54 Dari Tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa total jumlah produksi perikanan
tangkap yang didaratkan di tangkahan lebih besar dari pada yang didaratkan di PPI Bengkalis. Hal ini menunjukkan bahwa nelayan lebih banyak mendaratkan hasil
tangkapannya di tangkahan. Data yang ada pada tabel di atas terlihat aneh karena pada periode tahun 2001-2003 produksi perikanan tangkap yang didaratkan di PPI
Bengkalis tidak mengalami perubahan sedikitpun atau dengan angka yang sama yaitu sebanyak 900 ton. Begitu juga dengan produksi perikanan tangkap yang didaratkan di
tangkahan pada periode 2001-2002 tidak mengalami perubahan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa hal ini menunjukkan bahwa pendataan yang dilakukan
oleh petugas yang berwenang tidak akurat dan terkesan seadanya. Produksi ikan yang didaratkan di PPI Bengkalis memang meningkat dari tahun
ke tahun. Pada periode tahun 2003 ke tahun 2004 peningkatan yang terjadi cukup signifikan. Produksi yang semula hanya 900 ton meningkat menjadi 3.825 ton. Hal ini
terjadi karena pendataan hasil tangkapan di PPI Bengkalis mulai intensif dilakukan semenjak diserahkannya pengelolaan PPI Bengkalis dari pihak Propinsi ke Pihak
Kabupaten. Sebelumnya, kantor PPI Bengkalis hanya digunakan sebagai pos bantu dan tempat bagi karyawan yang menarik retribusi hasil tangkapan. Sekarang, kantor
PPI Bengkalis sudah beroperasi sebagaimana mestinya dan sudah ada karyawan dari Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis yang bertugas mendata hasil tangkapan yang
didaratkan di dermaga. Produksi ikan di tangkahan juga meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
2003 ikan yang didaratkan di tangkahan sebanyak 1.350 ton dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 2.450 ton. Sebenarnya masih banyak produksi perikanan tangkap
yang didaratkan di tangkahan tidak terdata karena lokasi tangkahan yang sulit dijangkau.
6.4 Potensi Kerugian Pemerintah Akibat Pengoperasian Tangkahan
Pengoperasian tangkahan dapat merugikan pemerintah karena data produksi yang ada tidak akurat berhubung pihak tangkahan tidak mau terbuka mengenai
masalah produksi. Kerugian lainnya adalah ketergantungan nelayan terhadap
55 tangkahan sangat tinggi, sehingga nelayan tidak bisa memperbaiki kesejahteraan
hidupnya karena nelayan sangat terikat pada tauke. Salah satu potensi kerugian pemerintah akibat pengoperasian tangkahan secara kuantitatif dapat diketahui dengan
menghitung pemasukan yang diterima tangkahan atas pelayanan dan jasa yang diberikan tangkahan yang seharusnya dilakukan oleh PPI Bengkalis. Seperti diketahui
sebelumnya, tangkahan memberikan pelayanan pembongkaran hasil tangkapan, pengisian perbekalan dan pendistribusian hasil tangkapan.
a Potensi kerugian dari jasa penjualan hasil tangkapan Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa rata-rata produksi perikanan yang
didaratkan di seluruh tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis adalah 1.519 ton pertahun dengan nilai produksi sebesar Rp 22.785.000.000,-. PERDA No. 10 tahun
2002 menetapkan hasil tangkapan ikan dikenakan retribusi sebesar 5 dari nilai jual hasil tangkapan. Berdasarkan rata-rata hasil tangkapan yang didaratkan di tangkahan
nilai produksinya, diketahui bahwa pemerintah berpotensi menderita kerugian sebesar Rp 1.139.250.000,- per tahun dari seluruh tangkahan yang ada di Pulau
Bengkalis. b Potensi kerugian dari jasa tambat labuh
Jumlah rata-rata kapal motor di seluruh tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis adalah 484 unit dengan panjang kapal rata-rata 12 m. Kegiatan penangkapan ikan
yang efektif hanya berkisar 9 bulan saja. Berarti selama 3 bulan selebihnya atau 90 hari kapal merapat di dermaga.
Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 1997 menetapkan biaya tambat labuh bagi kapal ikan adalah sebesar Rp 300,- per meter panjang kapal, sehingga dapat dihitung
potensi kerugian yang diderita pemerintah sebesar Rp 156.816.000,- per tahun dari seluruh tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis.
c Potensi kerugian dari pengisian perbekalan Perbekalan yang dibawa nelayan dalam satu kali operasi penangkapan adalah
sebagai berikut : solar sebanyak 140 liter seharga Rp 420.000,-, es sebanyak 400 kg dengan harga Rp 400.000,- dan air bersih sebanyak 4 jerigen yang berkapasitas 35 kg,
satu jerigen air seharga Rp 5.000,-, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk air bersih
56 adalah Rp 20.000,-. Jadi dalam satu kali operasi penangkapan nelayan minimal
membawa perbekalan seharga Rp 840.000,-. Tauke mengambil keuntungan 15 dari total perbekalan yang dibawa oleh nelayan sehingga keuntungan yang diperoleh tauke
Rp 126.000,-. Satu kali operasi penangkapan memerlukan waktu 3 hari dengan jumlah rata-rata 484 unit kapal yang ada di tangkahan. Kegiatan penangkapan efektif
dalam satu tahun hanya 9 bulan atau 270 hari, jadi dalam satu tahun ada 90 kali trip penangkapan. Bila dikalkulasikan dalam satu tahun, pemerintah berpotensi
mengalami kerugian sebesar Rp 5.488.560.000,- per tahun dari seluruh tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis.
P
otensi kerugian pemerintah dalam satu tahun akibat pengoperasian seluruh tangkahan tersebut diperkirakan sebesar Rp 6.784.626.000,-.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa tangkahan memiliki sisi positif dan negatif. Untuk lebih jelasnya, sisi positif dan negatif tangkahan dapat dilihat pada
tabel 16 berikut ini.
Tabel 16. Sisi positif dan sisi negatif tangkahan Tangkahan
Sisi Positif Sisi Negatif
1. Memudahkan nelayan memperoleh
modal dan kebutuhan perbekalan untuk melaut;
2. Memudahkan nelayan memasarkan
hasil tangkapan; 3.
Dekat dengan tempat tinggal nelayan; 4.
Bebas dari retribusi; dan 1.
Nelayan lebih banyak mendaratkan hasil tangkapannya di tangkahan;
2. Fasilitas PPI Bengkalis tidak
dimanfaatkan sebagaimana mestinya sehingga mengakibatkan pengelolaan
PPI Bengkalis tidak optimal; dan 3.
Pemerintah tidak mendapatkan pemasukan dari retribusi yang
seharusnya dibayarkan apabila nelayan melalukan pendaratan ikan di
PPI Bengkalis.
57
7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan