2 Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui aktivitas dan fasilitas apa
saja yang ada di tangkahan di Pulau Bengkalis, sejauh mana pengaruh keberadaan tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis terhadap pengoperasian PPI Bengkalis dan
seberapa besar potensi kerugian yang diderita pemerintah.
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1
Mengetahui aktivitas dan fasilitas di PPI Bengkalis dan tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis;
2 Mengetahui sejauh mana pengaruh keberadaan tangkahan yang ada di Pulau
Bengkalis terhadap pengoperasian PPI Bengkalis; dan 3
Menentukan seberapa besar potensi kerugian yang diderita pemerintah akibat dari pengoperasian tangkahan tersebut.
1.3 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi
nelayan untuk meningkatkan kesadaran dala m mendaratkan hasil tangkapannya di PPI dan sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi pihak PEMDA dan Dinas
Perikanan setempat dalam menentukan langkah dan kebijakan selanjutnya.
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pangkalan Pendaratan Ikan 2.1.1 Pengertian Pangkalan Pendaratan Ikan.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.10 tahun 2004, menggolongkan Pangkalan Pendaratan Ikan sebagai Pelabuhan Perikanan tipe D, dengan kriteria
teknis sebagai berikut: -
Melayani kapal perikanan yang mencakup kegiatan perikanan di wilayah perairan pedalaman dan perairan kepulauan;
- Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-
kurangnya 3 Gross Tonnage GT; -
Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m dengan kedalaman kolam minus 2 m; -
Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus; dan
- Memiliki lahan sekurang-kurangnya 2 Ha.
PPI Bengkalis sebagai pelabuhan perikanan tipe D sudah memenuhi kriteria teknis yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.10
tahun 2004 tersebut. Panjang dermaga di PPI Bengkalis adalah 100 m dan memiliki lahan seluas 2,4 Ha. Kapal yang ada di PPI Bengkalis berkapasitas antara 7-15 GT
dengan jumlah kapal yang merapat antara 40-50 unit per hari pada musim puncak dan 10-20 unit per hari pada musim panceklik.
Pangkalan Pendaratan Ikan ini bila dilihat dari segi konstruksi bangunannya termasuk dalam pelabuhan alam, artinya tipe pelabuhan ini umumnya terdapat di
muara atau di tepi sungai, di daerah yang menjorok ke dalam atau terletak di suatu teluk bukan bentukan manusia atau sebagian hasil bentukan manusia Lubis, 2002.
PPI Bengkalis berada di Selat Bengkalis dan sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Dasar perairannya yang berlumpur dan lahan yang terbatas menyebabkan
sebagian bangunan fasilitas PPI Bengkalis dibangun di atas air. Di bawah bangunan- bangunan tersebut diberi penyangga yang terbuat dari kayu.
4 Menurut definisinya, Pangkalan Pendaratan Ikan adalah tempat bertambat dan
berlabuhnya perahu atau kapal perikanan, tempat pendaratan hasil tangkapan dan merupakan lingkungan kerja kegiatan ekonomi perikanan yang meliputi areal
perairan dan daratan, dalam rangka memberikan pelayanan umum dan jasa untuk memperlancar kegiatan perahukapal perikanan dan usaha perikanan Direktorat
Jenderal Perikanan, 1997.
2.1.2 Fungsi Pangkalan Pendaratan Ikan.
Menurut Lubis 2002, fungsi pelabuhan secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
- Fungsi untuk memenuhi kebutuhan kapal-kapal
- Fungsi untuk menangani barang-barang
- Fungsi perbaikan dan pemeliharaan
Selanjutnya dikatakan bahwa terdapat dua jenis pengelompokan fungsi pelabuhan perikanan, yaitu ditinjau dari pendekatan kepentingan dan dari segi aktivitasnya.
Fungsi pelabuha n perikanan berdasarkan pendekatan kepentingan adalah: -
Fungsi Maritim. Fungsi ini karena pelabuhan perikanan mempunyai aktivitas- aktivitas kemaritiman, yaitu merupakan suatu tempat kontak bagi nelayan atau
pemilik kapal, antara laut dan daratan untuk semua aktivitasnya; -
Fungsi Komersial. Fungsi ini timbul karena pelabuhan perikanan merupakan suatu tempat awal untuk mempersiapkan pendistribusian produksi perikanan
dengan melakukan transaksi pelelangan ikan; dan -
Fungsi Jasa. Fungsi ini meliputi seluruh jasa-jasa pelabuhan mulai dari ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan.
Fungsi pelabuhan perikanan ditinjau dari segi aktivitasnya adalah merupakan pusat kegiatan ekonomi perikanan baik ditinjau dari aspek pendaratan dan pembongkaran
ikan, pengolahan, pemasaran dan pembinaan terhadap masyarakat nelayan. Ditinjau dari pendekatan kepentingannya, PPI Bengkalis hanya baru bisa
menjalankan fungsi maritim yaitu merupakan suatu tempat kontak bagi nelayan atau pemilik kapal, antara laut dan daratan misalnya untuk aktivitas pendaratan dan
5 pembongkaran ikan, sementara fungsi pemasaran yang layak dan fungsi jasa belum
dijalankan. Ditinjau dari segi aktivitasnya sebagai pusat kegiatan ekonomi perikanan, PPI Bengkalis hanya bisa melaksanakan pemasaran tanpa melalui proses pelelangan
sedangkan pembinaan terhadap masyarakat nelayan belum bisa dilaksanakan. Hal ini terjadi karena keterbatasan fasilitas dan pelayanan yang diberikan oleh PPI Bengkalis.
Berdasarkan penjelasan pasal 41 Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang perikanan, bahwa pelabuhan perikanan sebagai suatu lingkungan kerja berfungsi
sebagai: 1
Pusat pengembangan masyarakat nelayan; 2
Tempat berlabuh kapal perikanan; 3
Tempat pendaratan hasil tangkapan; 4
Tempat untuk memperlancar kegiatan kapal-kapal perikanan; 5
Pusat pemasaran dan distribusi hasil tangkapan; 6
Pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan; dan 7
Pusat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data. Selanjutnya dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 26. i tahun 2004,
disebutkan bahwa pelabuhan perikanan menyelenggarakan fungsi: 1
Perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, serta pemanfaatan sarana pelabuh- an perikanan;
2 Pelayanan teknis kapal perikanan;
3 Koordinasi pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban, pelaksanaan kebersihan
kawasan pelabuhan perikanan; 4
Pengembangan dan fasilitasi pemberdayaan masyarakat perikanan; 5
Pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan produk- si, distribusi, pemasaran dan mutu hasil perikanan;
6 Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan statistik
perikanan; 7
Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya;
8 Pemantauan wilayah pesisir dan fasilitasi wisata bahari; dan
6 9
Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga. Dari penjelasan kedua pasal di atas, terlihat bahwa penjelasan Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan No. 26. i tahun 2004 lebih umum dan lebih luas daripada penjelasan pasal 41 Undang-Undang No. 31 tahun 2004, namun keduanya
telah mewakili dari fungsi- fungsi yang harus dijalankan oleh suatu pelabuhan perikanan. PPI Bengkalis dengan segala keterbatasan fasilitas dan minimnya
pelayanan yang diberikan belum dapat menjalankan semua fungsi yang disebutkan dengan sebagaimana mestinya. PPI Bengkalis sebagai suatu pelabuhan perikanan
baru dapat melaksanakan fungsi berlabuh dan tempat pendaratan hasil tangkapan.
2.1.3 Fasilitas pangkalan pendaratan ikan.
Menurut Damoredjo 1981 diacu dalam Supriatna 1993 Pelabuhan perikanan maupun Pangkalan Pendaratan Ikan harus memiliki fasilitas yang dapat:
- Memperlancar kegiatan produksi dan pemasaran hasil tangkapan;
- Menimbulkan rasa aman bagi nelayan terhadap gangguan alam dan manusia; dan
- Mempermudah pembinaan serta menunjang pengorganisasian usaha ekonomi
nelayan. Fasilitas yang dimiliki oleh PPI Bengkalis untuk memperlancar kegiatan
produksi dan pemasaran hasil tangkapan hanyalah gedung TPI, itupun tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Gedung TPI di PPI Bengkalis sekarang
digunakan sebagai pasar ikan oleh masyarakat setempat. Fasilitas yang diperlukan untuk memberikan rasa aman bagi nelayan terhadap gangguan alam adalah kolam
pelabuhan, alat bantu navigasi dan pemecah gelombang, sementara PPI Bengkalis tidak memiliki fasilitas- fasilitas tersebut. PPI Bengkalis juga tidak memiliki fasilitas
yang dapat mempermudah pembinaan serta menunjang pengorganisasian usaha ekonomi nelayan seperti balai pertemuan nelayan atau KUD.
Menurut Lubis 2002 fasilitas- fasilitas yang terdapat di Pelabuhan Perikanan atau di Pangkalan Pendaratan Ikan umumnya terdiri dari fasilitas pokok, fasilitas
fungsional dan fasilitas tambahanpenunjang.
7 1 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok adalah fasilitas dasar yang diperlukan dalam kegiatan di suatu pelabuhan. Fasilitas ini berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal,
baik sewaktu berlayar keluar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan. Fasilitas- fasilitas pokok tersebut antara lain terdiri dari:
- Dermaga;
- Kolam Pelabuhan;
- Alat Bantu Navigasi; dan
- Breakwater atau pemecah gelombang.
2 Fasilitas fungsional Fasilitas fungsional adalah fasilitas yang berfungsi untuk meningkatkan nilai
guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas di pelabuhan. Fasilitas- fasilitas fungsional ini dikelompokkan antara lain untuk:
a Penanganan hasil tangkapan dan pemasarannya, yaitu: -
Tempat Pelelangan Ikan TPI; -
Pabrik Es; -
Gudang Es; -
Fasilitas pendinginan, seperti cool room dan cold storage; dan -
Gedung-gedung pemasaran. b Fasilitas pemeliharaan dan perbaikan armada dan alat tangkap ikan, yaitu:
- Lapangan perbaikan alat penangkapan ikan;
- Ruang mesin;
- Tempat penjemuran alat penangkapan ikan;
- Bengkel;
- Slipway; dan
- Gudang jaring.
c Fasilitas perbekalan : tangki dan instalasi air bersih, tangki bahan bakar d Fasilitas komunikasi : stasiun jaringan telepon, radio SSB
8 3 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku mendapatkan kenyamanan melakukan aktivitas
di pelabuhan. a. Fasilitas kesejahteraan : WC Umum, poliklinik, mess, kantinwarung, muholla.
b. Fasilitas administrasi : kantor pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor syahbandar, kantor beacukai.
Keberhasilan dan kelancaran operasionalisasi suatu pelabuhan perikanan atau Pangkalan Pendaratan Ikan dapat tercapai apabila terdapat fasilitas- fasilitas seperti
yang telah disebutkan di atas dan semua fasilitas tersebut dapat menjalankan fungsi dan memberikan manfaat sebagaimana mestinya.
2.1.4 Aktivitas di Pangkalan Pendaratan Ikan.
1 Pendaratan hasil tangkapan Aktivitas pendaratan ikan di pelabuhan perikanan meliputi proses antara lain
pembongkaran, penyortiran dan pengangkutan hasil tangkapan ke TPI. Pada umumnya ikan yang didaratkan di beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia
sebagian besar berasal dari kapal penangkap ikan, hanya sebagian kecil berasal dari tempat pendaratan lain yang dibawa ke pelabuhan itu menggunakan alat transportasi
darat Misran, 1985. Ikan yang didaratkan dan dipasarkan di PPI Bengkalis sebagian besar berasal
dari daerah lain, yaitu dari Tanjung Balai. Nelayan yang tidak mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Bengkalis biasanya mendaratkan hasil tangkapannya di
tangkahan. Hasil tangkapan yang telah dikumpulkan di tangkahan-tangkahan tersebut dipilih yang layak dan yang tidak layak ekspor. Negara yang menjadi tujuan ekspor
adalah Malaysia dan Singapura. Sebagian besar tangkahan belum memiliki pembeli atau penghubungan
langsung dengan negara tujuan ekspor tersebut. Tangkahan yang belum memiliki pembeli atau penghubungan langsung di negara tujuan ekspor, biasanya
9 mengumpulkan hasil tangkapannya di Tanjung Balai. Ikan yang tidak laku terjual
atau tidak layak ekspor, biasanya dikirim ke PPI Bengkalis. 2 Pengolahan ikan
Menurut Lubis 2002, jenis olahan yang umum di pelabuhan perikanan Indonesia kecuali Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta, masih bersifat tradisional
dan belum memperhatikan kualitas ikan, sanitasi dan cara pengepakan yang baik seperti halnya pengasinan dan pemindangan. Jenis olahan lainnya sering dijumpai di
lingkungan di luar pelabuhan seperti kerupuk dan terasi. Tidak ada nelayan yang melakukan pengolahan hasil tangkapan di PPI
Bengkalis karena di PPI Bengkalis tidak terdapat tempat atau fasilitas pengolahan ikan. Nelayan biasanya mengolah hasil tangkapannya di rumah masing- masing dan
dilakukan secara sederhana dalam skala kecil. Hasil olahan tersebut biasanya untuk dikonsumsi sendiri, hanya sedikit nelayan yang melakukan pengolahan hasil
tangkapan untuk dijual. Hasil olahannya berupa terasi dengan bahan baku udang dan ikan asin dengan bahan baku ikan teri atau ikan kecil lainnya.
3 Pemasaran ikan Pemasaran merupakan salah satu tindakan atau keputusan yang berhubungan
dengan pergerakan barang dan jasa dari produsen sampai konsumen Hanafiah dan Saefudin, 1983. Menurut Direktur Jenderal Perikanan 1994 diacu dalam Aziza
2000, aspek pemasaran hasil perikanan tangkap diperkirakan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain:
- Populasi penduduk sebagai konsumen;
- Jumlah pedagang dan pengolah;
- Daerah tujuan pemasaran;
- Pendapatan regional bruto per kapita; dan
- Konsumsi Ikan per kapita.
Nelayan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Bengkalis biasanya langsung menjual hasilnya, baik pada tauke atau langsung ke pasar. Nelayan PPI
Bengkalis yang melaut dengan modal dari tauke harus menjual hasil tangkapannya kepada tauke yang memberikannya modal. Nelayan tidak boleh menjual hasil
10 tangkapannya kepada pihak lain, baik dijual sendiri ke pasar apalagi dijual kepada
tauke lain. Menurut Misran 1985, sistem rantai pemasaran yang terdapat di beberapa
pelabuhan perikanan PPI di Indonesia, yaitu : 1
TPI pedagang besar pedagang lokal pengecer konsumen. 2
TPI pedagang lokal pengecer konsumen. 3
TPI pengecer konsumen.
2.2 Tangkahan 2.2.1 Pengertian dan SejarahTangkahan
Tangkahan adalah dermaga yang dimiliki swasta dengan kegiatan melayani semua kebutuhan kapal perikanan, mulai dari persiapan melaut, pengisian bahan
perbekalan sampai penjualan hasil tangkapan dengan fasilitas pokok dermaga dan daratan pelabuhan dengan ukuran yang kecil Sinaga, 1995 diacu dalam Syamsurizal,
1999, sedangkan menurut Sinaga 1997 diacu dalam Syamsurizal 1999 tangkahan adalah bentuk usaha swasta yang mempunyai aktivitas-aktivitas perikanan seperti
pengelolaan kapal-kapal penangkapan ikan, tempat pendaratan ikan hasil tangkapan, pemasaran dan pengolahan ikan serta pelayanan kebutuhan melaut.
Sebagian besar nelayan di Pulau Bengkalis sangat bergantung kepada tangkahan karena nelayan mendapatkan segala kemudahan dan pelayanan yang tidak
mereka dapatkan dari pemerintah maupun dari PPI Bengkalis. Kemudahan yang mereka dapatkan berupa pinjaman modal untuk membeli kebutuhan perbekalan
melaut, pinjaman untuk kehidupan sehari- hari dan penjualan hasil tangkapan, bahkan ada tangkahan yang sudah menyediakan langsung kebutuhan perbekalan melaut
untuk nelayan yang melakukan operasi penangkapan dari tangkahan tersebut. Awal berdirinya tangkahan tidak diketahui secara pasti karena sistem
pemasaran langsung kepada tauke sudah ada sejak lama sebelum dibangunnya PPI Bengkalis. Hal tersebut seperti yang telah ditulis Syamsurizal 1999 bahwa sistem
pemasaran ikan di Kabupaten Bengkalis sudah didominasi tauke sejak lama. Pada umumnya tauke adalah pengusaha non pribumi keturunan Cina yang bertindak
11 sebagai eksportir legal maupun ilegal yang juga sering memberikan kredit pada
nelayan. Umumnya mereka memiliki usaha penangkapan dan fasilitas pendaratan sendiri karena tauke memiliki modal yang cukup kuat dan aksesnya terhadap
informasi tinggi serta tempat tinggalnya dekat dengan pemukiman nelayan. Namun demikian, secara legalitas tangkaha n ini tidak memiliki izin dari Dinas Perikanan
setempat. Menurut Effendi, 2000 bahwa tangkahan tersebut dilengkapi dengan berbagai fasilitas, diantaranya fasilitas pendaratan, pengolahan dan sarana untuk
perbaikan kapal. Tidak seperti kebanyakan tangkahan di daerah lain yang hanya berfungsi sebagai tempat pendaratan ikan, tangkahan yang ada di Kabupaten
Bengkalis juga berfungsi sebagai tempat pengolahan hasil tangkapan dan tempat tinggal.
2.2.2 Fasilitas Tangkahan
Fasilitas dasar yang dimiliki oleh tangkahan paling minimal adalah dermaga dan daratan pelabuhan Sinaga, 1995. Tangkahan yang berskala besar memiliki
fasilitas yang lebih lengkap, mulai dari fasilitas pengisian kebutuhan melaut BBM, air bersih, es, dan garam, fasilitas pendaratan hasil tangk apan, pemasaran bahkan ada
yang memiliki fasilitas pengolahan sendiri. Tangkahan di Pulau Bengkalis dapat dibagi menjadi dua, yaitu tangkahan milik
nelayan pribumi dan tangkahan milik tauke yang pada umumnya adalah etnis Tionghoa yang sudah lama menetap di Pulau Bengkalis. Tangkahan milik nelayan
pribumi biasanya dibangun seadanya dengan modal yang terbatas dan hasil tangkapannya untuk dimakan sendiri atau dijual ke daerah-daerah sekitar tempat
tinggal mereka, sedangkan tangkahan milik tauke dibangun dengan modal yang memadai dan fasilitas yang lebih lengkap dengan rantai pemasaran sampai keluar
negeri. Tauke pemilik tangkahan biasanya sudah memiliki pembelipenghubung di Malaysia atau Singapura yang merupakan negara tujuan eksoprnya.
Fasilitas yang umumnya terdapat di tangkahan di Pulau Bengkalis berupa dermaga, daratantanah pelabuhan, fasilitas pengisian perbekalan dan ada beberapa
yang memiliki tempat pengolahan. Tangkahan milik tauke biasanya memiliki kapal
12 pengangkut sendiri untuk mendistribusikan hasil tangkapannya ke daerah lain atau
untuk dijual ke luar negeri. Ukuran dan kapasitas fasilitas yang dimiliki masing- masing tangkahan berbeda, tergantung modal dan besarnya usaha yang dimiliki oleh
taukepemilik tangkahan.
2.2.3 Aktivitas di Tangkahan
Menurut Sinaga 1995 diacu dalam Syamsurizal 1999, aktivitas yang ada di tangkahan antara lain sebagai berikut:
- Melayani pemenuhan kebutuhan melaut, yakni pengisian bahan bakar kapal
solar, suplai air bersih air tawar dan suplai es; -
Melayani pendaratan hasil tangkapan, yakni pembongkaran hasil tangkapan, pengangkutan ikan dari palkah kapal ke tempat penimbangan, penyortiran,
penimbangan dan pengepakan; -
Memasarkan ikan hasil tangkapan, yakni dimulai dari transaksi penjualan ikan dari nelayan sampai pemasaran ikan secara lokal, antar daerah maupun ekpor.
Beberapa tangkahan melaksanakan pengolahan ikan;dan -
Memperbaiki dan merawat mesin dan kapal bengkelslipway. Hal ini hanya dilakukan oleh beberapa tangkahan.
Aktivitas-aktivitas yang disebutkan di atas telah dipenuhi oleh sebagian tangkahan yang ada di Pulau Bengkalis, kecuali fasilitas perbaikan dan perawatan
kapal, masih jarang ditemukan. Aktivitas-aktivitas tersebut seharusnya dapat dilakukan oleh PPI Bengkalis yang secara legal berfungsi sebagai suatu lingkunga
kerja pelabuhan perikanan seperti yang disebutkan dalam penjelasan penjelasan pasal 41 Undang-Undang No. 9 tahun 1985 tentang perikanan.
2.3 Pendayagunaan Pangkalan Pendaratan Ikan.
PPI Bengkalis sebagai salah satu sarana yang dibangun oleh pemerintah dengan tujuan untuk memberikan pelayanan dan kemudahan bagi nelayan mulai dari
persiapan keberangkatan melaut sampai pemasaran hasil tangkapan serta meningkatkan kesejahteraan nelayan, seharusnya dapat melaksanakan fungsinya dan
memberikan manfaat secara optimal. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa PPI
13 Bengkalis belum melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik, sehingga belum
bisa digunakan dan dioperasikan sebagaimana mestinya. Menurut Anonimous 1985 diacu dalam Syamsurizal 1999, hal ya ng harus
diperhatikan dalam optimalisasi pemanfaatan pelabuhan perikananPPI, yaitu : -
Penciptaan lingkungan kerja yang dapat memberi jaminan sebagai basis usaha serta tempat bekerja yang menguntungkan dari tempat lain;
- Penyediaan dan pelayanan fasilitas barangjasa mengikuti pola kegiatan produksi
pengolahan dan pemasaran yang sedang terjadi. Pengelola pelabuhan harus tanggap akan perubahan dan perkembangan usaha nelayan;
- Adanya keterpaduan dengan unsur pembangunan perikanan yang lain dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan nelayan. Perbaikan sarana produksi, bantuan permodalan usaha, latihan alih teknologi dan pembinaan organisasi nelayan
supaya diarahkan pada masyarakat nelayan di sekitar lokasi pelabuhan; -
Pelabuhan perikanan hendaknya lebih menonjolkan pelayanan kepada mayarakat nelayan. Pungutan pada masyarakat nelayan betul-betul harus didasarkan pada
balas jasa pelayanan dan penyediaan fasilitas; dan -
Lingkungan kerja pelabuhan perikanan adalah lingkungan dengan berbagai aspek, sehingga diperlukan koordinator unsur- unsur instansi untuk menyerasikan
kegiatan pengelolaan dengan landasan hukum yang mantap.
14
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian