tidak terkondensasi dan langsung manguap setelah melewati kondesor. Selain itu, kehilangan bobot pada proses pirolisis ini juga dapat berupa kerak yang tertinggal
pada alat pembakaran ataupun pada kondensor.
B. Komponen-Komponen pada Asap Cair
Analisis GC-MS dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis senyawa yang terdapat pada asap cair. Campuran senyawa yang dilewatkan pada kromatografi
gas akan terpisah menjadi komponen-komponen individual. Lima senyawa dominan dari masing-masing sampel asap cair dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Senyawa Dominan di dalam Asap Cair Hasil Deteksi GC-MS
No Sampel Komponen
1 Kondensat Sabut Kelapa
Suhu 300 °C Fenol 44,10
2-methoxy fenol 14,84
1,2-benzenediol 7,22 4 methyl catecol
4,54 2,6-dimethoxy fenol
4,17 2
Kondensat Sabut Kelapa Suhu 500 °C
Fenol 44,30 1,2-benzenediol 15,06
2,6-dimethoxy fenol 13,64
4 methyl catechol 5,55
3 methyl-1,2-benzenediol 2,90
3 Kondensat Tempurung Kelapa
Suhu 300 °C Fenol 34,45
2,6-dimethoxy fenol 12,58
2-methoxy fenol 9,81
1,2-benzenediol 8,62 3-methoxy-1,2-benzenediol 6,46
4 Kondensat Tempurung Kelapa
Suhu 500 °C Fenol 31,93
2,6-dimethoxy fenol 12,44
1,2-benzenediol 9,47 2-methoxy fenol
9,19 3-methoxy-1,2-benzenediol 6,20
Dari hasil spektra kromatografi gas, senyawa dominan dari masing- masing sampel adalah fenol C
6
H
6
O, BM = 94 dengan luas area bervariasi antara 31,93 - 44,30 . Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Tranggono,
et al. 1996, yang menggunakan bahan baku berbagai jenis kayu dan tempurung
kelapa pada suhu pembakaran 350-400 °C, dimana senyawa dominan dari asap
cair hasil penelitiannya adalah fenol dengan luas area sebesar 44,13 . Senyawa dominan lainnya adalah 2,6-dimethoxy fenol yang terdapat pada seluruh sampel
dan merupakan senyawa dominan kedua pada sampel yang menggunakan bahan pengasap tempurung kelapa. Senyawa lainnya yang terdapat pada keempat sampel
adalah 1,2-benzenediol yang terdapat pada masing-masing sampel dengan persentase luas area yang bervariasi, lalu diikuti oleh 2-methoxy fenol, 4 methyl
catechol, 3 methoxy 1,2-benzenediol, dan 3 methyl 1,2-benzenediol. Dari hasil pengukuran menggunakan GC-MS diatas juga dapat diketahui
bahwa asap cair sabut kelapa memiliki kadar fenol yang lebih besar bila dibandingkan dengan asap cair dari tempurung kelapa. Asap cair sabut kelapa
memiliki fenol sebesar 44,10 - 44,30 sedangkan asap cair tempurung kelapa memiliki fenol sebesar 31,93 - 34,45 . Hal ini berarti bahwa sabut kelapa
memiliki potensi yang lebih besar sebagai asap cair daripada tempurung kelapa apabila dilihat dari kandungan fenol pada asap cairnya.
Selain itu, dari pengukuran asap cair menggunakan GC-MS juga dapat diketahui bahwa asap cair yang dibakar pada suhu pembakaran 300 °C memiliki
fenol yang tidak jauh berbeda dengan asap cair yang dibakar pada suhu pembakaran 500 °C. Padahal berdasarkan teori, kadar fenol pada asap cair berasal
dari dekomposisi lignin pada suhu pembakaran 400 °C yang berarti pada suhu pembakaran 300 °C seharusnya tidak terdapat fenol. Namun, pada penelitian ini
diketahui bahwa pada suhu pembakaran 300 °C terdapat fenol yang jumlahnya tidak jauh berbeda dengan fenol yang terdapat pada asap cair dengan suhu
pembakaran 500 °C. Dengan kata lain, fenol ternyata tidak hanya dihasilkan dari dekomposisi lignin saja, namun juga dapat dihasilkan dari dekomposisi
hemiselulosa atau selulosa pada suhu pembakaran dibawah 300 °C. Fenol dan turunannya menjadi senyawa yang paling dominan dari seluruh
sampel asap cair. Hal ini dikarenakan komponen yang paling banyak terdapat pada bahan pengasap kayu terutama kayu keras adalah lignin. Lignin apabila
dibakar dan mengalami pirolisis akan menghasilkan senyawa fenol. Hasil lengkap senyawa penyusun masing-masing sampel asap cair hasil analisis GC-MS dapat
dilihat pada Lampiran 1 – 8.
C. Fraksinasi Asap Cair