23 Jumlah dan jenis armada penangkapan ikan di Kabupaten Bengkalis periode tahun
2000-2004 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah dan jenis armada penangkapan ikan di Kabupaten Bengkalis periode tahun 2000-2004
Jumlah unit No
Jenis Armada 2000
2001 2002
2003 2004
1 Perahu Tanpa Motor
1.808 1.599
2.502 1.612
1.865 2
Motor Tempel 119
620 -
649 315
3 Kapal Motor
1.415 2.222
1.787 2.241
2.286
Total 3.342
4.441 4.289
4.502 4.466
Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis, 2005
Armada penangkapan ikan yang dominan di Kabupaten Bengkalis adalah kapal motor yang pada umumnya mengoperasikan alat tangkap rawai dan gillnet,
tetapi ada juga beberapa yang mengoperasikan bubu. Nelayan yang menggunakan kapal motor kebanyakan mendapatkan modal melaut dari tauke dan biasanya kapal
tersebut adalah milik tauke, walaupun ada beberapa diataranya yang merupakan milik nelayan itu sendiri. Perahu tanpa motor biasanya digunakan oleh nelayan
tradisional, alat tangkap yang dioperasikannya adalah, pukat pantai, trammel net, dan alat tangkap lainnya.
Motor tempel sangat jarang sekali ditemukan, karena masyarakat Kabupaten Bengkalis sudah terbiasa membuat kapal dengan menggunakan mesin yang
disimpan di dalam badan kapal, walaupun ukurannya kecil. Masyarakat Bengkalis menyebutnya kapal pompong. Motor tempel biasanya dimiliki oleh nelayan pribumi
yang melakukan operasi penangkapan dengan modal sendiri menggunakan alat tangkap gillnet dan trammel net dalam skala kecil. Daerah operasi penangkapan ikan
biasanya tidak jauh dari tempat tinggalnya.
4.4.2 Alat Tangkap
Alat tangkap yang umumnya digunakan oleh nelayan di Kabupaten Bengkalis terdiri dari gillnet, trammel net, rawai, bubu, pukat pantai dan alat tangkap lainnya.
Sebelum tahun 2004, di Kabupaten Bengkalis terdapat sebuah alat tangkap yang
24 dikenal dengan nama ”jaring kurau” atau ”jaring batu”. Alat tangkap ini biasanya
dioperasikan oleh nelayan yang mendapatkan modal dari tauke, karena pengoperasiannya memerlukan biaya yang besar. Hasil tangkapan utamanya adalah
ikan kurau Eleutheronema spp yang merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan sangat digemari oleh etnis Tionghoa serta pemasarannya langsung ke
Malaysia atau Singapura. Alat tangkap ini tergolong kedalam jenis trammel net dengan mesh size 7,5 inchi atau 18,75 cm, tetapi karena dalam pengoperasiannya
sering menimbulkan konflik, maka alat tangkap ini dilarang untuk dioperasikan di Kabupaten Bengkalis sejak tahun 2004. Konflik yang terjadi adalah perebutan
wilayah daerah penangkapan dengan nelayan tradisional sehingga tidak jarang terjadi kontak fisik antara keduanya. Perkembangan jumlah alat tangkap di
Kabupaten Bengkalis periode 2000 sampai 2004 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah dan jenis alat tangkap di Kabupaten Bengkalis periode tahun 2000-2004
Jumlah unit No.
Alat Tangkap 2000
2001 2002
2003 2004
1 Gillnet
2.573 2.437
2.387 2.339
2.562 2
Trammel Net -
755 783
812 18
3
Rawai
243 318
445 571
607 4
Bubu
- -
- -
155 5
Pukat Pantai
45 17
24 31
50 6
Alat tangkap lain
85 48
66 83
174
Total 2.946
3.575 3.705
3.836 3.566
Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis, 2005
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selama periode tahun 2000-2004, alat tangkap yang paling banyak dioperasikan oleh nelayan di Kabupaten Bengkalis
adalah gillnet dan yang paling sedikit dioperasikan adalah pukat pantai untuk periode 2000-2003 dan trammel net pada tahun 2004. Alat tangkap bubu tidak
ditemukan pada periode tahun 2000-2003 dan baru ada pada tahun 2004. Hal ini menunjukkan bahwa alat tangkap bubu termasuk alat tangkap baru yang
dioperasikan di daerah ini. Tahun 2004 terjadi penurunan jumlah alat tangkap
25 sebanyak 270 unit dari tahun 2003. Penurunan jumlah yang paling signifikan adalah
pada alat tangkap trammel net, tetapi diiringi dengan meningkatnya jumlah alat tangkap gillnet dan rawai pada tahun 2004 tersebut. Penurunan alat tangkap trammel
net ini terjadi antara lain karena banyaknya nelayan yang semula mengoperasikan alat tangkap trammel net pindah ke alat tangkap gillnet dan rawai dan juga karena
sebagian nelayan beralih profesi dengan mencari pekerjaan dibidang lain. Penurunan jumlah alat tangkap ini juga seiring dengan terjadinya penurunan jumlah armada
penangkapan ikan yang ada dan pelarangan pengoperasian alat tangkap ”jaring kurau” atau ”jaring batu” di Kabupaten Bengkalis.
4.4.3 Nelayan