2.1.11 Media Boneka Tangan
Media boneka tangan merupakan boneka yang dimainkan dengan tangan. Bentuknya menyerupai sarung tangan, namun tentu saja boneka ini lebih menarik.
Menurut Daryanto 2011:31, boneka tangan adalah benda tiruan dari bentuk manusia atau binatang yang dimainkan dengan satu tangan. Boneka tangan dapat
dijadikan media pendidikan, boneka dapat dimainkan dalam bentuk sandiwara boneka.
Menurut Ahira 2009 disebut boneka tangan, karena cara memainkannya dengan satu tangan memainkan satu boneka, dan boneka ini hanya terdiri dari
kepala dan dua tangan saja. Bagian badan dan kakinya hanya merupakan baju yang menutup lengan orang yang memainkannya. Selain itu, penggunaan benda-
benda nyata atau makhluk hidup dalam pengajaran sering kali dianggap paling baik. Ada berbagai karakter boneka tangan yang ada di pasaran, misalnya
binatang, buah-buahan, orang dan tokoh kartun yang terkenal dikalangan anak- anak.
2.1.12 Penerapan Pendekatan SAVI Berbantuan Boneka Tangan dalam
Pembelajaran Bercerita
Langkah-langkah pembelajaran melalui pendekatan SAVI berbantuan media boneka tangan sebagai berikut:
a. Siswa menjawab pertanyaan dari guru sebagai apersepsi.
b. Siswa membacakan teks cerita dengan nyaring auditory
c. Siswa mengamati guru bercerita dengan boneka tangan di depan kelas
auditory dan visualization.
d. Siswa dikondisikan berkelompok dengan teman sebangkunya melakukan
diskusi untuk mengerjakan lembar kerja kelompok intellectually. e.
Secara acak guru memanggil siswa sesuai kelompoknya untuk maju ke depan kelas bercerita dengan boneka tangan seperti yang dicontohkan dan
mempresentasikan hasil diskusi somatic f.
Siswa yang lain mengamati dan memberi tanggapan temannya yang bercerita di depan kelas visualization
g. Siswa diberi semacam penghargaan reward dengan kinerja terbaik
h. Siswa menyimpulkan materi dan bertanya hal-hal yang belum dipahami
i. Siswa mengerjakan evaluasi
j. Guru bersama siswa merefleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Alasan penelitian dilakukan melalui pendekatan SAVI berbantuan boneka tangan karena pembelajaran tersebut dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan. Siswa akan belajar tanpa adanya keterpaksaan dan merasa senang dalam pembelajaran. Sel-sel otak siswa dapat berkembang dan siswa dapat
berfikir aktif dan kreatif sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran dengan baik jika siswa belajar dengan perasaan senang.
Pendekatan SAVI didasarkan pada teori konstruktivis kognitif. Menurut Nuh dalam Trianto 2007: 14 perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan
oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengalaman- pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan
perkembangan. Interaksi sosial dengan teman sebaya khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran menjadi logis.
Teori konstruktivis kognitif memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman
realitas. Sistem makna dan pemahaman realitas ini dibangun melalui pengalaman dan interaksi dari peserta didik.
2.2 KAJIAN EMPIRIS
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain bahwa melalui pendekatan SAVI dan media boneka tangan dapat meningkatkan
keterampilan bercerita. Berikut hasil penelitian yang telah dilakukan: Mukhijah 2010 “Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi dengan
Pendekatan SAVI Somatis, Auditiori,Visual dan Intelektual pada Siswa Kelas VI SD Negeri Karangjati 03 Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap Tahun
Pelajaran 20092010 ”. Hasilnya pada tes formatif akhir siklus III diperoleh hasil
33 siswa atau 82,5 mendapat nilai lebih dari 70, dan sisanya 7 orang siswa atau 7,5 mendapat nilai sama atau dibawah 65
Aryani 2012 “Peningkatan Aktivitas Dan Keterampilan Bercerita
Melalui Metode Inquiry Berdasarkan Teks Cerita Fiksi Pada Siswa Kelas VA SD Negeri 1 Metro Barat”. Hasil temuan penelitian menunjukkan aktivitas belajar
siswa pada siklus I 63,54, siklus II 74,31, mengalami peningkatan sebesar 10,77 dan siklus III menjadi 87,5, mengalami peningkatan sebesar 13,19.
Hasil keterampilan bercerita siswa pada siklus I 62,5, siklus II 66,67, mengalami peningkatan sebesar 4,17 dan siklus III menjadi 79,12 sehingga
mengalami peningkatan sebesar 12,5.