tekanan. Apakah akibat dari faham Bakunin ini? Akibatnya ialah akan timbul kekacauan- kekacauan di dalam masyarakat yang mempunyai negara. Kalau dilihat dari sudut tata tertib
dimana negara sangat diperlukan, pendapat Bakunin ini justru menghendaki kekuasaan diatasnya dan disebut anarkhisme. Faham ini tidak banyak pengikutnya dan buktinya hingga
sekarang masyarakat masih mengakui perlu adanya negara. Faham ini juga tidak mengikuti sejarah manusia dan ilmu negara ia tidak mendapat tempat yang subur.
9. Aliran Fascisme.
Sekitar tahun 1922 – 1944 sebelum perang dunia kedua selesai, di Italia terdapat suatu faham yang perpengaruh dan disebut Facisme. Ajarannya pertama-tama menolak adanya negara
hukum yang demokratis dimana dalam negara demokratis diakui adanya hak-hak kemerdekaan manusia. Lalu sebagai kelanjutannya ialah tidak diakuinya pembagian kekuasaan yang hendak
mencegah adanya tindakan-tindakan sewenang-wenang. Pembagian kekuasaan dianggap sebagai sekunder, kedaulatan tertinggi terletak pada negara dan tidak diakui adanya kekuasaan
yang lebih tinggi dari negara. Tidak boleh ada pendapat yang bertentangan dengan negara dan semuanya adalah kepentingan negara. Semua kekuasaan dipusatkan pada negara dan yang
memegang kekuasaannya adalah Duce pemimpin atas Capodel Governo. Dalam negara hanya ada satu partai sebagai elit dan yang lainnya tidak diakui. Negara adalah satu dan sama. Karena
sifatnya itu maka negara Fascis mempunyai ciri otoriter, totaliter dan korporatif. Jadi didalam negara Fascis orang tidak mengenal negara hukum yang dapat menjamin kebebasan hukum dan
kebebasan politik daripada warga negaranya. Negara Fascis merupakan negara yang paling berkuasa dan menentukan segala kekuatan baik dalam bidang moral maupun dalam bidang
intelektual dari individu-individu.
10. Aliran National Sosialisme
Dalam kurun waktu yang sama dengan Facisme di Italia , faham ini punya pengaruh yang sangat besar sekali di Jerman sebelum perang dunia kedua. Kalau menurut faham Facisme
negara adalah yang paling penting dan berkuasa maka menurut faham National Sosialisme bangsa Jermanlah yang paling utama di Dunia. Yang menjadi pusat dari Negara National
Sosialisme Jerman adalah Fuhrer, Reichstag tidak mempunyai arti sama sekali ia berkumpul kalau diperlukan oleh Fuhrer untuk memberitahukan apa yang sudah dan yang akan dijalankan
olehnya. Faham ini dihidupkan diatas mythos bangsa Jerman yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari semua bangsa-bangsa di dunia baik mengenai ciri-ciri jasmaninnya maupun
rohani. Menurut ajarannya mengenai ras para sarjana jerman hendak membuktikan bahwa ia adalah keturunan dewa-dewa yang disebut sebagai Das Hernnvolk yang mempunyai bakat-bakat
yang lebih tinggi dari bangsa lainnya.
11. Aliran Liberalisme
Aliran ini sudah lama timbul sebagai reaksi dari faham Mercantilisme yang hidup pada abad 16, 17, 18 dan 19 di negara-negara barat yang melaksanakan politik ekonomi berdasarkan
sistem perdagangan yang menguntungkan. Negara yang menganut aliran ini tentunya hendak
mengusahakan agara ekspor lebih besar dari impor sehingga pemasukan uang lebih banyak daripada pengeluarannya.
Faham Liberalisme ditujukan kepada kebesaran dalam bidang ekonomi dan politik. Dalam bidang ekonomi terutama dimaksudkan sebagai kemerdekaan dan kebebasan yang
leluasa dalam mencapai kemakmuran rakyatnya. Faham ini mula-mula di kemukakan oleh Emmanuel Kant yang menghendaki kebebasan rakyat dari campur tangan pemerintah dengan
mengemukakan unsur-unsur yang penting dalam negara hukum seperti hak asasi manusia dan pembagian kekuasaan. Dari ajaran Emmanuel Kant ini ternyata negara hukum tidak dapat
dipertahankan lagi tanpa campur tangan pemerintah terhadap kemakmuran masyarakatnya. Faham liberalisme ini membiarkan setiap individu mengembangkan bakatnya masing-masing
tanpa paksaan, tekanan dan lain-lain. Dengan filsafat hidup ini maka mereka beranggapan bahwa kebahagiaan hidupnya akan tercapai. Dan dari sinilah muncul pengertian free fight
competition yang membawa bermacam-macam ekses di dalam masyarakat. Antara lain perlombaan dalam mendapatkan keuntungan ekonomi dan sebagai akibatnya timbul segolongan
kecil manusia yang memiliki modal di dalam masyarakat dan menguasai golongan yang terbanyak dalam masyarakat yang hidupnya tergantung dari mereka.
BAB III ILMU NEGARA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN ILMU POLITIK DAN ILMU
KENEGARAAN
Ilmu negara telah dipelajari sejak dahulu namun baru disusun sebagai ilmu pengetahuan secara sistematika pada permulaan abad 20 oleh George Jellinek di Jerman dalam bukunya
Allgemeine Staarslehre. Karena terjadinya itu maka ia mendapat sebutan Bapak dari ilmu negara yang merupakan pedoman legger dan standardwork bagi para sarjana untuk
mengetahui keadaan negara pada masa yang silam dan merupakan sandaran bagi penyelidikan tentang keadaan negara pada masa yang akan datang. Dalam bukunya itu ia membagi ilmu
Kenegaraan atas dua bagian yaitu:
1. Ilmu Negara dalam arti sempit staats wissen schaften 2. Ilmu Pengetahuan Hukum Rech tswissen schaften.
Apa yang dimaksud oleh Jellinek dengan Rech tswissen schaften adalah Hukum Publik yang menyangkut soal kenegaraan, hukum tata negara, hukum administrasi negara, hukum antar
negara, hukum pidana dan sebagainya. Tetapi yang penting dalam pembagian ini adalah bagian yang pertama yaitu ilmu kenegaraan dalam arti sempit yang mempunyai 3 bagian sebagai
berikut:
a. Beschrebende Staatswissenschaft b. Theoretische Staatswissenschaft
c. Praktische staatswissenschaft
Adapun penguraian dari ketiga pembagian itu seperti dibawah ini:
1. Beschrebende Staatswissenschaft
Sifat ilmu kenegaraan ini adalah deskriptif yang hanya menggambarkan dan menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi yang berhubungan dengan negara. Peristiwa-
peristiwa itu merupakan salah satu gejala dalam masyarakat yang ditetapkan dan disusun dalam suatu rangkaian peristiwa sejarah tetapi tidak diterangkan apakah sebab-musababnya. Ilmu
pengetahuan yang menggambarkan peristiwa-peristiwa kenegaraan juga disebut sebagai Edzahlende Staatswissenschaft atau staatenkunde, dengan contoh yang konkrit kita dapat
memberi gambaran yang lebih jelas kepada mahasiswa.
2. Theoretische Staatswissenschaft
Jika Beschreibende Staatswissenschaft mengumpulkan bahan-bahannya, maka Theoretische Staatswissenschaft mengadakan penyelidikan lebih lanjut mengenai bahan-bahan
tersebut. Dengan mengadakan analisa-analisa dan memisahkan mana yang mempunyai ciri-ciri yang khusus, Theoretische Staatswissenschaft mengadakan penyusunan tentang hasil-hasil
penyelidikannya dalam satu kesatuan yang teratur sistematis. Inilah ilmu pengetahuan yang sebenarnya. Karena itu ilmu negara disebut juga Erklarende Staatswissenschaft.
3. Praktische staatswissenschaft