Fraksinasi Asap Cair HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Fraksinasi Asap Cair

Distilasi merupakan salah satu cara pemurnian terhadap asap cair, yaitu merupakan proses pemisahan kembali suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi asap cair dilakukan untuk memisahkan zat aktif pada asap cair, dalam hal ini berupa fenol dan asam asetat, sehingga didapatkan asap cair yang memiliki sifat pengawetan yang tinggi. Selain itu, distilasi asap cair juga dilakukan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan dan ,berbahaya, seperti Poliaromatik Hidrokarbon PAH dan ter, dengan cara pengaturan suhu didih sehingga diharapkan didapat asap cair yang jernih, bebas ter dan benzopiren. Distilasi ini dilakukan pada empat rentang suhu yang berbeda untuk mendapatkan empat fraksi asap cair. Fraksi-fraksi tersebut yaitu fraksi suhu sampai 100 °C, 100 °C sampai 125 °C, 125 °C sampai 150 °C, dan 150 °C sampai 200 °C Darmadji, 2002. Rentang suhu distilasi ini dipilih berdasarkan titik didih komponen yang akan dipisahkan. Seperti yang terlihat pada subbab B, komponen dominan pada asap cair adalah fenol. Fenol merupakan zat aktif pada asap cair yang akan dipisahkan dari asap cair. Fraksi suhu sampai 100 °C dipilih untuk menghilangkan kandungan air pada asap cair. Fraksi suhu 100 °C sampai 125 °C dipilih untuk memisahkan senyawa asam organik berupa asam asetat. Asam asetat adalah senyawa yang memiliki titik didih 118 °C. Fraksi suhu 150 °C sampai 200 °C dipilih untuk memisahkan komponen senyawa fenol pada asap cair. Fenol merupakan zat aktif pada asap cair yang memiliki titik didih 181,8 °C. Proses distilasi asap cair ini terjadi dalam rentang waktu total 3 sampai 3,5 jam. Pada distilasi asap cair dari tempurung kelapa, asap cair terfraksinasi selama 1,5 sampai 2 jam pada suhu 0 - 100 °C, 0,5 sampai 1 jam pada suhu distilasi 100 °C - 125 °C, 0,5 jam pada suhu distilasi 125 °C - 150 °C, dan 0,5 jam pada suhu distilasi 150 - 200 °C. Pada distilasi asap cair dari sabut kelapa, asap cair terfraksinasi selama 2 jam pada suhu distilasi 0 - 100 °C, dan 0,5 sampai 1 jam pada suhu distilasi 100 - 125 °C. Pada distilasi asap cair dari sabut kelapa, asap cair hanya terdistilasi sampai suhu distilasi 100 °C sampai 125 °C. Jumlah kondensat hasil pemurnian yang diperoleh dihitung berdasarkan perbandingan volume kondensat yang diperoleh dalam satuan mililiter dengan volume asap cair yang didistilasi dalam satuan mililiter. Jumlah kondensat vv = Volume asap cair terdistilasi ml Volume awal asap cair yang didistilasi ml Jumlah kondensat asap cair pada berbagai rentang suhu distilasi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Kondensat Asap Cair Pada Berbagai Rentang Suhu Distilasi No Bahan Pengasap Jumlah Kondensat vv T ≤100 100T≤125 125T≤150 150T≤200 1 Kondensat Sabut Kelapa Suhu 300 °C 56,75 36,50 - - 2 Kondensat Sabut Kelapa Suhu 500 °C 79,25 13,00 - - 3 Kondensat Tempurung Kelapa Suhu 300 °C 39,75 30,75 4,45 3,57 4 Kondensat Tempurung Kelapa Suhu 500 °C 44,75 24,25 5,10 3,13 Keterangan : Data dan perhitungan pada Lampiran 16 Untuk masing-masing sampel sabut dan tempurung kelapa, suhu distilasi mampu menghasilkan jumlah kondensat asap cair yang berbeda. Ini dapat dilihat dari jumlah kondensat asap cair yang semakin kecil seiring dengan peningkatan suhu distilasi. Dari hasil analisis ANOVA juga diketahui bahwa suhu pembakaran tidak mempengaruhi jumlah kondensat asap cair yang diperoleh. Apabila dianalisis sampai pada suhu distilasi fraksi kedua, jenis sampel dan suhu distilasi mempengaruhi jumlah kondensat asap cair yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat pada hasil uji ANOVA pada Lampiran 10. Berdasarkan hasil pengamatan dari keempat sampel kondensat yang didistilasi, rendemen distilat asap cair yang terbesar terdapat pada fraksi suhu distilasi sampai 100 °C. Hal ini dikarenakan pada suhu sampai 100 °C hampir semua fraksi air yang ada pada asap cair tersebut menguap sehingga memperbesar rendemen yang diperoleh. Selanjutnya semakin tinggi suhu fraksi distilasi, persentase asap cair yang terekstrak semakin kecil. Hal ini dikarenakan pada suhu fraksi diatas 100 °C, komponen yang teruapkan tidak lagi mengandung air bebas, melainkan hanya komponen-komponen penyusun asap cair sehingga jumlah fraksi asap cair yang dihasilkan tidak terlalu besar. Fraksi suhu sampai 100 °C diharapkan memiliki komponen dominan berupa air karena 100 °C merupakan titik didih air. Kehadiran air pada fraksi asap cair akan menurunkan kemurnian dari asap cair yang dihasilkan. Oleh karena itu diharapkan fraksi asap cair pada suhu distilasi antara 100 °C sampai 125 °C, fraksi suhu antara 125 °C sampai 150 °C, dan fraksi suhu 150 °C sampai 200 °C tidak lagi mengandung air bebas dan hanya mengandung senyawa aktif yang memiliki sifat pengawet. Pada fraksi suhu 100 °C sampai 125 °C diharapkan mengandung senyawa asam asetat. Asam asetat merupakan senyawa yang memiliki sifat antimikroba. Fraksi suhu 150 °C sampai 200 °C diharapkan memiliki komponen dominan berupa fenol. Fenol merupakan zat aktif pada asap cair yang memiliki sifat antibakteri dan antioksidan. Hasil pengukuran pada penelitian ini berbeda dengan hasil yang didapat oleh Darmadji 2002 yang menggunakan bahan tempurung kelapa dimana jumlah fraksi suhu sampai 100 °C sebesar 15,72 , jumlah fraksi suhu 100 °C sampai 125 °C sebesar 42,11 , jumlah fraksi suhu 125 °C sampai 150 °C sebesar 27,22 , dan fraksi suhu 150 °C sampai 200 °C sebesar 3,69 .

D. Sifat Fisik dan Kimia Asap Cair