brangus Jantan Dewasa
40 1
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075 Betina Dewasa
40 1
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075 Pedet Betina
40 0,3
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075 Betina Muda
40 0,6
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075 Pedet Jantan
40 0,3
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075 Jantan Muda
40 0,6
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075 Limosin
Jantan Dewasa 40
1 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Betina Dewasa 40
1 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Pedet Betina 40
0,3 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Betina Muda 40
0,6 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Pedet Jantan 40
0,3 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Jantan Muda 40
0,6 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
PO Jantan Dewasa
30 40
1 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Betina Dewasa 30
40 1
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075 Pedet Betina
30 40
0,3 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Betina Muda 30
40 0,6
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075 Pedet Jantan
30 40
0,3 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Jantan Muda 30
40 0,6
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075 Simbra
Jantan Dewasa 40
1 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Betina Dewasa 40
1 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Pedet Betina 40
0,3 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Betina Muda 40
0,6 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Pedet Jantan 40
0,3 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Jantan Muda 40
0,6 0,02
0,2 0,01
0,3 0,0075
Simental Jantan Dewasa
40 1
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075 Betina Dewasa
40 1
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075 Pedet Betina
40 0,3
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075 Betina Muda
40 0,6
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075 Pedet Jantan
40 0,3
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075 Jantan Muda
40 0,6
0,02 0,2
0,01 0,3
0,0075
2. Sapi Perah