memiliki pH yang sangat rendah karena fraksi-fraksi asap cair tersebut memiliki kadar asam yang sangat tinggi yaitu berkisar antara 43-60 Tabel 11. Hasil
pengukuran nilai pH pada penelitian ini sesuai dengan standar kualitas wood vinegar asal Jepang yaitu berkisar antara 1,5 sampai 3,7.
2. Kadar Asam
Kadar asam merupakan salah satu sifat kimia yang menentukan kualitas dari asap cair yang diproduksi. Asam organik yang memiliki peranan tinggi dalam
asap cair adalah asam asetat. Asam asetat kemungkinan terbentuk sebagian dari lignin dan sebagian lagi dari komponen karbohidrat dari selulosa. Achsan dalam
Browning 1963 memformulasikan produksi asam asetat sebagai berikut : CH
2
OH CH
2
OH CH
2
OH HOH
HO OH OH OH OH OH OH
CH
2
OH CH
2
CH
2
OH HO OH HO OH HO OH
OH OH -
H
2
O
-
H
2
O
CH
2
OH CH
2
OH CH
2
HOCH O HOH
HO OH OH
OH O OH
-
H
2
O
C
6
H
10
O
5
Dehidration and Charring
Lalu apabila C
6
H
10
O
5
n dihidrolisis akan membentuk glukosa : C
6
H
10
O
5
n + nH
2
O C
6
H
12
O
6
C
6
H
12
O
6
3CH
3
COOH C
6
H
12
O
6
CH
3
CH
2
CH
2
COOH + 2HCOOH Senyawa-senyawa asam pada asap cair memiliki sifat antimikroba. Sifat
antimikroba tersebut akan semakin meningkat apabila asam organik ada bersama- sama dengan senyawa fenol.Ssenyawa asam organik terbentuk dari pirolisis
komponen-komponen kayu seperti hemiselulosa dan selulosa pada suhu tertentu. Penentuan kadar asam ini dengan menggunakan metode total asam tertitrasi yang
dihitung sebagai jumlah asam asetat dalam asap cair. Hasil pengamatan kadar asam asap cair sebelum distilasi menunjukkan
bahwa asap cair memiliki kadar asam yang lebih kecil pada suhu pembakaran yang lebih tinggi. Perbedaan jumlah kadar asam ini dikarenakan asam organik
yang dihasilkan dari dekomposisi komponen hemiselulosa dan selulosa mengalami proses pirolisis pada suhu pembakaran dibawah 300 °C. Asap cair
pada suhu pembakaran 500 °C memiliki kadar asam yang lebih rendah karena menurut Maga 1988 pada suhu pembakaran diatas 300 °C senyawa-senyawa
fenol, guaikol, siringol telah terdekomposisi dari lignin sehingga mempengaruhi kadar asam dari asap cair. Sedangkan perbedaan kadar asam pada asap cair sabut
dan tempurung kelapa disebabkan karena perbedaan kadar fenol dari kedua asap cair tersebut. Asap cair tempurung kelapa memiliki kadar fenol yang lebih tinggi
daripada asap cair sabut kelapa sehingga kadar asam asap cair tempurung kelapa lebih tinggi daripada kadar asam asap cair sabut kelapa. Kadar asam asap cair
pada berbagai variasi bahan pengasap dan suhu pembakaran dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kadar Asam Asap Cair Pada Berbagai Variasi Bahan Pengasap dan Suhu Pembakaran
No Sampel
Kadar Asam 300 °C
500 °C
1 Sabut Kelapa
7,918 6,815
2 Tempurung Kelapa
8,390 8,273
Kadar asam asap cair hasil distilasi dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil uji ANOVA dari kadar asam asap cair setelah distilasi Lampiran 12 menunjukkan
bahwa untuk masing-masing sampel sabut dan tempurung kelapa, suhu distilasi mempengaruhi persentase kadar asam dari asap cair. Hal ini dapat dilihat dari
persentase kadar asam yang semakin tinggi semakin asam seiring dengan peningkatan suhu distilasi. Apabila dianalisis sampai pada suhu distilasi fraksi
kedua, jenis sampel dan suhu distilasi mempengaruhi nilai rendemen yang diperoleh.
Kadar asam yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 4,262 sampai 59,934 yang jauh berbeda dengan hasil Darmadji 2002 yang
dihasilkan pada suhu 400 °C selama 1 jam dengan kadar asam berkisar antara 4,94 sampai 29,10 . Hal ini terjadi karena proses pirolisis pada penelitian ini
berlangsung selama 5 jam sehingga memungkinkan bagi komponen dari kayu untuk terdekomposisi seluruhnya menghasilkan senyawa-senyawa penyusun asap
cair, termasuk asam-asam organik. Apabila pembakaran dilakukan secara cepat, maka ada kemungkinan komponen kayu tersebut tidak terdekomposisi secara
sempurna. Selain itu, suhu pembakaran yang digunakan pada penelitian ini lebih tinggi daripada suhu yang digunakan pada penelitian Darmadji 2002. Pirolisis
pada suhu 400 °C akan menghasilkan senyawa yang mempunyai kualitas organoleptik tinggi dan pada suhu lebih tinggi lagi akan terjadi reaksi kondensasi
pembentukan senyawa baru dan oksidasi produk kondensasi diikuti kenaikan linier senyawa tar dan hidrokarbon polisiklis aromatik Girrard, 1992; Maga,
1988. Keasaman dari asap cair ini juga dipengaruhi oleh kadar fenol pada asap
cair tersebut. Semakin tinggi kadar fenol, maka asap cair akan menjadi semakin asam. Hal ini dapat dibuktikan pada Tabel 13 dimana semakin tinggi suhu
distilasi, kadar fenol dari asap cair hasil distilasi juga semakin tinggi. Hasil pengujian kadar asam dari asap cair juga menunjukkan bahwa semakin tinggi
fraksi suhu distilasi, maka kadar asamnya menjadi semakin besar. Hal ini sesuai dengan hasil pengukuran pH Tabel 8 dimana semakin tinggi fraksi suhu distilasi,
maka pH asap cair menjadi semakin kecil atau dengan kata lain asap cair menjadi semakin asam.
Tabel 10. Kadar Asam Asap Cair Pada Berbagai Variasi Bahan Pengasap, Suhu Pembakaran dan Suhu Distilasi
No Sampel
Kadar Asam T
≤100 100T≤125 125T≤150 150T≤200
1 Kondensat Sabut Kelapa
Suhu 300 °C 4,262 8,186
- -
2 Kondensat Sabut Kelapa
Suhu 500 °C 4,151 8,082
- -
3 Kondensat Tempurung
Kelapa Suhu 300 °C
9,649 18,748 43,963 59,934
4 Kondensat Tempurung
Kelapa Suhu 500 °C
9,582 18,919 44,243 58,634
Keterangan : Data dan perhitungan pada Lampiran 17
Apabila data kadar asam pada Tabel 9 dikalikan dengan jumlah persen kondensat hasil pirolisis pada Tabel 4 dan hasilnya dirata-ratakan, maka akan
didapat data kadar asam sebagai asam asetat yang terdapat pada bahan baku asap cair.
Kadar asam pada bahan baku = Kadar asam pada asap cair Jumlah kondensat hasil pirolisis
Dari hasil perhitungan kadar asam pada bahan baku didapatkan bahwa kandungan asam organik yang berperan sebagai zat antimikroba pada asap cair
pada sabut dan tempurung kelapa relatif sama yaitu sekitar 3,5 . Data kadar asam pada sabut dan tempurung kelapa dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Kadar Asam pada Bahan Pengasap
No Sampel
Kadar Asam
1 Sabut Kelapa
3,552 2 Tempurung
Kelapa 3,442
3. Kadar Fenol