Faktor Penyimpangan Prilaku Hukum Deviation Behavior of Law

dilakukannya dengan orang lain, dan orang tersebut mendapat prilaku jahat sebagai hasil interaksi yang dilakukannya dengan orang-orang yang berprilaku dengan kecenderungan untuk melawan norma-norma hukum yang ada. 88 Dalam penggelapan pajak ada beberapa faktor penyebab timbulnya kejahatan antara lain : 1. Penyimpangan perilaku hukum Deviation Behavior of Law. 2. Disintegrasi dari peraturan hukum Disintegration of Rules of Law. 3. Faktor politik, ekonomi, sosbud, dan kantib Political, Economic, Social and Cultural, Security and order Factors.

A. Faktor Penyimpangan Prilaku Hukum Deviation Behavior of Law

Dalam hal ini ada dua variable yang diperhatikan yaitu penyimpangan perilaku dan hukum. Penyimpangan perilaku ini Donald Black menyatakan : Deviant behavior is a conduct that is subject to social control. In other words, social control defines what deviant is. And the more social control to which it is subject, the more deviant the conduct is. In this sense, the seriousness of deviant behavior is defined by the quantity of social control to which it is subject. The quantity of social control also defines the rate of deviant behavior. The style of social control even defines the style of deviant behavior. Whether it is an offense to be punished, a debt to be paid, a condition in need of treatment, or a dispute in need of resolution. In short, deviant behavior is an aspect of social control. 89 Penyimpangan prilaku hukum adalah suatu tingkah laku yang tunduk kepada kontrol sosial. Dengan kata lain, kontrol sosial mendefinisikan apa yang dimaksud dengan yang menyimpang. Dan semakin banyak kontrol sosial kemana tingkah laku itu harus tunduk, semakin banyak penyimpangan tingkah laku itu. Dalam pengertian 88 Abdul Syani, Sosiologi Kriminalitas, Bandung: CV. Remadja Karya, 1987, halaman 43 89 Donald Black, The Behavior of law, Academic Press, New York, 1976, halaman 9. Universitas Sumatera Utara ini, keseriusan dari perilaku yang menyimpang itu dibatasi oleh kuantitas kontrol sosial ke mana tingkah laku itu tunduk. Kuantitas dari kontrol sosial juga mendefinisikan kadar dari perilaku yang menyimpang itu. Gaya dari kontrol sosial bahkan mendefinisikan gaya dari perilaku yang menyimpang, apakah itu suatu kejahatan yang harus dihukum, suatu hutang yang harus dibayar, suatu keadaan yang membutuhkan perlakuan atau suatu perselisihan yang memerlukan penyelesaian. Dengan singkat, perilaku yang menyimpang adalah suatu segi dari kontrol sosial. Menurut J.E. Sahetapy dalam teori deviance mencakup tingkah laku pembangkangan atau jahat aberrant behavior dan tingkah laku yang tidak patuh non-conforning behavior. Jadi deviance atau pengembangan haruslah diartikan sebagai tingkah laku yang melanggar norma-norma yang ada, norma-norma mana yang bisa diatur ataupun tidak dalam suatu undang-undang. Tetapi pada umumnya deviance atau pembangkangan adalah pelanggaran terhadap hukum pidana dan undang-undang lainnya. 90 Secara umum disebutkan bahwa faktor-faktor yang menimbulkan kejahatan dibagi dalam dua bagian yaitu : 91 1. Faktor Intern faktor yang terdapat pada individu. Yaitu bahwa seorang menjadi penjahat karena pembawaan atau bakat alamiah, maupun karena kegemaran atau hobby. Selain itu pertumbuhan fisik dan meningkatnya usia ikut pula menentukan tingkat kejahatan, seperti seperti seorang anak masih kanak-kanak pada umumnya suka melakukan perkelahian sedangkan antara umur 30 sampai 50 di mana manusia telah memegang kehidupan yang mantap, maka mereka melakukan kejahatan penggelapan, penyalahgunaan kekuasaan, korupsi kekuasaan dengan memberikan kesempatan kepada anggota keluarganya untuk menempatkan posisi-posisi kunci di dalam bidang pekerjaannya. 2. Faktor Extern faktor yang berada diluar individu. 90 J.E.Sahetapy, Teori Kriminologi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1992, halaman 36. 91 B. Bosu, Sendi-sendi Kriminologi, Surabaya: Usaha Nasional, 1982, halaman 23. Universitas Sumatera Utara Socrates mengatakan bahwa manusia masih melakukan kejahatan karena pengetahuan tentang kebajikan tidak nyata baginya, maksudnya bahwa pendidikan yang dilaksanakan di rumah maupun disekolah memegang peranan yang sangat penting untuk menentukan kepribadian seseorang. Selain itu ada juga orang belanda mengatakan apabila ingin mengetahui latar belakang seseorang, maka cukuplah bertanya di manakah ia bertempat tinggal, jika ia berasal dari daerah X yang sudah terkenal sebagai daerah kejahatan maka ia setidak-tidaknya adalah penjahat. Penyimpangan prilaku hukum yang menyebabkan timbulnya kejahatan terjadi di dalam : 1. Lembaga institution Penyimpangan perilaku hukum dalam lembaga ini terdapat dalam lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif. Penyimpangan dalam lembaga legislatif tergambar dalam bentuk perencanaan hukum oleh pemerintah yang bekerja sama dengan DPR membuat suatu undang-undang untuk kepentingan pemerintah yang berkuasa merugikan kepentingan rakyat. Hal ini tergambar di dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004, karena hanya mengatur hal-hal yang pokok saja dan tidak ada sanksi pidana yang tegas terhadap notaris yang melanggar hukum. Menurut sistem hukum pidana di Indonesia yang menganut asas legalitas sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 1 KUHP tiada suatu perbuatan dapat dipidana dalam perundang-undangan sebelum perbuatan dilakukan hanya dapat dipidana untuk tindak pidana yang dilakukannya, apabila dilakukan dengan sengaja atau kealpaan, karena aturan pidana ini adalah aturan hukum. Aturan hukum ini bersifat umum. Universitas Sumatera Utara Perbuatan melawan hukum dari suatu perbuatan pidana dapat dilihat dari unsur melawan hukum materil materiele wederrechtelijkheid dan unsur melawan hukum formil formiele wederrechtelijkheid. Unsur melawan hukum materil tidak hanya sekedar bertentangan dengan hukum tertulis, tetapi juga bertentangan dengan hukum tidak tertulis. Sedangkan ajaran melawan hukum formil adalah bertentangan dengan hukum tertulis saja. Penyimpangan prilaku dalam lembaga eksekutif terjadi akibat dalam pelaksanaan hukum yang disalah gunakan atau proses penyimpangan dari ketentuan undang-undang misalnya dalam proses pelaksanaan pembayaran pajak BPHTB dan PPh. Penyimpangan ini terjadi oleh notaris yang mencari keuntungan pribadi, sehingga proses pembayaran pajak yang dilakukannya lebih menitikberatkan kepada intimidasi agar pembayaran pajak BPHTB dan PPh dapat ditekan serendah mungkin untuk mendapat keuntungan yang lebih besar dari para pihak. Disamping hal tersebut diatas timbulnya kejahatan dalam kasus penggelapan pajak ini juga tidak terlepas dari manajemen BPN Badan Pertanahan Nasional yang sangat lemah, sehingga timbul sertipikat yang sudah dibalik namakan atas nama pembeli, padahal bukti setoran pembayaran pajak BPHTB dan PPh tersebut adalah palsu. Penyimpangan prilaku hukum yang dilakukan oleh lembaga yudikatif tergambar dalam menerapkanmenegakkan hukum. Para penegak hukum selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat kebendaan sehingga hukum yang ada tidak dijadikan sebagai pedoman. Demikian juga penyimpangan prilaku hukum yang Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh lembaga yudikatif dalam penegakan hukum di pengadilan yang disebabkan oleh : a. Faktor hukum itu sendiri the legal factor itself Semakin baik suatu peraturan hukum akan semakin memungkinkan penegakannya, sebaliknya semakin tidak baik suatu peraturan hukum akan semakin sukarlah penegakannya. Secara umum peraturan yang baik adalah peraturan hukum yang berlaku secara yuridis, sosiologis dan filosofis. Peraturan secara yuridis menurut Hans Kelsen apabila peraturan tersebut penentuannya berdasarkan kaedah yang lebih tinggi tingkatannya. Hal ini berhubungan dengan teori stufenbau dari Hans Kelsen, dalam hal ini perlu diperhatikan apa yang dimaksud dengan efektifitas kaedah hukum yang dibedakan dengan berlakunya kaedah hukum, oleh karena efektifitas merupakan fakta. 92 Teori stufenbau dari Hans Kelsen ini sesuai dengan sumber tertib hukum RI dan tata urutan peraturan perundang-undangan RI sebagaimana tercantum dalam ketetapan MPRS No. XXMPRS1996 jo ketetapan MPR No. VMPR1973. Setiap peraturan hukum yang berlaku haruslah bersumber pada peraturan yang lebih tinggi tingkatannya. Ini berarti bahwa setiap peraturan hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan peraturan hukum yang lebih tinggi derajatnya. 93 92 Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Perihal Kaedah-kaedah Hukum, Alumni Bandung, 1978, halaman 114. 93 Moh. Kusnadi dan Harmaili Ibrahim, Hukum dan Tata Negara Indonesia, Fakultas Hukum UI, Jakarta, 1983 Cetakan ke II, halaman 50 Jo Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, halaman 205. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya menurut W. Zevenbergen menyatakan bahwa suatu peraturan hukum mempunyai kekuatan berlaku yuridis jika peraturan hukum tersebut terbentuk menurut cara yang telah ditetapkan. 94 Kemudian suatu peraturan hukum berlaku secara sosiologis bilamana peraturan tersebut diakui atau diterima oleh masyarakat kepada siapa peraturan hukum tersebut ditujukandiberlakukan, demikian menurut “Anerkennungstheorie,” The recognition theory. Teori ini bertolak belakang dengan Machttheorie, Power theory yang menyatakan bahwa peraturan hukum mempunyai keberlakuan sosiologis apabila dipaksakan berlakunya oleh penguasa, diterima ataupun tidak oleh warga masyarakat. 95 Teori yang disebut pertama di atas lebih sesuai dengan masyarakat Indonesia. Suatu hukum berlaku secara filosofis apabila peraturan hukum tersebut sesuai dengan cita-cita hukum Rechts Idee sebagaimana nilai positif yang tertinggi. Di Indonesia cita-cita hukum positif yang tertinggi adalah masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945. b. Faktor penegak hukum law enforcement factor Faktor penegak hukum yang terkait langsung dalam proses penegakan hukum adalah kepolisian, kejaksaan, kehakiman pengacara dan notaris yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi keberhasilan penegakan hukum dalam masyarakat. Penegakan hukum yang memungkinkan ditegakkannya hukum dan keadilan dalam masyarakat apabila para penegak hukum tersebut mempunyai profesional dan bermental tangguh serta mempunyai integritas moral yang tinggi. Para penegak hukum didalam masyarakat masih banyak yang tidak mempunyai integritas moral yang tinggi yaitu kejujuran, tidak konsisten dalam menegakkan hukum, mentalitas penegak hukum yang rusak, sehingga tidak dapat menahan diri dari godaan-godaan kebendaan. Akhirnya keputusan-keputusan hukum tidak lagi mencerminkan suatu keadilan yang responsif yaitu suatu keadilan yang benar-benar didasari pertimbangan-pertimbangan yang adil sesuai dengan keinginan pihak-pihak yang berkepentingan didalam menerapkan suatu perbuatan yang melawan hukum. 94 Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Loc. cit. 95 Ibid, halaman 117. Universitas Sumatera Utara Adapun alasan-alasan mendasar mengapa seorang notaris yang berprofesional cenderung mengabaikan dan bahkan melanggar kode etik: 96 1. Pengaruh sifat kekeluargaan Salah satu ciri kekeluargaan itu memberi perlakuan dan penghargaan yang sama terhadap anggota keluarga, dan ini dipandang adil. Perlakuan terhadap orang yang bukan anggota keluarga akan lain sifatnya. Hal ini berpengaruh terhadap perilaku profesional hukum yang terikat pada kode etik profesi, yang seharusnya memberi perlakuan sama terhadap klien. Seharusnya masalah keluarga dipisahkan dengan masalah profesi, dan ini adalah adil. Karena diharapkan notaris dapat menjalankan jabatannya secara profesional tanpa melibatkan adanya keterikatan karena adanya hubungan darah atau keluarga. Mengenai masalah ini lebih cenderung ke dalam permohonan pembuatan akta oleh klien, baik klien itu merupakan anggota keluarga atau bukan. Jadi tanpa memandang anggota keluarga atau bukan, notaris harus bertindak secara profesional tanpa membedakan mereka. Dengan cara demikian, notaris tidak perlu mengabaikan Kode etik Notaris. 2. Pengaruh jabatan. Salah satu ciri jabatan adalah bawahan menghormati dan taat pada atasan dan ini adalah ketentuan undang-undang kepegawaian. Fungsi eksekutif terpisah dengan fungsi yudikatif. Seharusnya masalah jabatan dipisah dengan masalah 96 Abdulkadir Muhammad, Op.cit, halaman 82. Universitas Sumatera Utara profesi dan ini adalah adil. Sebagai seorang profesional, harus bekerja secara fungsional bukan secara struktural. 3. Karena lemah iman Salah satu syarat mejadi profesional itu adalah taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Ketaqwaan ini adalah dasar moral manusia. Jika manusia mempertebal iman dan taqwa, maka di dalam diri akan tertanam nilai moral yang menjadi rem untuk berbuat buruk. Dengan taqwa manusia makin sadar bahwa kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, sebaliknya keburukan akan dibalas dengan keburukan. Dengan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, profesional memiliki benteng moral yang kuat, tidak mudah tergoda dan tergiur dengan bermacam ragam bentuk materi di sekitarnya. Dengan iman yang kuat kebutuhan akan terpenuhi secara wajar dan itulah kebahagiaan. c. Faktor sarana means factor Faktor sarana merupakan suatu hal yang sangat penting karena tanpa adanya sarana yang memadai terhadap penegak hukum, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana tersebut antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan lain-lain, jika hal ini tidak terpenuhi maka penegakan hukum tidak akan mencapai tujuannya. Pembangunan sarana dan prasarana hukum diarahkan pada peningkatan dukungan perangkat hukum yang lebih menjamin kelancaran dan kelangsungan berperannya Universitas Sumatera Utara hukum sebagai pengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta terselenggaranya fungsi hukum sebagai pengayom masyarakat dan ditujukan pada peningkatan daya dukungnya secara optimal terhadap pembangunan hukum nasional. Sarana dan prasarana hukum terus ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitas agar dapat mendukung upaya pembangunan hukum secara optimal. Perhatian khusus perlu diberikan pada peningkatan sarana dan prasarana untuk menunjang aparat penyidik agar mampu menanggulangi meningkatnya kualitas kejahatan dengan mendayagunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengantisipasi tuntutan hak asasi manusia dalam rangka mendukung penyelenggaraan peradilan yang berkualitas. Sistem jaringan dokumentasi dan informasi hukum secara nasional, sebagai unsur pendukung penyelenggaraan fungsi hukum, perlu dikembangkan melalui pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kerjasama aparatur hukum nasional. Berdasarkan uraian tersebut diatas bahwa faktor sarana sangat menentukan dalam penegakan hukum dalam tindak pidana penggelapan sebab tanpa sarana yang memadai penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak hukum tidak akan mungkin menjalankan peranannya dengan baik. Jika dikaitkan dengan perbuatan yang dilakukan notaris Immanuel Dahlan Ginting, SH, maka faktor sarana tersebut sangat diperlukan guna untuk menghindari tindak pidana kejahatan yang dapat menyebabkan kerugian pada diri sendiri dan masyarakat. Dalam hal ini, para notaris harus dibekali dengan pengetahuan hukum yang mendalam, karena mereka tidak hanya berkewajiban mengesahkan tanda tangan, melainkan menyusun aktanya dan memberikan penyuluhan hukum dimana perlu sebelum akta dibuat. Ilmu dan keterampilan dalam membuat akta otentik merupakan bekal untuk melaksanakan pekerjaantugas jabatan atau profesinya untuk kepentingan klien. 97 d. Faktor masyarakat community factor 97 Hasil Wawancara Ketua Majelis Pengawas Daerah Kota Medan, pada tanggal 4 September 2009. Universitas Sumatera Utara Faktor masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum itu sendiri, sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam masyarakat. Dalam hal ini yang penting adalah kesadaran hukum masyarakat, semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat, semakin baik pula penegakan hukum. Sebaliknya semakin rendah tingkat kesadaran hukum masyarakat, maka semakin sulit melaksanakan penegakan hukum yang baik. Yang dimaksud dengan kesadaran hukum itu antara lain adalah pengetahuan tentang hukum, penghayatan fungsi hukum, ketaatan terhadap hukum. 98 Kesadaran hukum merupakan pandangan hukum dalam masyarakat tentang apa hukum itu. Pandangan itu berkembang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu agama, ekonomi, politik dan sebagainya. Pandangan itu selalu berubah oleh karena hukum itu selalu berubah juga. 99 Oleh karena itu aparat penegak hukum jangan hanya mengandalkan interprestasi dan formal akan ketentuan hukum melainkan juga harus mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat, secara naluriah masyarakat mempunyai rasa keadilan. Rasa keadilan itu adalah sesuai dengan prinsip negara hukum dan asas hukum harus dikembangkan, dijabarkan dan disalurkan lewat hukum. Oleh karena itu diperlukan kesadaran dan pengetahuan hukum. e. Faktor budaya cultural factor Pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, maka budaya Indonesia merupakan dasar atau mendasari hukum adat yang berlaku. Hukum adat tersebut merupakan kebiasaan yang berlaku 98 Ridwan Syahrani, Loc-cit, halaman 214 99 Ridwan Syahrani, Loc-cit, halaman 215. Universitas Sumatera Utara dikalangan rakyat banyak. Akan tetapi di samping berlaku pula hukum yang tertulis perundang-undangan yang dibentuk oleh pemerintah yang mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk itu. Hukum itu harus dapat mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar dari hukum adat agar hukum itu dapat berjalan secara efektif. Disamping itu budaya manusia dalam pergaulan hidup sangat mempengaruhi perilaku para penegak hukum dalam menegakkan hukum itu sendiri, misalnya adanya budaya hukum legal cultural yang kurang baik dalam menegakkan hukum di Pengadilan berupa pemberian uang di dalam memutuskan suatu perkara baik pidana maupun perdata. Budaya penegakan hukum ini sudah merupakan suatu penyakit yang sulit untuk diperbaiki. Pembangunan dan pengembangan budaya hukum ditujukan untuk terciptanya ketentraman, serta ketertiban dan tegaknya hukum yang berintikan kejujuran, kebenaran, dan keadilan untuk mewujudkan kepastian hukum dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan disiplin nasional. Kesadaran hukum terhadap penyelenggara negara dan masyarakat perlu ditingkatkan dan dikembangkan secara terus menerus melalui pendidikan, penyuluhan sosialisasi, keteladanan, dan penegakan hukum untuk menghormati, mentaati dan mematuhi hukum dalam upaya mewujudkan suatu bangsa yang berbudaya hukum. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin banyak persesuaian antara peraturan perundang-undangan dengan budaya masyarakat maka akan semakin mudah menegakkan hukum itu sendiri. Sebaliknya apabila suatu peraturan perundang-undangan tidak sesuai atau bertentangan dengan budaya Universitas Sumatera Utara masyarakat, maka semakin sulit untuk melaksanakan atau menegakkan peraturan hukum dimaksud. Dari kelima faktor diatas antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan erat, karena merupakan esensi dalam penegakan hukum oleh lembaga yudikatif, sehingga penyimpangan perilaku akibat pengaruh faktor-faktor diatas mengakibatkan timbulnya kejahatan dalam kasus-kasus penggelapan pajak dalam hal peralihan hak atas tanah di kota Medan. 2. Bersama-sama collective Penyimpangan perilaku hukum secara bersama-sama dapat menimbulkan kejahatan dalam kasus penggelapan pajak yang tergambar dalam masyarakat : a. Pembentukan hukum baru. b. Penerapan hukum. c. Masyarakat yang dirugikan atau diuntungkan karena adanya aturan tertentukebijakan. d. Kesadaran hukum masyarakat yang kurang. 3. Individu Penyimpangan prilaku individu terdapat beberapa faktor antara lain : a. Adanya unsur-unsur hukum yang berubah. b. Kesungguhan dan kemampuan para penegak hukum yang melakukan fungsinya tidak berjalan dengan baik. c. Kepatuhan hukum yang menyangkut kaidah-kaidah, kewajiban maupun perilaku tertentu sangat lemah. Universitas Sumatera Utara

B. Faktor Disintegrasi Dari Peraturan Hukum

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Atas Perbuatan Oknum Notaris yang Menerima Penitipan Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2601/Pid.B/2003/PN.Mdn)

9 111 123

Analisa Yuridis Putusan Pengadila Terhadap Akta Notaris Yang Batal Demi Hukum (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)

10 200 88

Penerapan Sanksi Pidana Pada Kasus Kelalaian Pengemudi Yang Menimbulkan Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No.854 /Pid.B/2012/Pn.Mdn )

2 81 84

Analisis Hukum Atas Perbuatan Oknum Notaris Yang Menerima Penitipan Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (Bphtb) (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2601/Pid.B/2003/Pn.Mdn)

4 50 123

Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Surat Kuasa Yang Dibuat Notaris (Study Kasus Putusan MA NO. 303 K/PID/2004)

9 140 135

Analisis Yuridis Terhadap Pembatalan Akta Notaris (Studi Kasus Pada Pengadilan Negeri Medan)

24 189 131

Analisis Yuridis Atas Perbuatan Notaris Yang Menimbulkan Delik-Delik Pidana (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan NO. 2601/Pid.B/2003/PN.Mdn)

0 60 119

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Hukum Atas Perbuatan Oknum Notaris yang Menerima Penitipan Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2601/Pid.B/2003/PN.Mdn)

0 0 24

Analisis Hukum Atas Perbuatan Oknum Notaris yang Menerima Penitipan Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2601/Pid.B/2003/PN.Mdn)

0 0 14

Analisis Hukum Atas Perbuatan Oknum Notaris Yang Menerima Penitipan Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (Bphtb) (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2601/Pid.B/2003/Pn.Mdn)

0 0 14