5. Kedaulatan Hukum. Ajaran ini merupakan ajaran yang paling modern yang masih berlaku hingga sekarang.
Sebagai alasan untuk menentang ajaran kedaulatan negara oleh Krabbe yang dikemukakan bahwa kekuasaan tertinggi itu tidak terletak pada kehendak pribadi raja. Yang menjadi sumber
hukum adalah kesadaran hukum daripada manusia yang setiap kali merupakan alat pengukur untuk menentukan baik tidaknya suatu peraturan hukum.
Faham lainnya yang mengartikan kedaulatan hukum adalah Hans Kelsen yang tidak mengenal kedaulatan hukum yang bersumber kepada kesadaran hukum. Menurutnya hukum itu
berlaku tanpa menunggu penerimaan dari rakyat, karena sifat hukum impresif. Kemudian dalam ajarannya ia tidak mengenal negara sebagai suatu kenyataan, melainkan negara itu disamakan
dengan kumpulan-kumpulan dari peraturan hukum yang berlaku.
Negara Hukum
Aristoteles merumuskan negara sebagai negara hukum yang didalamnya terdapat sejumlah warga negara yang ikut serta dalam permusyawaratan negara. Peraturan yang
sebenarnya menurut Aristoteles ialah peraturan yang mencerminkan keadilan bagi pergaulan antara warga negaranya.
Menurut Kant untuk dapat disebut negara hukum harus memiliki empat unsur pokok: 1. Adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia
2. Adanya pemisahan kekuasaan dalam negara. 3. Setiap tindakan negara harus berdasarkan UU yang dibuat terlebih dahulu.
4. Peradilan administrasi untuk menyelesaikan perselisihan tersebut. Maka muncullah tipe negara hukum yang disebut Negara kesejahteraan atau Social
Service State atau Walfahrt Staat.
BAB XII KONSTITUSI
Istilah dan Definisi
Konstitusi berarti hukum dasar, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Hukum dasar yang tertulis disebut Undang-undang Dasar, sedang hukum dasar yang tidak tertulis disebut
konvensi yaitu kebiasaan ketata negaraan atau aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara.
Definisi konstitusi menurut E.C.S. Wade adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara
kerja badan-badan tersebut. Kemudian Herman Fiener menamakan Undang-undang Dasar sebagai riwayat hidup suatu hubungan kekuasaan.
Pengertian Konstitusi.
Sering dalam buku pelajaran pengertian konstitusi sama dengan Undang-undang Dasar. Pendapat ini adalah keliru, sebab pengertian konstitusi adalah jauh lebih luas dari undang-
undang. Hermen Heller mengemukakan didalam bukunya Verfassunglehre ajaran tentang konstitusi. Ia membagi konstitusi menjadi tiga tingkat yaitu:
1. Konstitusi sebagai pengertian sosial politik. Pada pengertian ini konstitusi belum merupakan pengertian hukum, ia baru
mencerminkan keadaan sosial politik suatu bangsa itu sendiri. Di sini pengertian hukum adalah sekunder, yang primer adalh bangunan-bangunan masyarakat. Dan ini berdasarkan keputusan
masyarakat.
2. Konstitusi sebagai pengertian hukum. Pada pengertian kedua ini keputusan masyarakat tadi dijadikan suatu perumusan yang
normatif. Yang kemudian harus berlaku. Pengertian politik diartikan sebagai suatu kenyataan yang harus berlaku dan diberikan suatu sanksi kalau hal tersebut dilanggar.
3. Konstitusi sebagai suatu peraturan hukum tertinggi dan tertulis yang berlaku pada suatu negara.
Pengertian ketiga adalah suatu peraturan hukum yang ditulis. Dengan demikian Undang- undang dasar adalah suatu bagian dari konstitusi dan bukan sebagai penyamaan pengertian
menurut anggapan-anggapan sebelumnya. Pengertian undang-undang adalah lebih sempit dari pada pengertian konstitusi demikian
menurut Laselle. Ia adalah tokoh sosialisme yang mendirikan serikat-seriakat buruh di perancis dan merupakan lawa Marx dan Hegel. Laselle membagi konstitusi dalam dua pengertian yaitu:
1. Konstitusi merupakan hubungan antara kekuasaan yang terdapat dalam masyarakat faktor kekuatan riil.
2. Konstitusi adalah apa yang ditulis diatas kertas mengenai Lembaga-Lembaga negara dan prinsip-prinsip memerintah dari suatu negara. Sama dengan faham modifikasi.
Pengertian lain dari konstitusi dari seorang sarjana Jerman Carl Schmit. Carl membahas konstitusi dengan mengemukakan 4 pengertian dari konstitusi yakni:
1. Konstitusi dalam arti absolut
Konstitusi ini mencakup seluruh keadaan atau struktur dalam negara itu. Konstitusi harus menentukan segala macam kerja sama negara
2. Konstitusi dalam arti relatif. Konstitusi ini mempunyai sege relatif karena adanya proses retifering daripada konstitusi
tersebut. Proses ini berlangsung karena konstitusi itu dianggap sebagai sebuah naskah penting yang sulit untuk di ubah-ubah.
3. Konstitusi dalam arti positif. Dalam pengertian ini konstitusi merupakan suatu putusan yang tertinggi dari pada rakyat
atau orang-orang yang tergabung dalam organisasi yang disebut negara. 4. Konstitusi dalam arti yang ideal.
Segi ideal ini sebenarnya jika dilihat dalam sejarah, mula-mula sekali memang ideal untuk golongan borjuis liberal. Jadi dianggap suatu idegagasan atau cita-cita yang mutlak agar
penguasa tidak bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya dn kemudian faham ini diterima oleh semua negara.
Sifat dari Konstitusi.
Menurut Prof. K. C. Wheare sifat dari konstitusi dapat dibagi sebagai berikut: 1. Tertulis dan tidak tertulis.
Dalam dunia modern faham yang membedakan tertulis atau tidak tertulis hampir tidak ada. Kalau masih ada yang tidak tertulis mungkin hanya di inggris. Konstitusi di Inggris
disebutkan oleh Dicey dapat dibagi atas dua golongan yaitu: -
The law of the constitution hukum konstitusi -
The Conventions or the Constitution. konvensi-konvensi konstitusi Perbedaan antara hukum konstitusi dan konvensi konstitusi bukan terletak pada yang satu
tertulis dan yang lain tidak tetapi bentuk yang pertama diakui dan dapat dipaksakan oleh pengadilan sedangkan bentuk yang kedua betapapun pentingnya dalam praktek tak dapat
dipaksakan oleh badan-badan peradilan.
2. Fleksibel atau Rigid Fleksibel atau rigid nya suatu konstitusi tergantung pada tiga hal:
1. Mudah atau tidak mudah dirubah 2. Mudah atau tidak dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat.
3. Tergantung pada kekuatan yang nyata dalam masyarakat.
Fungsi Konstitusi.
Bila dilihat dari fungsinya maka konstitusi dibagi menjadi dua yaitu: Membagi kekuasaan dalam negara.
Membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa dalam negara. Bagi yang memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggapnya sebagai
orgainisasi kekuasaan mak konstitusi dapat dipandang sebagai Lembaga atau kumpulan asas yang menetapakan bagaimana kekuasaan dibagi diantara Lembaga kenegaraan, misalnya antara
badan legislatif, badan eksekutif dan badan yudikatif. Konstitusi menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan itu bekerja sama dan menyesuaikan diri satu sama lain.
Dari uraian diatas konstitusi itu berfungsi serta mengatur pembagian kekuasaan dalam negara dalam dua bentuk :
A. Secara Vertikal Yaitu pembagian kekuasaan menurut tingkatnya, yang dimaksud ialah pembagian
kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan. Carl J. Friderich memakai istilah pembagian kekuasaan secara teritorial teritorial division of power. Disamping itu konstitusi juga mengatur
pembagiaan kekuasaan dalam negara. Macam-macam konstitusi tersebut adalah:
1. Konstitusi Unitararis. Disebut demikian apabila pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dan daerahnya
tidak sama dan tidak sederajat dengan kekuasaan pusat merupakan kekuasaan yang menonjol. Kekuasaan yang ada di daerah bersifat derivatif tidak langsung dan sering dalam bentuk yang
luas otonom.
2. Konstitusi Federalistis. Pemerintah pusat mempunayi kekuasaan sendiri dan bebas dalam bidangnya sendiri serta
bebas dari pengawasan pihak pihak pemerintah negara Bagian dan dan begitu pula sebaliknya tidak lebih tinggi dan lebih rendah dengan yang lainnya. Beberapa ciri dari negara Federal:
a. Adanya supremasi daripada konstitusi dimana federal terwujud. b. Adanya pembagian kekuasaan antara negara-negara federal dengan negara-negara
bagian. c. Adanya suatu Lembaga yang diberi wewenang untuk menyelesaikan suatu perselisihan
antara negara federal dengan pemerintah negara-negara bagian. 3. Konstitusi Konfederalistis.
Negara konfederasi adalah bentuk serikat dari negara-negara berdaulat tetapi kedaulatannya tetap dipegang oleh negara-negara bersangkutan. Diragukan juga apakah negara
konfedersi ini merupakan suatu negara atau dan juga diragukan apakah konfederasi ini mempunyai konstitusi.
B. Secara Horizontal Pembagian kekuasaan menurut fungsinya. Pembagian kekuasaan ini menunjukkan pula
perbedaan antara fungsi-funsi pemerintahan yang bersifat legislatif, eksekutif dan yudikatif yang lebih dikenal dengan Trias Politica. Dengan demikian fungsi konstitusi dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional maka konstitusi mempunyai funsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan pemerintahan sedemikian
rupa sehingga penyelenggaran kekuasaan tidak sewenang-wenang. Dengan demikian diharapkan hak-hak warga negara akan lebih terlindungi.
Maksud dari Konstitusi.
Setiap undang-undang dasar mempunyai maksud. Antara lain pernah diutarakan maksud dan tujuan negara yang mempergunakan undang-undang dasar adalah sebagai berikut: “Dalam
konstitusi yang modern ada tercantum bahwa tujuan negara adalah untuk memelihara dan mengembangkan kesejahteraan seta keselamatan warga negara”.
Dalam konstitusi Indonesia dapat dilihat pada pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. Dalam pembukaan disebukan pada alinea ke-4 yaitu :
“Kemudian dari itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan dan perdamaian abadi dan keadilan sosial maka disusunlah
Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepda Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab dan Kerakyatan yang dipimpin
oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam permusyawaratanperwakilan serta dengan mewujudkan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam batang tubuh UUD 45 dinyatakan bahawa Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik Indonesia pasal I ayat 1.
Nilai dari Konstitusi.
Karl Laewenstein memberikan tiga tingkatan nilai pada konstitusi yaitu: a. Nilai yang bersifat Normatif.
Maksudnya ialah kalau peraturan hukum itu masih dipatuhi oleh masyarakat, kalau tidak ia merupakan peraturan yang mati, tidak pernah terwujud. Jadi normatif jika konstitusi itu resmi
diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka bukan saja berlaku dalam arti hukum tetapi juga merupakan kenyataan dalam arti sepenuhnya.
b. Nilai yang bersifat Nominal. Maksudnya ialah kalau kontitusi itu kenyataan tidak dilaksanakan dan hanya disebutkan
namanya saja. Dengan kata lain konstitusi tersebut menurut hukum berlaku tetapi tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya yaitu tidak memiliki kenyataan yang sempurna
c. Nilai yang bersifat Semantik. Nilai konstitusi yang besifat semantik ialah suatu konstitusi yang dilaksanakan dan
diperlukan dengan penuh, tetapi hanyalah sekedar memberi bentuk dari tempat yang telah ada untuk melaksanakan kekuasaan politik.
BAB XIII BENTUK NEGARA, BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN