1. Status Positif Status positif seorang warga ialah memberi hak kepadanya untuk menuntut tindakan
positif daripada negara mengenai perlindungan atas jiwa, raga, milik, kemerdekaan dan lain sebagainya.
2. Status Negatif Starus negatif seorang warga negara akan memberi jaminan kepadanya bahwa negara
tidak boleh campur tangan terhadap hak-hak asasi warga negaranya. Namun dalam keadaan tertentu negara dapat melanggar hak-hak tersebut jika tindakannya untuk kepentingan umum.
3. Status Aktif Status aktif ini memberi hak kepada setiap warga negaranya untuk ikut serta dalam
pemerintahan. Untuk mewujudkan hak ini setiap warga negaranya diberi hak untuk memilih dan dipilih sebagai anggota dalam Dewan Perwakilan Rakyat.
4. Status Passif Status passif ini merupakan kewajiban bagi setiap warga negara untuk mentaati dan
tunduk kepada seluruh perintah warga negaranya.
Pemerintah.
Pemerintah merupakan alat bagi negara dalam menyelenggarakan segala kepentingan warganya dan merupakan alat dan juga dalam mewujudkan tujuan yang sudah ditetapkan.
Pemerintah harus diartikan luas yang mencakup semua badan-badan negara. Yang penting adalah pemerintah yang berkuasa harus diakui oleh rakyatnya karena pada hakekatnya pemerintah
merupakan pembawa suara dari rakyat sehingga pemerintah dapat berdiri stabil. Demikian pula pengakuan dari luar ata negara lain.
BAB XI KEKUASAAN NEGARA DAN HUKUM
Secara umum kekuasaan itu sering diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang lainkelompok lain sesuai dengan kehendak pemegang kekuasaan itu
sendiri. Oleh Miriam Budiardjo kekuatan di artikan sebagai “Kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau orang lain sedemikian
rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu”.
Max Weber mengartikan kekuatan sebagai “kesempatan dari seseorang atau sekelompok orang-orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri dengan
sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.
Sedangkan Mac Iver merumuskan kekuasaan sebagai ”kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan memberi perintah maupun secara tidak
langsung dengan mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia. Bila persoalan kekuasaan ini hanya diartikan dalam bidang politik saja, maka kekuasaan
itu disebut monoform. Akan tetapi dalam kenyataan-kenyataan yang hidup dalam masyarakat kita mengenal juga kekuasaan lain seperti kekuasaan dalam hubungan orang tua dengan anak, guru
dengan murid dan lainnya, sehingga kekuasaan itu tidak berbentuk satu melainkan banyak yang disebut polyform atau multiform.
Mengenai sifat kekuasaan yang polyform telah dikemukakan oleh Beeling dalam bukunya Kratos, Mens en Macht. Ia membagi kekuasaan menurut sifatnya dalam tiga bagian:
1. Sifat kekuasaan yang fundamental. Maksud sifat kekuasaan yang fundamental ialah bahwa selama manusia masih ada sejak
dahulu sampai sekarang maka kekuasaan itu selalu merupakan dasar bagi manusia untuk melaksanakan kehendaknya terhadap orang lain.
2. Sifat kekuasaan yang abadi. Yang dimaksud disini ialah selama manusia masih ada maka kekuasaan itu tidak akan
hilang. Jadi sejak dahulu sampai sekarang kekuasaan itu tetap ada. 3. Sifat kekuasaan yang multiform.
Kekuasaan itu tidak hanya dikenal dalam bidang politik saja, tetapi juga dalam bidang- bidang kehidupan lainnya seperti hubungan kekuasaan antara majikan dengan buruhnya,
hubungan kekuasaan antara guru dengan muridnya. Negara mempunyai monopoli kekuasaan fisik kata Von Yhering yang artinya negara
sebagai salah satu organisasi dalam masyarakat dibedakan dengan organisasi-organisasi lainnya karena memiliki hak istimewa dalam mempergunakan kekuatan jasmaniahnya, misalnya:
1. Negara bisa memaksakan warga negaranya untuk tunduk kepada peraturannya, jika perlu dengan sanksi hukuman mati.
2. Negara bisa memerintahkan warga negaranya untuk mengangkat senjata untuk membela tanah airnya sekalipun ia berada diluar negeri.
3. Negara berhak menentukan mata uang yang berlaku dan berhak pula memungut pajak
Kekuasaan seperti ini biasa disebut sebagai kekuasaan politik. Oleh Miriam Budiardjo kekuasaan politik ini diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan umum
pemerintah baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan sendiri.
Penggunaan kekuasaan itu bukan tanpa penyakit. Lord Acton mengetengahkan suatu dalil yang amat populer yaitu “power tends to corrupt, but absolute power corrupt absolutly” yang
artinya kekuasaan cenderung untuk disalahgunakan, dan kekuasaan mutlak pasti disalahgunakan.
Kewibawaan.
Yang pokok dalam melaksanakan kekuasaan adalah bila kekuasaan itu diterima oleh masyarakat dan dipatuhi. Kalau sudah dipatuhi maka segala kekuasaan berubah menjadi
kewibawaan. Kekuasaan dalam arti kewibawaan diartikan bahwa pemegang kekuasaan memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan cita-cita dan keyakinan sebagian besar warga masyarakatnya. Max
Weber membagi tiga macam kewibawaan sebagai berikut:
1. Kewibawaan yang bersifat kharismatis. Kewibawaan ini terdapat pada seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat kepribadian yang tinggi dan istimewa.
2. Kewibawaan yang bersifat tradisional. Kewibawaan yang dimiliki oleh raja yang karena hak warisnya mempunyai pengaruh terhadap rakyatnya.
3. Kewibawaan yang bersifat rasional. Kewibawaan yang berdasarkan pertimbangan akal fikiran manusia yang banyak terdapat pada organisasi-organisasi modern dengan disertai
disiplin yang kuat dan birokrasi.
Sedangkan Logemann membagi kewibawaan menjadi lima macam: 1. Kewibawaan berdasarkan ‘magic’ atau kekuasaan gaib. Contoh guru yang mempunyai
pengaruh besar terhadap muridnya dikarenakan mempunyai kekuatan gaib. 2. Kewibawaan berdasarkan ‘dinasti’ atau hak keturunan.
3. Kewibawaan berdasarkan kharisma. 4. Kewibawaan berdasarkan atas kehendak rakyat yang melalui perwakilan.
5. Kewibawaan dari pada elite. Kewibawaan ini dimiliki oleh segolongan kecil dari rakyat di dalam negara yang dapat menguasai negara.
Kedaulatan.
Jika kekuasaan diartikan secara yuridis, maka kekuasaan disebut sebagai kedaulatan. Terdapat banyak perbedaan pendapat tentang arti kedaulatan. Mula-mula diartikan sebagai
kekuasaan tertinggi yang bersifat mutlak, karena tidak ada kekuasaan lain yang mengatasinya.
Yang pertama mengemukakan teori kedaulatan ini adalah Jean Bodin 1530 – 1596 yang mendefinisikan bahwa ‘kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi terhadap para warga negara dan
rakyat tanpa suatu pembatasan undang-undang. Menurut urutan waktunya maka macam-macam kedaulatan dikenal sebagai berikut:
1. Kedaulatan Tuhan. Ajaran kedaulatan Tuhan menerangkan bahwa kekuasaan tertinggi terletak pada Tuhan.
Ia yang menciptakan seluruh alam semesta ini, segala makhluk-makhluk yang hidup di dunia ini. Oleh karena itu Ia adalah berkuasa dalam negara.
2. Kedaulatan Raja-raja Pada mulanya ajaran ini diterima oleh rakyat namun lama kelamaan ia ditolak bahkan di
benci, karena sifat raja yang sewenang-wenang. Rakyat tidak dapat tempat perlindungan lagi dari raja dan di sana sini rakyat mulai sadar bahwa keadaan semacam ini tidak dapat dipertahankan
lagi.
3. Kedaulatan Rakyat. Ajaran kedaulatan rakyat adalah ajaran yang memberi kekuasaan tertinggi kepada rakyat
atau juga disebut pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang menarik adalah ajaran Rousseau yang membagi kehendak dari rakyat menjadi dua:
a. Kehendak rakyat seluruhnya yang dinamakan Volonte de Tous. Digunakan oleh rakyat seluruhnya sekali saja yaitu waktu negara hendak dibentuk melalui perjanjian
masyarakat. Maksudnya adalah untuk memberi sandaran agar supaya mereka dapat berdiri sendiri dengan abadi.
b. Kehendak sebagian dari rakyat yang dinamakan Volonte Generale. Kehendak ini dinyatakan sesudah negara ada sebab dengan keputusan suara terbanyak kini negara bisa
berjalan sistem suara terbanyak, ini dipakai oleh negara-negara demokrasi barat. Keputusan dengan suara terbanyak itu harus ditaati maka keputusan terbanyak itu sama
halnya dengan dictatuur dari suara terbanyak.
4. Kedaulatan Negara Ajaran ini sebenarnya kelanjutan dari ajaran kedaulatan raja dalam susunan kedaulatan
rakyat. Ajaran ini timbul di jerman untuk mempertahankan kedaulatan raja yang pada waktu itu mendapatkan dukungan dari lapisan masyarakat yang sangat besar sekali pengaruhnya yaitu
golongan bangsawan, angkatan perang dan alat-alat pemerintah. Pada hakekatnya ajaran ini sama dengan kedaulatan raja, namun dibuat sedemikian rupa hingga dapat diterima oleh rakyat karena
berpangkal kedaulatan rakyat dan memberi kedok bagi kedaulatan raja yang sudah usang. Karena itu kedaulatan negara sering disebut juga kedaulatan raja-raj modern.
5. Kedaulatan Hukum. Ajaran ini merupakan ajaran yang paling modern yang masih berlaku hingga sekarang.
Sebagai alasan untuk menentang ajaran kedaulatan negara oleh Krabbe yang dikemukakan bahwa kekuasaan tertinggi itu tidak terletak pada kehendak pribadi raja. Yang menjadi sumber
hukum adalah kesadaran hukum daripada manusia yang setiap kali merupakan alat pengukur untuk menentukan baik tidaknya suatu peraturan hukum.
Faham lainnya yang mengartikan kedaulatan hukum adalah Hans Kelsen yang tidak mengenal kedaulatan hukum yang bersumber kepada kesadaran hukum. Menurutnya hukum itu
berlaku tanpa menunggu penerimaan dari rakyat, karena sifat hukum impresif. Kemudian dalam ajarannya ia tidak mengenal negara sebagai suatu kenyataan, melainkan negara itu disamakan
dengan kumpulan-kumpulan dari peraturan hukum yang berlaku.
Negara Hukum
Aristoteles merumuskan negara sebagai negara hukum yang didalamnya terdapat sejumlah warga negara yang ikut serta dalam permusyawaratan negara. Peraturan yang
sebenarnya menurut Aristoteles ialah peraturan yang mencerminkan keadilan bagi pergaulan antara warga negaranya.
Menurut Kant untuk dapat disebut negara hukum harus memiliki empat unsur pokok: 1. Adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia
2. Adanya pemisahan kekuasaan dalam negara. 3. Setiap tindakan negara harus berdasarkan UU yang dibuat terlebih dahulu.
4. Peradilan administrasi untuk menyelesaikan perselisihan tersebut. Maka muncullah tipe negara hukum yang disebut Negara kesejahteraan atau Social
Service State atau Walfahrt Staat.
BAB XII KONSTITUSI