2 IPA sebagai proses
IPA sebagai proses yaitu menggali pengetahuan tentang alam, karena IPA membutuhkan
proses dalam
menemukan fakta
dan teori
yang digeneralisasikan oleh ilmuwan.
3 IPA sebagai pemupukan sikap ilmiah
IPA sebagai sikap berarti sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains yaitu: sikap ingin tahu, kerja sama, tidak putus asa,
bertanggung jawab, dan kedisiplinan diri. 4
IPA sebagai teknologi IPA sebagai teknologi mengandung pengertian bahwa IPA terkait dengan
peningkatan kualitas kehidupan. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPA mempelajari alam
semesta, baik yang ada di permukaan bumi maupun luar angkasa. Hakikat IPA mengandung empat hal, yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses, IPA
sebagai pemupukan sikap ilmiah, dan IPA sebagai teknologi.
2.1.5 Pembelajaran IPA di SD
Pelaksanaan pembelajaran IPA di SD dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran yang dicapai dalam pembelajaran tersebut. Untuk itu, dalam pelaksanaannya harus
disesuaikan dengan standar isi dan standar proses dalam kurikulum KTSP. Adapun tujuan pembelajaran IPA di SD sesuai dengan KTSP antara lain agar
siswa mempunyai kemampuan sebagai berikut: 1 memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan
dan keteraturan alam ciptaan-Nya; 2 mengembangkan pengetahuan dan pema-
haman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehi- dupan sehari-hari; 3 mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; 4 mengembangkan keterampilan proses untuk menye-
lidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; 5 mening- katkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam; 6 meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7 memperoleh
bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMPMTs.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA tersebut perlu disesuaikan dengan perkembangan siswa. Menurut Piaget dalam Rifa’i dan Anni, 2011: 27 tahap
perkembangan kognitif anak mencakup tahap sensori motorik, tahap
praoperasional, tahap operasional kongkrit, dan tahap operasional formal.
1 Tahap sensorimotorik 0-2 tahun
Pada tahap ini bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengordinasikan pengalaman indera dengan gerakan motorik mereka. Pada awal tahap ini, bayi
hanya memperlihatkan pola refleksi untuk beradaptasi dengan dunia dan menjelang akhir tahap ini bayi menunjukkan pola sensorimotorik yang lebih
kompleks. 2
Tahap praoperasional 2-7 tahun Tahap pemikiran ini lebih bersifat simbolis, egoisentris dan intuitif sehingga
tidak melibatkan pemikiran operasional. Bayi pada tahap praoperasional
mulai meningkatkan kosa kata. Pemikiran pada tahap ini terbagi menjadi dua subtahap, yaitu simbolik dan intuitif.
3 Tahap operasional kongkrit 7-11 tahun
Pada tahap ini anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika namun masih dalam bentuk benda konkrit. Penalaran logika menggantikan penalaran
intuitif, namun hanya pada situasi konkrit dan menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda namun belum bisa
memecahkan masalah abstrak. 4
Tahap operasional formal 7-15 tahun Pada tahap ini anak sudah mampu mempergunakan pemikiran tingkat yang
lebih tinggi yang terbentuk pada tahap sebelumnya. Pemikiran operasional formal tampak lebih jelas dalam pemecahan problem verbal, seperti anak
dapat memecahkan problem walau disajikan secara verbal A=B dan B=C. Implikasi teori Piaget dalam pembelajaran menurut Rifa’i dan Anni 2011:
30 antara lain: 1
Tatkala guru mengajar hendaknya menyadari bahwa banyak siswa remaja yang belum dapat mencapai tahap berpikir operasional formal secara
sempurna, kondisi ini menuntut konsekuensi pada penyusunan kurikulum, hendaknya tidak terlalu formal atau abstrak, karena hal ini justru akan
mempersulit siswa remaja tatkala menyerap materi pembelajaran. 2
Kondisi pembelajaran diciptakan dengan nuansa eksplorasi dan penemuan, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan minat
belajarnya sesuai dengan perkembangan intelektualnya.
3 Metode pembelajaran hendaknya lebih banyak mengarah ke konstruktivisme,
artinya siswa lebih banyak dihadapkan pada problem solving yang lebih menekankan pada persoalan-persoalan aktual yang dekat dengan kehidupan
mereka, kemudian mereka diminta menyusun hipotesis tentang mencari solusinya.
Sesuai dengan tahap perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget tersebut, maka anak usia SD berada pada tahap operasional kongkrit. Pada
tahap ini anak sudah mampu berpikir logis tetapi hanya terbatas pada objek-objek kongkrit. Sehingga dalam pembelajaran IPA hendaknya dilakukan secara kongkrit
menggunakan benda-benda kongkrit atau dibantu dengan media maupun alat peraga. Dengan demikian, siswa dapat belajar melalui pengalaman yang dialami
secara langsung. Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan memperoleh pengalaman belajar, maka seorang guru harus menggunakan
keterampilan proses dalam pembelajaran IPA. Menurut Indrawati dalam Trianto, 2014: 144 keterampilan proses
merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah baik kognitif maupun psikomotor yang dapat digunakan untuk menenmukan suatu konsep atau prinsip
atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan. Menurut Samatowa
2011: 93 keterampilan proses sains merupakan keterampilan intelektual yang dimiliki dan digunakan oleh para ilmuwan dalam meneliti fenomena alam.
Keterampilan proses yang digunakan oleh para ilmuwan tersebut dapat dipelajari
oleh siswa dalam bentuk yang lebih sederhana sesuai dengan tahap perkembangan anak usia SD.
Aspek keterampilan proses dikembangkan untuk siswa SD pada GBPP IPA kurikulum 1994 dalam Samatowa, 2011: 94 terdiri dari 8 aspek:
1 mengamati, yaitu proses pengumpulan data yang dilakukan dengan indera
maupun dengan alat; 2
menafsirkan, yaitu menjelaskan pengertian sesuatu, baik berupa benda, peristiwa, atau hasil pengamatanyang telah dilakukan;
3 meramalkan, meramalkan sesuatu yang akan terjadi dapat dilakukan dengan
cara mengubah cara-cara pengamatan. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kemudian;
4 menggunakan alat dan bahan, keterampilan menggunakan alat dan bahan
selama percobaan berlangsung akan menambah pengalaman belajar siswa. Pengalaman menggunakan alat merupakan pengalaman konkret siswa
selama proses belajar. 5
mengelompokkan, merupakan suatu proses pemilihan objek-objek, atau peristiwa-peristiwa brdasarkan persamaan dan perbedaaan sifat atau ciri-ciri
dari suatu objek atau peristiwa tersebut. 6
menerapkan konsep, kegiatan yang dilakukan diantaranya menghubungkan konsep yang satu dengan konsep yang lain, mencari konsep-konsep yang
berhubungan, membuat dan menggunakan tabel, membuat alat sederhana, mengaplikasikan konsep dalam kehidupan sehari-hari.
7 mengkomunikasikan, yaitu proses menyampaikan informasi atau data-data,
baik secara tertulis maupun lisan. 8
mengajukan pertanyaan merupakan salah satu ukuran untuk mngetahui tingkat pemahaman konsep siswa setelah melaksanakan pembelajaran.
2.1.6 Model Discovery Learning