Berdasarkan kajian teori tentang teori yang melandasi model Problem Based instruction
PBI peneliti menyimpulkan bahwa model ini merupakan sebuah model yang terlahir berdasarkan tiga arus besar dalam dunia pendidikan
abad ke-20, antara lain adalah Dewey dan Kelas Berorientasi Masalah; Piaget, Vigotsky, dan Konstruktivisme; serta Bruner dengan Pembelajaran Penemuan.
Ketiga induk teori pembelajaran ini memiliki peran masing-masing dalam melandasi PBI. Pembelajaran berorientasi masalah yang dikemukakan oleh
Dewey memberikan dasar filosofis, sedangkan Piaget dan Vigotsky dengan teori belajar konstruktivisme memberikan landasan teoritis bagi PBI. Bruner
mendukung model pembelajaran Problem Based instruction PBI dengan Discovery Learning
yang meyakini bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui personal discovery
penemuan pribadi.
2.1.3.6. Pembelajaran Kooperatif
Salah satu model pembelajaran inovatif yang menunjang model pembelajaran berdasarkan masalah adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
Kooperatif dan Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan dua macam desain pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling menunjang dengan
kelebihan-kelebihan yang dimiliki. Nur 2011: 57-58 mengatakan bahwa Pembelajaran berdasarkan masalah menghendaki pengembangan keterampilan-
keterampilan kolaborasi siswa, dan guru membantu siswa secara bersama-sama menyelidiki masalah-masalah. Problem Based Instruction PBI juga
mengehendaki agar para siswa merancang dan melaporkan tugas-tugas mereka.
a Pengertian Pembelajaraan Kooperatif
Thompson dan Smith 1995:25 menyatakan pendekatan kooperatif menempatkan siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk
mempelajari materi akademik dan keterampilan antar pribadi. Anggota kelompok bertanggungjawab atas ketuntasan tugas-tugas kelompok dan untuk mempelajari
materi itu sendiri. Bila dibandingkan dengan situasi pembelajaran kompetitif atau individual, pembelajaran kooperatif mejaga kesuksesan akademik, pribadi dan
sosial untuk semua siswa. Amri dan Ahmad 2010: 67 menyatakan pendekatan kooperatif
dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, pendekatan ini juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. beberapa ahli berpendapat
bahwa pendekatan ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang pendekatan ini menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupaprestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan
pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interdependensi peserta didik
dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu
pada derajat kerja sama atau kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward Agus Suprijono,2010:61.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kooperatif merupakan suatu pandangan yang menempatkan siswa pada kelompok belajar.
Pendekatan ini digunakan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, pengembangan keterampilan sosial.
b Teori Belajar Yang Mendasari Pendekatan Kooperatif
Pendekatan kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif konstruktivisme Amri dan Ahmadi, 2010. Menurut Sutarno,dkk 2009
pandangan konstruktivisme beranggapan bahwa keberhasilan belajar tergantung bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan
awal siswa. Implikasi dari pandangan konstruktivisme di sekolah ialah pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa,
namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Pembelajaran konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan
dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan yang disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan-
pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan
memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa Samatowa.2010:55.
Berdasarkan uraian di atas, teori belajar yang mendasari pendekatan kooperatif yaitu teori konstruktivisme beranggapan bahwa siswa dalam kegiatan
pembelajaran tidak tergantung pada kondisi belajar saja tetapi pengetahuan awal
siswa juga perlu diperhatikan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa harus terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
c Kelebihan Pendektan Kooperatif
Kelebihan pendekatan kooperatif antara lain: a Meningkatkan harga diri tiap individu, b Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar, c
Konflik antar pribadi berkurang, d Sikap apatis berkurang, e Pemahaman yang lebih mendalam, f Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, g
Dapat mencegah keagresifan dalam sistem kompetisi dan ketersaingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognotif. h Menambah motivasi dan
percaya diri, i Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-teman sekelasnya, j Mudah diterapkan dan tidak mahal, k
Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif. http:penelitiantindakankelas,blogspot.com200903kelebihan-model-
pembelajaran-kooperatif.htm
d Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif
Dalam model pembelajaran kooperatif guru harus mampu menciptakan kelas sebagai laboratorium demokrasi, supaya peserta didik terlatih dan terbiasa
berbeda pendapat Isjoni, 2011:62. Dari pernyataan tersebut, Isjoni menjelaskan peranan guru dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.
a Guru sebagai fasilitator
Sebagai seorang fasilitator guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, memfasilitasi siswa untuk belajar, serta
menjelaskan tujuan kegiatan dan mengatur penyebaran dalam bertukar pendapat.
b Guru sebagai mediator
Guru berperan sebagai penghubung dalam mengaitkan antara materi pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif dengan permasalahan nyata
yang ditemukan di lapangan. c
Guru sebagai director-motivator Guru berperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi,
membantu kelancaran diskusi namun tidak memberikan jawaban. Sedangkan sebagai motivator, guru berperan sebagai pemberi semangat pada siswa untuk
aktif berpartisipasi. d
Guru sebagai evaluator Guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang
berlangsung. Penilaian tidak hanya pada hasil, namun lebih ditekankan pada penilaian proses.
Dari beberapa macam peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif, Penulis menyimpulkan bahwa guru harus benar-benar memahami
peranannya dalam proses pembelajaran. Sehingga akan tercipta iklim pembelajaran yang kondusif, terjalin interaksi dan dialog yang hangat, baik antara
guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa lainnya. Pembelajaran kooperatif bukan hanya pembelajaran yang dicirikan secara
berkelompok, namun lebih ditekankan pada interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungan belajar yang ada. Pembelajaran
kooperatif juga lebih mengutamakan kerjasama positif antar siswa untuk melaksanakan tugas-tugas dengan tujuan tertentu dalam pembelajaran.
Pembelajaran ini sangat cocok apabila dipadukan dengan model pembelajaran Problem Based Instruction
PBI. 2.1.3.7.
Kelebihan Model Problem Based Instruction PBI
Sebagai sebuah model pembelajaran, Problem Based Instruction PBI memiliki beberapa kelebihan Yazdani dalam Nur, 2011:33-35, antara lain :
a Menekankan pada makna, bukan fakta.
Dengan mengganti ceramah dengan forum diskusi, pemonitoran guru, dan penelitian kolaboratif, siswa menjadi terlibat dalam pembelajaran
bermakna b
Meningkatkan pengarahan diri. Ketika siswa berupaya mencari solusi atas masalah mereka, mereka
cenderung menganggap tanggung jawab untuk pembelajaran mereka meningkat.
c Pemahaman tinggi dan pengembangan keterampilan yang lebih
baik. Siswa dapat berlatih pengetahuan dan keterampilan dalam konteks
fungsional, sehingga diharapkan mereka akan lebih baik dalam penerapan pengetahuan dan keterampilan itu dalam bekerja kelak.
d Keterampilan-keterampilan Interpersonal dan kerja tim.
Metode ini mengutamakan interaksi antar siswa dan keterampilan- keterampilan interpersonal.
e Sikap memotivasi diri sendiri.
Siswa berfikir bahwa pembelajaran berdasarkan masalah lebih menarik, merangsang, menyenangkan, dan PBMPBI menawarkan cara belajar yang
lebih fleksibel dan mengasuh. f
Hubungan tutor-siswa. Guru memandang pembelajaran berdasarkan masalah lebih
menekankan pada pembimbingan dan merupakan pembelajaran yang menyenangkan, dan yakin bahwa peningkatan kontak antar siswa itu
bermanfaat bagi pertumbuhan kognitif siswa. g
Tingkat pembelajaran yang lebih baik. Siswa-siswa yang belajar dengan model pembelajaran berdasarkan
masalah memperoleh skor yang lebih baik daripada siswa-siswa tradisional. Selain kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaran
Problem Based Instruction PBI, terdapat pula kelemahan-kelemahan yang ada
pada model ini yang harus diatasi oleh guru sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif pemecahan masalah yang ditemukan.
2.1.3.8. Kelemahan Model Problem Based Instruction PBI