- Pertumbuhan Primer
- Pertumbuhan Sekunder
8. BAB 8 Tipe-Tipe Pokok Negara dalam Sejarah
- Tipe Negara Timur PurbaKuno
- Tipe Negara Yunani PurbaKuno
- Tipe Negara Romawi PurbaKuno
- Tipe Negara Abad Pertengahan
- Tipe Negara Hukum
9. BAB 9 Perbedaan Hukum Publik dan Hukum Privat
10. BAB 10 Unsur-Unsur Negara
- Wilayah
- Rakyat
- Pemerintahan
11. BAB 11 Kekuasaan Negara dan Hukum
- Kekuasaan
- Kewibawaan
- Kedaulatan
- Negara Hukum
- Kedaulatan Hukum
12. BAB 12 Konstitusi
- Istilah dan Definisi
- Pengertian Konstitusi
- Sifat dari Konstitusi
- Fungsi dari Konstitusi
- Maksud dari Konstitusi
- Nilai-Nilai dari Konstitusi
13. BAB 13 Bentuk Negara, Bentuk Pemerintahan, dan Sistem Pemerintahan
- Bentuk Negara pada Zaman Yunani Kuno
- Bentuk Negara pada Zaman Pertengahan
- Bentuk Negara pada Zaman Sekarang
14. BAB 14 Bangunan Negara dan Kerjasama Antar Negara
- Negara Kesatuan
- Negara Federal
- Negara Konfederasi
- KerjasamaHubungan Antar Negara
- Hukum Internasional Publik
15. BAB 15 Fungsi Negara
- Sejarahnya
- Fungsi Negara
16. Alat-Alat Perlengkapan Negara 17. Lembaga Perwakilan
- Sejarahnya
- Hubungan Antara Si Wakil dengan yang Diwakili
- Sifat Perwakilan
- Macam-Macam Lembaga Perwakilan
- Fungsi Lembaga Perwakilan
- Lembaga Perwakilan di Indonesia
- Partai Politik
- Sistem Pemilihan Umum
- Sistem Pemilihan Umum di Indonesia
BAB I ILMU NEGARA SEBAGAI MATA PELAJARAN PENGANTAR DALAM
HUBUNGANNYA DENGAN MATAPELAJARAN-MATAPELAJARAN POKOK Pendahuluan
Dalam susunan kurikulum Fakultas Hukum Ilmu Negara dimasukkan sebagai salah satu mata pelajaran dalam tingkat persiapan seperti halnya pengantar Ilmu Hukum dan mata pelajaran
lainnya. Tugas mata pelajaran tersebut sebagai pengantar terhadap mata pelajaran seperti hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara yang akan diberikan pada tingkatan yang lebih
tinggi. Ilmu Hukum sendiri dibagi menjadi dua lapangan yang besar Hukum Publik dan Hukum Privat, maka ilmu Negara akan mengantar para mahasiswa untuk mempelajari Hukum Publik,
khususnya Hukum Tata Negar dan Hukum Administrasi Negara.
Hubungannya dengan mata pelajaran pokok.
Secara garis besar mata pelajaran yang diberikan di Fakultas Hukum dapat dibagi atas 2 bagian, yaitu:
1. Mata pelajaran persiapan istilah sekarang dinamakan mata kuliah dasar keahlian 2. Mata pelajaran Pokok istilah sekarang mata pelajaran keahlian
Mata pelajaran tambahan sendiri bertugas menambah wawasan dan memperluas pengetahuan para mahasiswa menghubungkan hukum sebagai salah satu gejala dalam
masyarakat dengan gejala-gejala lainnya atau sebaliknya. Hukum sebagai salah satu gejala dimasyrakat tidak timbul dengan sendirinya dan sangat erat hubungannya dengan gejala lainnya.
Oleh karena itu seorang sarjana hukum tidak dapat membuat suatu peraturan yang baik tentang pengendalian harga jika ia tidak tahu seluk beluk perekonomian. Dengan kata lain suatu hukum
yang baik adalah suatu peraturan hukum yang memerhatikan faktor-faktor yang hidup dalam masyarakat tersebut.
Prof. Hoetink dalam pidato jabatannya sebagai guru besar dengan judul “achtergrond van het romelns recht” telah menunjukkan bahwa Hukum Romawi tidak dapat dipelajari sendiri
dari pengaruh-pengaruh lainnya, akan tetapi Hukum Romawi harus dipelajari juga dari apa yang menjadi latar belakangnya.
Ilmu Negara sebagai mata pelajaran pengantar mempunyai kedudukan sama dengan pengantar Ilmu Hukum, bedanya pengantar ilmu hukum memiliki bidang yang lebih luas. Ilmu
negara tidak mempunyai nilai-nilai yang praktis melainkan nilai yang teoritis, artinya dalam pelajaran ilmu negara orang tidak dapat menggunakan hasilnya secara langsung didalam praktek.
Berbeda dengan mata pelajaran pokok seperti Hukum Pidana, Hukum perdata, Hukum Tata Usaha dan lain sebagainya. Maka pelajaran yang diperoleh dari mata pelajaran ini orang
langsung dapat menggunakannya dalam praktek maka disebut sebagai ilmu pengetahuan praktis. Jika dihubungkan dengan pendapat Rengers Hora Siccama dalam karangannya yang berjudul
Natuuralijkewaarheid en historische bepal heid, yang maksudnya hendak membedakan kebenaran hakekat dan kenyataan sejarah maka ia menggolongkan tugas ahli hukum dalam dua
golongan yaitu:
1. Ahli hukum bertugas sebagai penyelidik yang hendak mendapatkan kebenaran-kebenaran secara objektif dan untuk itu ia tidak melaksanakan hukum itu sendiri.
2. Ahli hukum bertugas sebagai pelaksana yang akan mempergunakan hukum tersebut dalam keputusan-keputusannya. Keputusan tersebut dapat berbentuk:
a. Undang-undang legislatif b. Vonnis yudikatif
c. Eksekutif beschiking Golongan ini disebut sebagai “de jurist als nedespeler”. Berhubung keputusan-keputusan
ini tergantung kepada pelaksananya maka kadangkala suatu keputusan dianggap baik oleh si pelaksana dan sebaliknua kurang memuaskan bagi yang menerima keputusan, karena
sifat subjektivisme dari keputusan-keputusan itu sangat menonjol.
Sehubugan dengan pendapat Rengers Hora Siccama tersebut maka dapatlah disamakan perumpamaan yang pertama sebagai tugas ilmu negara yang tidak mementingkan teoritisnya.
Ilmu negara sebagai ilmu pengetahuan dasar harus benar-benar memberikan dasar yang bermanfaat dalam mempelajari serta menyelidiki Hukum Tata Negara.
Definisi Ilmu Negara
Ilmu negara adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki asas-asas pokok dan pengertian- pengertian pokok tentang Negara dan Hukum Tata Negara. Maka pertama-tama yang harus
dijelaskan adalah arti dari pada ilmu pengetahuan. Ilmu Pengetahuan adalah hasil pemikiran yang obyektif dan disusun secar sistematis. Beberapa syarat suatu pengetahuan merupakan karya
ilmiah; pertama yaitu syarat obyektif tetapi ilmu pengetahuan harus dapat mengejar kebenaran yang dapat diterima umum. Syarat ke-dua adalah syarat sistematis dimana pengertian yang
diperolehnya tidak boleh bercerai berai, melainkan satu kesatuan.
Dari uraian tersebut di atas, dengan jelas dapat diketahui perumusan yang kita berikan mengenai arti dari Ilmu Negara sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari pengertian-
pengertian dan asas-asas pokok tentang Negara dan Hukum Tata Negara.
BAB II ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU NEGARA
Maksud dari aliran-aliran dalam Ilmu Negara ialah faham-faham atau pendapat-pendapat yang pada suatu waktu dalam perkembangan sejarah manusia mempunyai pengaruh besar
terhadap ketatanegaraan. Faham tersebut timbul karena pandangan hidup dari masyarakatnya yang berbeda-beda. Adapun faham-faham tersebut dimulai dari yang paling kuno sampai pada
faham yang ada pada sekarang ini.
1. Socrates
Socrates adalah sarjana yang memperkenalkan istilah “theoria” sebagai pengetahuan. Menurutnya tugas negara adalah mendidik warga negara dalam keutamaan yaitu memajukan
kebahagiaan bagi para warga negara dan membuat jiwa mereka sebaik mungkin. Menurut socrates keahlian yang sungguh-sungguh menjamin kesejahteraan negara adalah pengenalan
tentang yang baik.
2. Plato
Plato telah menulis dalam bukunya Politieia tentang bagaimanakah corak negara yang sebaiknya atau bentuk negara yang bagaimanakah yang ideal. Pada zaman plato ilmu negara
merupakan cakupan dari seluruh kehidupan yang meliputi Polis negara kota. Karena itu Ilmu Negara pada zaman tersebut diajarkan sebagai CivicsStaatsburgerlijke opvoeding yang masih
merupakan Social moral dan differensiasi ilmu pengetahuan pada waktu itu belum ada. Didalam bukunya diterangkan sekaligus tentang kota atau polis dan tidak diterangkan apa yang
dimaksud dengan negara dan hanya menggambarkanya dalam bentuk ideal. Dalam uraiannya ia menyamakan negara dengan manusia yang mempunyai tiga kemampuan jiwa yaitu:
1. Kehendak 2. Akal pikiran.
3. Perasaan. Sesuai dengan tiga kemampuan jiwa tersebut maka didalam negara juga terdapat tiga
golongan masyarakat yang mempunyai kemampuan masing-masing. Golongan pertama disebut golongan yang memerintah, yang merupakan otaknya didalam negara. Golongan yang kedua
golongan kesatriaprajurit dan bertugas menjaga keamanan negara yang disamakan dengan hasrat manusia. Golongan ketiga adalah golongan rakyat biasa yang disamakan dengan perasaan
manusia.
Faham dari plato hanya angan saja dan ia sadar bahwa negara semacam itu tidak mungkin terjadi didalam kenyataan karena sifat manusia itu sendiri tidak sempurna. Selanjutnya ia
membentuk suatu negara yang maksimal dapat dicapai yaitu disebut sebagai negara hukum. Dalam negara hukum semua orang tunduk terhadap hukum termasuk juga penguasa atau raja.
3. Aristoteles.