Gaya Pengasuhan Authoritarian Otoriter Gaya Pengasuhan Authoritative Demokratis

terdapat tiga pola pengasuhan orangtua, antara lain: gaya pengasuhan authoritarian otoriter, gaya pengasuhan authoritative demokratis, gaya pengasuhan permissive permisif. Berikut penjelasan dari ketiga gaya pengasuhan tersebut antara lain Baumrind dalam Santrock, 2007: 167:

2.2.2.1 Gaya Pengasuhan Authoritarian Otoriter

Gaya pengasuhan yang membatasi dan menghukum, di mana orangtua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Orangtua yang otoriter menerapkan batas dan kendali yang tegas pada anak dan meminimalisir perdebatan verbal. Orangtua yang otoriter mungkin juga sering memukul anak, memaksakan aturan-aturan secara kaku tanpa menjelaskannya, dan menunjukkan amarah pada anak. Orangtua juga selalu berusaha membentuk, mengontrol, mengevaluasi perilaku dan tindakan anak agar sesuai dengan aturan standar Baumrind dalam Santrock, 2007: 167. Menurut Hurlock dalam, Herlina, 2013: 56 ciri-ciri anak dengan pola asuh otoriter, yaitu anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orangtua, pengontrolan orangtua pada tingkah laku anak sangat ketat sehingga tidak memberikan kesempatan untuk mengatur dirinya sendiri dan hampir tidak pernah memberikan pujian, sering memberikan hukuman fisik jika terjadi kegagalan memenuhi standar yang telah ditetapakan orangtua. Anak yang diasuh dengan teknik ini juga sering kali tidak atau kurang bahagia, ketakutan, minder ketika membandingkan diri dengan orang lain, tidak mampu memenuhi aktivitas, dan memiliki kemampuan komunikasi yang lemah. Selanjutnya Rohmahningsih dalam Herlina, 2013: 57 juga berpendapat bahwa semakin otoriter orangtua maka semakin berkurang ketidaktaatan pada anak, sehingga pemilihan pola asuh akan mempengaruhi anak dalam mencapai kemandirian karena anak merasa memiliki tanggungjawab pada tugas yang diberikan. Namun dibalik itu biasanya anak hasil didikkan orangtua yang otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orangtua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.

2.2.2.2 Gaya Pengasuhan Authoritative Demokratis

Gaya pengasuhan ini mendorong anak untuk mandiri, namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka. Tindakan verbal yang memberi dan menerima dimungkinkan, dan orangtua bersikap hangat dan penyayang terhadap anak. Orangtua yang demokratis menunjukkan kesenangan dan dukungan sebagai respon terhadap perilaku konstruksif anak. Mereka juga mengharapkan perilaku anak yang dewasa, mandiri, dan sesuai dengan usianya Baumrind dalam Santrock, 2007: 167. Sedangkan menurut Hurlock dalam Herlina, 2013: 57 ciri-ciri anak dengan pola asuh demokratis adalah anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internal, anak diakui sebagai pribadi yang unik yang bisa diterima dan dicintai oleh oarangtua dan turut dilibatkan dalam pengambilan keputusan, menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak. Anak yang memiliki orangtua yang demokratis juga terlihat bahagia, bisa mengendalikan diri atau mandiri, dan berorientasi pada prestasi, mereka cenderung untuk mempertahankan hubungan yang ramah dengan teman sebaya, bekerjasama dengan orang dewasa, menghargai dan menghormati orangtua, dan bisa mengatasi stress dengan baik. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Markum dalam Herlina, 2013: 58, bahwa orangtua yang menggunakan pola asuh demokratis akan mengajarkan anak untuk mampu mandiri, memberikan batasan serta mengontrol perilaku anak. Jadi, pola pengasuhan orangtua yang relatif stabil untuk jangka waktu yang cukup lama. Orangtua yang demokratis cenderung mempunyai anak yang bertanggung jawab, percaya diri, dan ramah.

2.2.2.3 Gaya Pengasuhan Permisive Permisif