Pengaruh Suhu Terhadap Produksi Asap Cair Secara Pirolisis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengaruh Suhu Terhadap Produksi Asap Cair Secara Pirolisis

Gambar 3. Sabut dan tempurung kelapa Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan asap cair pada penelitian ini adalah tempurung dan sabut kelapa Gambar 3 yang mengalami proses pirolisis pada dua suhu yang berbeda, yaitu 300 °C dan 500 °C. Suhu 300 °C dipilih sebagai suhu pembakaran, karena menurut Girard 1992 dan Maga 1988, pada suhu 300 °C komponen selulosa terdekomposisi menghasilkan asam-asam organik. Suhu 500 °C dipilih sebagai suhu pembakaran, karena menurut Girard 1992 dan Maga 1988 pada suhu 500 °C komponen kayu seperti lignin dapat diuraikan dan menghasilkan berbagai macam senyawa seperti fenol, guaiakol, dan sebagainya. Selain itu, suhu 500 °C juga merupakan suhu pembakaran maksimal pada proses pembuatan asap cair. Pada suhu diatas 500 °C, yang terjadi bukan lagi dekomposisi komponen-komponen kayu menjadi senyawa-senyawa organik, melainkan proses pemanasan dan pemasakan arang. Menurut Girard 1992, reaksi-reaksi yang terjadi selama pirolisa kayu adalah : 1. Penghilangan air dari kayu pada suhu 120-150 °C; 2. Pirolisa hemiselulosa pada suhu 200-250 °C yang menghasilkan furfural, furan, asam asetat, dan homolognya; 3. Pirolisa selulosa pada suhu 280-320 °C yang menghasilkan senyawa asam asetat, dan senyawa karbonil seperti asetaldehid, glioksal, dan akreolin; dan 4. Pirolisa lignin pada suhu 400 °C menghasilkan senyawa fenol, guaiakol, siringol bersama dengan homolog dan derivatnya. Perbedaan suhu reaksi penguraian komponen-komponen kayu tersebut menjadi dasar pemilihan suhu pada penelitian ini. Banyaknya kondensat yang diperoleh dihitung dengan membandingkan antara bobot kondensat yang diperoleh dengan bobot awal bahan baku yang dibakar. Jumlah Kondensat bb = Bobot kondensat hasil pirolisis gram Bobot awal bahan yang dibakar gram Jumlah Arang bb = Bobot arang hasil pirolisis gram Bobot awal bahan yang dibakar gram Produksi asap cair sabut dan tempurung kelapa kotor pada dua suhu pirolisis yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Produksi Asap Cair pada Dua Suhu Pirolisis yang Berbeda No Bahan Pengasap Suhu Pirolisis °C Jumlah Kondensat bb Jumlah Arang bb Jumlah Bobot yang Hilang 1 Sabut Kelapa 300 40,29 45,57 14,14 2 Sabut Kelapa 500 57,45 37,08 5,47 3 Tempurung Kelapa 300 40,08 38,27 21,16 4 Tempurung Kelapa 500 42,10 34,42 23,48 Keterangan : Data dan perhitungan pada Lampiran 15 Hasil yang didapat pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Tranggono et al. 1996 yaitu sebesar 52,85 . Tranggono menggunakan bahan baku berbagai jenis kayu dan tempurung kelapa serta dilakukan pada suhu pembakaran 350 - 400 °C. Asap cair dari sabut kelapa pada suhu pembakaran 500 °C memiliki bobot yang paling tinggi yaitu sebesar 57,45 . Hal ini disebabkan karena pada pirolisis dengan suhu 300 °C belum terjadi dekomposisi lignin yang sempurna sehingga jumlah asap yang dihasilkan lebih sedikit bila dibandingkan dengan pirolisis suhu 500 °C. Sabut kelapa memiliki jumlah kondensat yang lebih besar bila dibandingkan dengan tempurung kelapa. Hal ini disebabkan karena sabut kelapa memiliki kadar air yang lebih besar daripada tempurung kelapa. Sabut kelapa yang dibakar pada suhu 300 °C dan 500 °C masing-masing memiliki kadar air awal sebesar 23,14 dan 27,04 , sedangkan tempurung kelapa yang dibakar pada suhu 300 °C dan 500 °C memiliki kadar air masing-masing sebesar 14,06 dan 14,88 . Bahan yang memiliki kadar air yang tinggi cenderung menghasilkan kondensat yang lebih banyak. Hal ini dikarenakan pada saat pembakaran berlangsung, kandungan air pada bahan akan ikut menguap pada suhu 100 °C dan mengalami kondensasi ketika uap air melalui kondensor sehingga meningkatkan jumlah kondensat asap cair yang dihasilkan. Selisih jumlah kondensat yang dihasilkan dari pembakaran sabut pada suhu 300 °C dan 500 °C adalah sebesar 17,16 , sedangkan selisih jumlah kondensat dari pembakaran tempurung kelapa pada suhu 300 °C dan 500 °C adalah sebesar 2,02 . Ini menunjukkan bahwa perbedaan kandungan komponen lignin pada sabut, yang lebih besar daripada tempurung kelapa, berpengaruh terhadap jumlah kondensat yang dihasilkan. Sabut kelapa mengandung 29,23- 45,84 lignin, sedangkan tempurung kelapa mengandung 33,30 lignin Joseph dan Kindagen 1993; Djatmiko et al. 1985. Jumlah kondensat asap cair pada suhu pembakaran 500 °C lebih banyak daripada jumlah kondensat pada suhu pembakaran 300 °C karena pada suhu pembakaran 500 °C terjadi dekomposisi lignin pada suhu 400 °C sehingga meningkatkan jumlah kondensat dari asap cair. Gambar 4. Asap cair sabut dan tempurung kelapa Pada produksi asap cair ini terdapat kehilangan loss bobot sebesar 5,47- 23,48 . Kehilangan bobot terbesar terdapat pada proses pirolisis tempurung kelapa yaitu sebesar 21,16-23,48 . Bobot yang hilang ini dapat berupa gas yang tidak terkondensasi dan langsung manguap setelah melewati kondesor. Selain itu, kehilangan bobot pada proses pirolisis ini juga dapat berupa kerak yang tertinggal pada alat pembakaran ataupun pada kondensor.

B. Komponen-Komponen pada Asap Cair