dilakukannya dengan orang lain, dan orang tersebut mendapat prilaku jahat sebagai hasil interaksi yang dilakukannya dengan orang-orang yang berprilaku dengan
kecenderungan untuk melawan norma-norma hukum yang ada.
88
Dalam penggelapan pajak ada beberapa faktor penyebab timbulnya kejahatan antara lain :
1. Penyimpangan perilaku hukum Deviation Behavior of Law.
2. Disintegrasi dari peraturan hukum Disintegration of Rules of Law.
3. Faktor politik, ekonomi, sosbud, dan kantib Political, Economic, Social and
Cultural, Security and order Factors.
A. Faktor Penyimpangan Prilaku Hukum Deviation Behavior of Law
Dalam hal ini ada dua variable yang diperhatikan yaitu penyimpangan perilaku dan hukum. Penyimpangan perilaku ini Donald Black menyatakan :
Deviant behavior is a conduct that is subject to social control. In other words, social control defines what deviant is. And the more social control to which it
is subject, the more deviant the conduct is. In this sense, the seriousness of deviant behavior is defined by the quantity of social control to which it is
subject. The quantity of social control also defines the rate of deviant behavior. The style of social control even defines the style of deviant behavior.
Whether it is an offense to be punished, a debt to be paid, a condition in need of treatment, or a dispute in need of resolution. In short, deviant behavior is
an aspect of social control.
89
Penyimpangan prilaku hukum adalah suatu tingkah laku yang tunduk kepada kontrol sosial. Dengan kata lain, kontrol sosial mendefinisikan apa yang dimaksud
dengan yang menyimpang. Dan semakin banyak kontrol sosial kemana tingkah laku itu harus tunduk, semakin banyak penyimpangan tingkah laku itu. Dalam pengertian
88
Abdul Syani, Sosiologi Kriminalitas, Bandung: CV. Remadja Karya, 1987, halaman 43
89
Donald Black, The Behavior of law, Academic Press, New York, 1976, halaman 9.
Universitas Sumatera Utara
ini, keseriusan dari perilaku yang menyimpang itu dibatasi oleh kuantitas kontrol sosial ke mana tingkah laku itu tunduk.
Kuantitas dari kontrol sosial juga mendefinisikan kadar dari perilaku yang menyimpang itu. Gaya dari kontrol sosial bahkan mendefinisikan gaya dari perilaku
yang menyimpang, apakah itu suatu kejahatan yang harus dihukum, suatu hutang yang harus dibayar, suatu keadaan yang membutuhkan perlakuan atau suatu
perselisihan yang memerlukan penyelesaian. Dengan singkat, perilaku yang menyimpang adalah suatu segi dari kontrol sosial.
Menurut J.E. Sahetapy dalam teori deviance mencakup tingkah laku pembangkangan atau jahat aberrant behavior dan tingkah laku yang tidak patuh
non-conforning behavior. Jadi deviance atau pengembangan haruslah diartikan sebagai tingkah laku yang melanggar norma-norma yang ada, norma-norma mana
yang bisa diatur ataupun tidak dalam suatu undang-undang. Tetapi pada umumnya deviance atau pembangkangan adalah pelanggaran terhadap hukum pidana dan
undang-undang lainnya.
90
Secara umum disebutkan bahwa faktor-faktor yang menimbulkan kejahatan dibagi dalam dua bagian yaitu :
91
1. Faktor Intern faktor yang terdapat pada individu.
Yaitu bahwa seorang menjadi penjahat karena pembawaan atau bakat alamiah, maupun karena kegemaran atau hobby. Selain itu pertumbuhan fisik dan
meningkatnya usia ikut pula menentukan tingkat kejahatan, seperti seperti seorang anak masih kanak-kanak pada umumnya suka melakukan perkelahian
sedangkan antara umur 30 sampai 50 di mana manusia telah memegang kehidupan yang mantap, maka mereka melakukan kejahatan penggelapan,
penyalahgunaan kekuasaan, korupsi kekuasaan dengan memberikan kesempatan kepada anggota keluarganya untuk menempatkan posisi-posisi kunci di dalam
bidang pekerjaannya.
2. Faktor Extern faktor yang berada diluar individu.
90
J.E.Sahetapy, Teori Kriminologi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1992, halaman 36.
91
B. Bosu, Sendi-sendi Kriminologi, Surabaya: Usaha Nasional, 1982, halaman 23.
Universitas Sumatera Utara
Socrates mengatakan bahwa manusia masih melakukan kejahatan karena pengetahuan tentang kebajikan tidak nyata baginya, maksudnya bahwa
pendidikan yang dilaksanakan di rumah maupun disekolah memegang peranan yang sangat penting untuk menentukan kepribadian seseorang. Selain itu ada juga
orang belanda mengatakan apabila ingin mengetahui latar belakang seseorang, maka cukuplah bertanya di manakah ia bertempat tinggal, jika ia berasal dari
daerah X yang sudah terkenal sebagai daerah kejahatan maka ia setidak-tidaknya adalah penjahat.
Penyimpangan prilaku hukum yang menyebabkan timbulnya kejahatan terjadi di dalam :
1. Lembaga institution
Penyimpangan perilaku hukum dalam lembaga ini terdapat dalam lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif. Penyimpangan dalam lembaga legislatif tergambar
dalam bentuk perencanaan hukum oleh pemerintah yang bekerja sama dengan DPR membuat suatu undang-undang untuk kepentingan pemerintah yang berkuasa
merugikan kepentingan rakyat. Hal ini tergambar di dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004, karena hanya mengatur hal-hal yang pokok saja dan tidak ada sanksi
pidana yang tegas terhadap notaris yang melanggar hukum. Menurut sistem hukum pidana di Indonesia yang menganut asas legalitas
sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 1 KUHP tiada suatu perbuatan dapat dipidana dalam perundang-undangan sebelum perbuatan dilakukan hanya dapat
dipidana untuk tindak pidana yang dilakukannya, apabila dilakukan dengan sengaja atau kealpaan, karena aturan pidana ini adalah aturan hukum. Aturan hukum ini
bersifat umum.
Universitas Sumatera Utara
Perbuatan melawan hukum dari suatu perbuatan pidana dapat dilihat dari unsur melawan hukum materil materiele wederrechtelijkheid dan unsur melawan
hukum formil formiele wederrechtelijkheid. Unsur melawan hukum materil tidak hanya sekedar bertentangan dengan hukum tertulis, tetapi juga bertentangan dengan
hukum tidak tertulis. Sedangkan ajaran melawan hukum formil adalah bertentangan dengan hukum tertulis saja.
Penyimpangan prilaku dalam lembaga eksekutif terjadi akibat dalam pelaksanaan hukum yang disalah gunakan atau proses penyimpangan dari ketentuan
undang-undang misalnya dalam proses pelaksanaan pembayaran pajak BPHTB dan PPh. Penyimpangan ini terjadi oleh notaris yang mencari keuntungan pribadi,
sehingga proses pembayaran pajak yang dilakukannya lebih menitikberatkan kepada intimidasi agar pembayaran pajak BPHTB dan PPh dapat ditekan serendah mungkin
untuk mendapat keuntungan yang lebih besar dari para pihak. Disamping hal tersebut diatas timbulnya kejahatan dalam kasus penggelapan pajak ini juga tidak terlepas dari
manajemen BPN Badan Pertanahan Nasional yang sangat lemah, sehingga timbul sertipikat yang sudah dibalik namakan atas nama pembeli, padahal bukti setoran
pembayaran pajak BPHTB dan PPh tersebut adalah palsu. Penyimpangan prilaku hukum yang dilakukan oleh lembaga yudikatif
tergambar dalam menerapkanmenegakkan hukum. Para penegak hukum selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat kebendaan sehingga hukum yang ada
tidak dijadikan sebagai pedoman. Demikian juga penyimpangan prilaku hukum yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh lembaga yudikatif dalam penegakan hukum di pengadilan yang disebabkan oleh :
a. Faktor hukum itu sendiri the legal factor itself
Semakin baik suatu peraturan hukum akan semakin memungkinkan penegakannya, sebaliknya semakin tidak baik suatu peraturan hukum akan semakin
sukarlah penegakannya. Secara umum peraturan yang baik adalah peraturan hukum yang berlaku secara yuridis, sosiologis dan filosofis. Peraturan secara yuridis menurut
Hans Kelsen apabila peraturan tersebut penentuannya berdasarkan kaedah yang lebih tinggi tingkatannya. Hal ini berhubungan dengan teori stufenbau dari Hans Kelsen,
dalam hal ini perlu diperhatikan apa yang dimaksud dengan efektifitas kaedah hukum yang dibedakan dengan berlakunya kaedah hukum, oleh karena efektifitas merupakan
fakta.
92
Teori stufenbau dari Hans Kelsen ini sesuai dengan sumber tertib hukum RI dan tata urutan peraturan perundang-undangan RI sebagaimana tercantum dalam
ketetapan MPRS No. XXMPRS1996 jo ketetapan MPR No. VMPR1973. Setiap peraturan hukum yang berlaku haruslah bersumber pada peraturan yang lebih tinggi
tingkatannya. Ini berarti bahwa setiap peraturan hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan peraturan hukum yang lebih tinggi derajatnya.
93
92
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Perihal Kaedah-kaedah Hukum, Alumni Bandung, 1978, halaman 114.
93
Moh. Kusnadi dan Harmaili Ibrahim, Hukum dan Tata Negara Indonesia, Fakultas Hukum UI, Jakarta, 1983 Cetakan ke II, halaman 50 Jo Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu
Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, halaman 205.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya menurut W. Zevenbergen menyatakan bahwa suatu peraturan hukum mempunyai kekuatan berlaku yuridis jika peraturan hukum tersebut terbentuk
menurut cara yang telah ditetapkan.
94
Kemudian suatu peraturan hukum berlaku secara sosiologis bilamana peraturan tersebut diakui atau diterima oleh masyarakat
kepada siapa peraturan hukum tersebut ditujukandiberlakukan, demikian menurut “Anerkennungstheorie,” The recognition theory. Teori ini bertolak belakang dengan
Machttheorie, Power theory yang menyatakan bahwa peraturan hukum mempunyai keberlakuan sosiologis apabila dipaksakan berlakunya oleh penguasa, diterima
ataupun tidak oleh warga masyarakat.
95
Teori yang disebut pertama di atas lebih sesuai dengan masyarakat Indonesia.
Suatu hukum berlaku secara filosofis apabila peraturan hukum tersebut sesuai dengan cita-cita hukum Rechts Idee sebagaimana nilai positif yang tertinggi.
Di Indonesia cita-cita hukum positif yang tertinggi adalah masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
b. Faktor penegak hukum law enforcement factor
Faktor penegak hukum yang terkait langsung dalam proses penegakan hukum adalah kepolisian, kejaksaan, kehakiman pengacara dan notaris yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi keberhasilan penegakan hukum dalam
masyarakat. Penegakan hukum yang memungkinkan ditegakkannya hukum dan keadilan dalam masyarakat apabila para penegak hukum tersebut mempunyai profesional dan bermental tangguh serta mempunyai integritas moral yang tinggi.
Para penegak hukum didalam masyarakat masih banyak yang tidak mempunyai integritas moral yang tinggi yaitu kejujuran, tidak konsisten dalam menegakkan hukum, mentalitas penegak hukum yang rusak, sehingga tidak dapat menahan diri
dari godaan-godaan kebendaan. Akhirnya keputusan-keputusan hukum tidak lagi mencerminkan suatu keadilan yang responsif yaitu suatu keadilan yang benar-benar didasari pertimbangan-pertimbangan yang adil sesuai dengan keinginan pihak-pihak yang
berkepentingan didalam menerapkan suatu perbuatan yang melawan hukum.
94
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Loc. cit.
95
Ibid, halaman 117.
Universitas Sumatera Utara
Adapun alasan-alasan mendasar mengapa seorang notaris yang berprofesional cenderung mengabaikan dan bahkan melanggar kode etik:
96
1. Pengaruh sifat kekeluargaan
Salah satu ciri kekeluargaan itu memberi perlakuan dan penghargaan yang sama terhadap anggota keluarga, dan ini dipandang adil. Perlakuan terhadap
orang yang bukan anggota keluarga akan lain sifatnya. Hal ini berpengaruh terhadap perilaku profesional hukum yang terikat pada kode etik profesi, yang
seharusnya memberi perlakuan sama terhadap klien. Seharusnya masalah keluarga dipisahkan dengan masalah profesi, dan ini
adalah adil. Karena diharapkan notaris dapat menjalankan jabatannya secara profesional tanpa melibatkan adanya keterikatan karena adanya hubungan
darah atau keluarga. Mengenai masalah ini lebih cenderung ke dalam permohonan pembuatan akta oleh klien, baik klien itu merupakan anggota
keluarga atau bukan. Jadi tanpa memandang anggota keluarga atau bukan, notaris harus bertindak secara profesional tanpa membedakan mereka. Dengan
cara demikian, notaris tidak perlu mengabaikan Kode etik Notaris. 2.
Pengaruh jabatan. Salah satu ciri jabatan adalah bawahan menghormati dan taat pada atasan dan
ini adalah ketentuan undang-undang kepegawaian. Fungsi eksekutif terpisah dengan fungsi yudikatif. Seharusnya masalah jabatan dipisah dengan masalah
96
Abdulkadir Muhammad, Op.cit, halaman 82.
Universitas Sumatera Utara
profesi dan ini adalah adil. Sebagai seorang profesional, harus bekerja secara fungsional bukan secara struktural.
3. Karena lemah iman
Salah satu syarat mejadi profesional itu adalah taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Ketaqwaan ini adalah dasar moral manusia. Jika manusia mempertebal iman dan taqwa, maka di dalam diri akan tertanam nilai moral yang menjadi rem
untuk berbuat buruk. Dengan taqwa manusia makin sadar bahwa kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, sebaliknya keburukan akan dibalas dengan
keburukan. Dengan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, profesional memiliki benteng moral yang kuat, tidak mudah tergoda dan tergiur dengan
bermacam ragam bentuk materi di sekitarnya. Dengan iman yang kuat kebutuhan akan terpenuhi secara wajar dan itulah kebahagiaan.
c. Faktor sarana means factor
Faktor sarana merupakan suatu hal yang sangat penting karena tanpa adanya sarana yang memadai terhadap penegak hukum, maka tidak mungkin penegakan
hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana tersebut antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan
terampil, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan lain-lain, jika hal ini tidak terpenuhi maka penegakan hukum tidak akan mencapai tujuannya.
Pembangunan sarana dan prasarana hukum diarahkan pada peningkatan dukungan perangkat hukum yang lebih menjamin kelancaran dan kelangsungan berperannya
Universitas Sumatera Utara
hukum sebagai pengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta terselenggaranya fungsi hukum sebagai pengayom masyarakat dan ditujukan pada
peningkatan daya dukungnya secara optimal terhadap pembangunan hukum nasional. Sarana dan prasarana hukum terus ditingkatkan baik kualitas maupun
kuantitas agar dapat mendukung upaya pembangunan hukum secara optimal. Perhatian khusus perlu diberikan pada peningkatan sarana dan prasarana untuk
menunjang aparat penyidik agar mampu menanggulangi meningkatnya kualitas kejahatan dengan mendayagunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
mengantisipasi tuntutan hak asasi manusia dalam rangka mendukung penyelenggaraan peradilan yang berkualitas. Sistem jaringan dokumentasi dan
informasi hukum secara nasional, sebagai unsur pendukung penyelenggaraan fungsi hukum, perlu dikembangkan melalui pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan kerjasama aparatur hukum nasional. Berdasarkan uraian tersebut diatas bahwa faktor sarana sangat menentukan dalam penegakan hukum dalam tindak
pidana penggelapan sebab tanpa sarana yang memadai penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak hukum tidak akan mungkin menjalankan
peranannya dengan baik.
Jika dikaitkan dengan perbuatan yang dilakukan notaris Immanuel Dahlan Ginting, SH, maka faktor sarana tersebut sangat diperlukan guna untuk menghindari
tindak pidana kejahatan yang dapat menyebabkan kerugian pada diri sendiri dan masyarakat. Dalam hal ini, para notaris harus dibekali dengan pengetahuan hukum
yang mendalam, karena mereka tidak hanya berkewajiban mengesahkan tanda tangan, melainkan menyusun aktanya dan memberikan penyuluhan hukum dimana
perlu sebelum akta dibuat. Ilmu dan keterampilan dalam membuat akta otentik merupakan bekal untuk melaksanakan pekerjaantugas jabatan atau profesinya untuk
kepentingan klien.
97
d. Faktor masyarakat community factor
97
Hasil Wawancara Ketua Majelis Pengawas Daerah Kota Medan, pada tanggal 4 September 2009.
Universitas Sumatera Utara
Faktor masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum itu sendiri, sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai
kedamaian dalam masyarakat. Dalam hal ini yang penting adalah kesadaran hukum masyarakat, semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat, semakin baik pula
penegakan hukum. Sebaliknya semakin rendah tingkat kesadaran hukum masyarakat, maka semakin sulit melaksanakan penegakan hukum yang baik.
Yang dimaksud dengan kesadaran hukum itu antara lain adalah pengetahuan tentang hukum, penghayatan fungsi hukum, ketaatan terhadap hukum.
98
Kesadaran hukum merupakan pandangan hukum dalam masyarakat tentang apa hukum itu.
Pandangan itu berkembang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu agama, ekonomi, politik dan sebagainya. Pandangan itu selalu berubah oleh karena hukum
itu selalu berubah juga.
99
Oleh karena itu aparat penegak hukum jangan hanya mengandalkan interprestasi dan formal akan ketentuan hukum melainkan juga harus
mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat, secara naluriah masyarakat mempunyai rasa keadilan. Rasa keadilan itu adalah sesuai dengan prinsip negara
hukum dan asas hukum harus dikembangkan, dijabarkan dan disalurkan lewat hukum. Oleh karena itu diperlukan kesadaran dan pengetahuan hukum.
e. Faktor budaya cultural factor
Pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik dan
apa yang dianggap buruk, maka budaya Indonesia merupakan dasar atau mendasari hukum adat yang berlaku. Hukum adat tersebut merupakan kebiasaan yang berlaku
98
Ridwan Syahrani, Loc-cit, halaman 214
99
Ridwan Syahrani, Loc-cit, halaman 215.
Universitas Sumatera Utara
dikalangan rakyat banyak. Akan tetapi di samping berlaku pula hukum yang tertulis perundang-undangan yang dibentuk oleh pemerintah yang mempunyai kekuasaan
dan wewenang untuk itu. Hukum itu harus dapat mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar dari hukum adat agar hukum itu dapat berjalan secara efektif.
Disamping itu budaya manusia dalam pergaulan hidup sangat mempengaruhi perilaku para penegak hukum dalam menegakkan hukum itu sendiri, misalnya adanya
budaya hukum legal cultural yang kurang baik dalam menegakkan hukum di Pengadilan berupa pemberian uang di dalam memutuskan suatu perkara baik pidana
maupun perdata. Budaya penegakan hukum ini sudah merupakan suatu penyakit yang sulit untuk diperbaiki.
Pembangunan dan pengembangan budaya hukum ditujukan untuk terciptanya ketentraman, serta ketertiban dan tegaknya hukum yang berintikan
kejujuran, kebenaran, dan keadilan untuk mewujudkan kepastian hukum dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan disiplin nasional. Kesadaran hukum
terhadap penyelenggara negara dan masyarakat perlu ditingkatkan dan dikembangkan secara terus menerus melalui pendidikan, penyuluhan sosialisasi, keteladanan, dan
penegakan hukum untuk menghormati, mentaati dan mematuhi hukum dalam upaya mewujudkan suatu bangsa yang berbudaya hukum.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin banyak persesuaian antara peraturan perundang-undangan dengan budaya masyarakat maka
akan semakin mudah menegakkan hukum itu sendiri. Sebaliknya apabila suatu peraturan perundang-undangan tidak sesuai atau bertentangan dengan budaya
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, maka semakin sulit untuk melaksanakan atau menegakkan peraturan hukum dimaksud.
Dari kelima faktor diatas antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan erat, karena merupakan esensi dalam penegakan hukum oleh lembaga yudikatif,
sehingga penyimpangan perilaku akibat pengaruh faktor-faktor diatas mengakibatkan timbulnya kejahatan dalam kasus-kasus penggelapan pajak dalam hal peralihan hak
atas tanah di kota Medan. 2.
Bersama-sama collective Penyimpangan perilaku hukum secara bersama-sama dapat menimbulkan
kejahatan dalam kasus penggelapan pajak yang tergambar dalam masyarakat : a.
Pembentukan hukum baru. b.
Penerapan hukum. c.
Masyarakat yang dirugikan atau diuntungkan karena adanya aturan tertentukebijakan.
d. Kesadaran hukum masyarakat yang kurang.
3. Individu
Penyimpangan prilaku individu terdapat beberapa faktor antara lain : a.
Adanya unsur-unsur hukum yang berubah. b.
Kesungguhan dan kemampuan para penegak hukum yang melakukan fungsinya tidak berjalan dengan baik.
c. Kepatuhan hukum yang menyangkut kaidah-kaidah, kewajiban maupun perilaku
tertentu sangat lemah.
Universitas Sumatera Utara
B. Faktor Disintegrasi Dari Peraturan Hukum