1. Roger H. Soltau : “Negara adalah alat agency atau wewenangauthority yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat”
2. Harold J. Laski : “Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada
individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu. Masyarakat adalah kelompok manusia yang hidup dan berkerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-
keinginan meraka bersama. Masyarakat merupakan negara kalau cara hidup yang harus ditaati baik oleh individu maupun oleh asosiasi-asosiasi ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat
memaksa dan mengikat”.
3. Max Weber : “Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah”.
4. Robert M. Mac Iver : “Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa”.
5. Miriam Budiardjo : “Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah governed oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan
pada peraturan perundang-undangannya melalui pengausan kontrol monopolistis dari kekuasaan yang sah”.
BAB V TEORI-TEORI YANG MEMBERIKAN DASAR-DASAR HUKUM BAGI KEKUASAAN
NEGARA
Teori-teori ini secara garis besat dapat dibagi atas tiga golongan besar yaitu: 1. Teori Theokrasi Theocratische Theorie
a. Langsung b. Tidak Langsung
2. Teori Kekuasaan Machtatheorie a. Fisik
b. Ekonomis. 3. Teori Yuridis Yuridische Theorie
a. Patriarchaal. b. Patrimoniaal.
c. Perjanjian.
Teori-teori itu hendak membenarkan adanya kekuasaan negara, oleh karena itu dalam kepustakaan teori-teori ini sekaligus dibicarakan bersama-sama dengan arti negara dan tujuan
negara.
1a. Teori Theokrasi yang langsung.
Istilah langsung menunjukkan bahwa yang berkuasa di dalam negara itu adalah langsung Tuhan. Dan adanya negara di dunia ini adalah atas kehendak Tuhan dan yang memerintah adalah
Tuhan. Dalam sejarah negara semacam ini pernah ada di Tibet antara Pancen Lama dan Dalai Lama adalah suatu bukti bahwa di dunia ini ada dua raja yang memperebutkan mahkota
kerajaan Tibet. Bahkan sebelum perang dunia kedua, rakyat jepang mengakui rajannya sebagai anak Tuhan
1b. Teori Theokrasi tidak langsung.
Teori ini disebut tidak langsung karena bukan Tuhan sendiri yang memerintahkan negara raja atas nama Tuhan. Raja memerintah atas kehendak Tuhan sebagai kurnia. Anggapan ini
dalam sejarah timbul pada sekumpulan manusia yang merupakan partai konvensional agama di negeri Belanda. Mereka berpendapat bahwa pada raja Belanda serta rakyatnya diletakkan suatu
tugas suci sebagai perintah dari Tuhan untuk memakmurkan daerah Hindia Belanda yang pada waktu itu menjadi daerah jajahannya. Politik yang dilakukan belanda terhadap Hindia Belanda
dulu disebut Enthische Politik yang menganggap bahwa pemerintah Belanda merupakan perwakilan dari Indonesia.
2a. Teori Kekuasaan Fisik Jasmaniah
Sebagai contoh dari teori ini diambil ajaran Hobbes dan Machivelli, Hobbes dalam bukunya “Leviathan” terdapat dua pepatah yang tidak asing bagi kita yang berbunyi sebagai
berikut: Homo Homini Lupus – manusia sebagai serigala terhadap manusia lainnya – Bellum Omnium Contra Omnes – perang semua lawan semua. Dalam ajarannya itu pula hobbes
membedakan dua macam status manusia yang disebut: Pertama, Status Naturalis – kedudukan manusia ketika belum ada negara dan kedua, Status Civilis – kedudukan manusia setelah ada
negara sebagai warga negara. Menurut Hobbes untuk menjadi seorang raja adalah orang yang fisiknya kuat yang melebihi lainnya agar dapat mengatasi segala kekacauan yang timbul dalam
masyarakat. Jadi menurutnya yang kuatlah yang harus berkuasa di dalam suatu negara.
Machiavelli juga mempunyai pendapat yang hampir sama dengan hobbes. Dalam bukunya Il Principle ia mengajarkan kepada raja bagaimanakah caranya memerintah dengan
sebaik-baiknya. Menurutnya untuk mencapai tujuannya para raja harus menyelenggarakan pemerintahan tentang real political. Yaitu dapat menggunakan segala alat yang menguntungkan
baginya. Pada pokoknya keduanya sama-sama membenarkan kekuatan negara itu didasarkan alat kekuatan fisik.
2b. Teori Kekuasaan Ekonomi.
Marx menganggap bahwa negara itu merupakan alat kekuasaan bagi segolongan manusia di dalam masyarakat untuk menindas golongan lainnya guna mencapai tujuannya. Ajaran ini
berlaku baik negara kapitalis ataupun negara proletar yang pemerintahanya lazim disebut sebagai diktator proletariat. Selain itu yang yang penting dalam teori kekuasaan ekonomi dari Karl Marx
adalah sandarannya yang disebut historische materialisme yaitu bahwa sejarah kehidupan
manusia itu dipengaruhi oleh kebendaan. Karl Marx membedakan dua macam bangunan masyarakat yaitu:
1. Bangunan bawah yang didasarkan atas kebendaan. 2. Bangunan atas yang didasarkan atas kemanusiaan.
Jika kekuasaan ekonomi di dalam masyarakat itu kita hubungkan dengan istilah-istilah yang dipergunakan dalam teori politik modern yang disebut rationalisation dan debunking, maka
apa yang dikatakan bahwa hikum itu berdasarkan persamaan, kemerdekaan, keadilan, hanyalah sebagai kedok untuk menutupi maksud yang sesungguhnya. Karna jika dibuka mata kita maka
kita akan melihat bahwa sebenarnya hukum itu untuk sebagai alat untuk menjamin hak milik perorangan.
3a. Teori Patriarchaal.
Teori ini berdasarkan hukum keluarga zaman dahulu, ketika masyarakat masih sangat sederhana dan pada waktu itu negara belum ada, maka masyarakat itu hidup dalam satu kesatuan
keluarga besar yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga. Kejadian-kejadian masyarakat selanjutnya menjadikan masyarakat menjadi lebih besat dari pada kesatuan-kesatuan keluarga itu
sendiri. Hal ini disebabkan karena penaklukan yang dilakukan oleh kepala keluarga terhadap keluarga yang lainnya. Teori inilah yang hendak membenarkan hukum keluarga yang berpangkal
pada raja yang pertama untuk menjadi kepala keluarga.
3b. Teori Patrimonial.
Patrimonial berasal dari istilah patrimonium yang artinya hak milik oleh karena itu raja memiliki hak milik terhadap daerahnya, maka semua penduduk di daerahnya itu harus tunduk
kepadanya.
3c. Teori Perjanjian.
Teori-teori perjanjian dikemukakan oleh tiga tokoh terkemuka, tentang dasar hukum bagi kekuasaan negara yaitu: Thomas Hobbes, John Locke dan Jean Jacques Rousseau. Ketiganya
hendak mengembalikan kekuasaan raja pada waktu pemindahan manusia-manusia yang hidup dalam status naturalis kepada status civilis melalui suatu perjanjian masyarakat. Antara ketiga
faham tersebut terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya terletak pada perjanjian masyarakatnya yang memindahkan manusia dalam status naturalis ke arah civilis. Perbedaannya
terdapat pad isi dan akibatnya.
Menurut Thomas Hobbes manusia itu selalu hidup dalam ketakutan yaitu takut akan diserang oleh manusia lainnya yang lebih kuat keadaan jasmaninya. Karena itu lalu diadakan
perjanjian masyarakat dan dalam perjanjian itu diadakan antara rakyat dengan rakyat sendiri dan raja tidak diikutsertakan. Di dalam sejarah perjanjian seperti itu belum pernah ada, tetapi hobbes
membuat ajaran hanya sebagai konstruksi dalam pikiran saja untuk menghalalkan kekuasaan raja.
Menurut John Locke antara raja dengan rakyat mengadakan perjanjian dan karena perjanjian itu maka raja berkuasa untuk melindungi hak-hak rakyat. Kalau raja bertindak
sewenang-wenang maka rakyat dapat meminta pertanggung jawabannya. Akibat dari perjanjian ini akan menghasilka monarchie constitusionil atau monarchie terbatas, sebab kekuasaan raja
kini dibatasi konstitusi.di dalam perjanjian tersebut ada 2 macam pactum:
1. Pactum uiniones – perjanjian untuk membentuk suatu kesatuan kolektivitas antar individu.
2. Pactum Subyektiones – perjanjian penyerahan kekuasaan antara rakyat dan raja. Faham Rousseau adalah kebalikan daripada Hobbes, menurut hobbes Pactum uiniones itu
ditelaah oleh Pactum Subyektiones maka menurut Rousseau sebaliknya yaitu Pactum Subyektiones yang ditelaah oleh Pactum uiniones. Oleh karena itu akibat dari ajarannya adalah
kedaulatan rakyat dan rakyat tidak pernah menyerahkan kepada raja, bahkan kalau ada raja yang memerintah raja itu hanya sebagai mandataris dari pada rakyat.
BAB VI TUJUAN NEGARA