b. Bagaimanakah upaya yang dilakukan oleh PPAT untuk mengefektifkan
pembayaran pajak sesuai dengan Undang-undang dalam pelaksanaan jual beli hak atas tanah danatau bangunan?
c. Bagaimanakah bentuk kendala yang dihadapi oleh PPAT dalam
mengefektifkan pemasukan ke kas negara dari sektor pajak melalui jual beli hak atas tanah danatau bangunan dan bagaimanakah PPAT mengatasi
kendala yang ada? Dengan demikian jika diperhadapkan permasalahan yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, penulis berkeyakinan bahwa judul tesis ini dan permasalahan yang
diajukan belum pernah diteliti dan dibahas, sehingga dapat dikatakan asli.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi,
6
dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya.
7
Kerangka teori adalah
6
J.J.J M. Wuisman, dalam M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-asas, Jakarta: FE UI, 1996, halaman 203. M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: CV. Mandar Maju,
1994, halaman 27, menyebutkan, bahwa teori yang dimaksud disiniadalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual di mana
pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan biar
bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.
7
Ibid, halaman 16.
Universitas Sumatera Utara
kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problem yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.
8
Dengan lahirnya beberapa peraturan hukum positif di luar KUHPerdata sebagai konsekuensi dari asas-asas hukum yang terdapat lapangan hukum kekayaan
dan hukum perikatan inilah diperlukan kerangka teori yang akan dibahas dalam penelitian ini dengan aliran hukum positif yang analitis dari Jhon Austin, yang
mengartikan : Hukum itu sebagai a command of the lawgiver perintah dari pembentuk
undang-undang atau penguasa, yaitu suatu perintah mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan, hukum dianggap
sebagai suatu sistem yang logis, tetap, dan bersifat tertutup closed logical system. Hukum secara tegas dipisahkan dari moral dan keadilan tidak
didasarkan pada penilaian baik-buruk.
9
Hukum adalah suatu tata perbuatan manusia. Tata perbuatan mengandung arti suatu sistem aturan. Hukum bukan satu peraturan semata, tetapi hukum adalah
seperangkat peraturan yang kita pahami dalam satu kesatuan yang sistematik. Pernyatan bahwa hukum adalah tata perbuatan manusia, tidak berarti tata hukum
hanya berkenaan dengan perbuatan manusia saja, bahwa tidak ada hal lain kecuali perbuatan manusia yang membentuk isi peraturan hukum. Masyarakat Indonesia pada
khususnya mempunyai pendapat-pendapat tertentu mengenai hukum yaitu : 1.
Hukum diartikan sebagai ilmu pengetahuan. 2.
Hukum diartikan sebagai disiplin, yakni sistem ajaran tentang kenyataan.
8
M. Solly Lubis, Op.cit, halaman 80
9
Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, Bandung: Mandar Maju, 2002, halaman 55.
Universitas Sumatera Utara
3. Hukum diartikan sebagai norma atau kaidah, yakni patokan perilaku pantas yang
diharapkan. 4.
Hukum diartikan sebagai tata hukum yakni hukum positif tertulis. 5.
Hukum diartikan sebagai petugas ataupun pejabat. 6.
Hukum diartikan sebagai keputusan pejabat atau penguasa. 7.
Hukum diartikan sebagai proses pemerintahan. 8.
Hukum diartikan sebagai perilaku teratur dan unik. 9.
Hukum diartikan sebagai jalinan nilai. 10.
Hukum diartikan sebagai seni.
10
Hukum tidak dapat dipisahkan dari kultur, selanjutnya M. Solly Lubis menyatakan bahwa melalui pendekatan kultur, pembinaan hukum dilihat bukan
sekedar pergeseran waktu dari zaman kolonial ke zaman kemerdekaan lalu perlunya perubahan hukum, tetapi adalah juga pergeseran nilai yang ingin menjabarkan sistem
nilai yang dianut ke dalam konstruksi hukum nasional.
11
Wiener mendefinisikan hukum sebagai suatu sistem pengawasan perilaku ethical control yang diterapkan terhadap sistem komunikasi. Wujud hukum adalah
norma dan norma itu merupakan produk dari suatu pusat kekuasaan yang memiliki kewenangan untuk menciptakan dan menerapkan hukum.
12
Menurut Kelsen antara norma hukum dan norma kesusilaan adalah sama dengan asas-asas pokok dari mazhab analitis Austin. Perbedaan terpenting antara dua
norma tersebut ialah bahwa pada norma hukum ada sanksi, ancaman hukuman yang diberikan jika sesuatu dilakukan atau tidak dilakukan merupakan ciri khas dari
hubungan hukum. yang mana norma hukum tidak membentuk satu perintah akan tetapi merupakan satu hubungan syarat dan akibat.
13
Selama ini orang memandang hukum itu identik dengan peraturan perundang- undangan, padahal peraturan perundang-undangan itu merupakan salah satu unsur
dari keseluruhan sistem hukum. Sistem adalah keseluruhan bangunan hukum yang didukung oleh sejumlah asas. Asas-asas tersebut bertigkat-tingkat mulai dari
grundnorm yaitu pancasila sebagai asas filosofis kemudian Undang-Undang Dasar 1945 sebagai asas konstitusional, dan akhirnya Undang-Undang sebagai asas
10
Soerjono Soekanto, Op.cit, halaman 33.
11
M. Solly Lubis, Serba serbi Politik dan Hukum, Mandar maju, Bandung, halaman 49.
12
Lili Rasjidi, Hukum Sebagai Suatu Sistem, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, halaman 94.
13
Soetiksno,Filsafah Hukum, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1997, halaman 62.
Universitas Sumatera Utara
operasional.
14
Berbicara tentang sistem hukum, maka sistem hukum itu terdiri dari 7 tujuh unsur yaitu:
15
1. Asas-asas hukum.
2. Peraturan perundang-undangan yang terdiri dari :
a. Undang-undang. b. Peraturan-peraturan pelaksanaan undang-undang.
c. Yurisprudensi tetap Case Law. d. Hukum
kebiasaan. e. Konvensi-konvensi internasional.
f. Asas-asas hukum internasional. 3. Sumber Daya Manusia yang profesional, bertanggungjawab dan sadar hukum.
4. Pranata-pranata hukum petunjuk-petunjuk hukum seperti contoh dilarang
berhenti dilampu merah, yang apabila dilanggar akan menimbulkan akibat hukum.
5. Lembaga-lembaga hukum legislatif, yudikatif, eksekutif, termasuk :
a. Struktur organisasinya.
b. Kewenangannya.
c. Proses dan prosedur.
d. Mekanis kerja.
6. Sarana dan prasarana hukum, seperti :
a. Furnitur dan lain-lain alat perkantoran, termasuk komputer dan sistem
manajemen perkantoran. b.
Senjata dan lain-lain peralatan terutama untuk polisi. c.
Kendaraan. d.
Gaji. e.
Kesejahteraan pegawaikaryawan. f.
Anggaran pembangunan dan lain-lain. 7.
Budaya hukum yang tercermin oleh perilaku pejabat eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, tetapi juga prilaku masyarakat yang di Indonesia cenderung
menghakimi sendiri sebelum benar-benar dibuktikan seorang tersangka atau tergugat benar-benar bersalah, melakukan suatu kejahatan atau perbuatan tercela.
Hukum sebagai suatu sistem sebagaimana yang dikemukakan oleh Sunaryati Hartono tersebut diatas harus berjalan seimbang dari ke tujuh unsur tersebut dan
14
Bismar Nasution, dkk, Perilaku Hukum Dan Moral Di Indonesia, USU Pers, Medan, 2004, halaman 29.
15
Sunarti Hartono, Upaya Menyusun Hukum Ekonomi Indonesia Pasca Tahun 2003, Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII, BPHN Departemen Kehakiman dan Ham RI, 2003, halaman
227.
Universitas Sumatera Utara
tidak bisa dijalankan secara parsial, karena jika dijalankan secara parsial maka sistem tidak jalan dengan baik. Sistem dapat berjalan dengan baik jika ketujuh unsur itu
berjalan secara seimbang. Hukum perikatan adalah keseluruhan aturan-aturan tentang perikatan yang
bersumber dari perjanjianpersetujuan dan undang-undang.
16
Menurut Pasal 1234 Kitab Undang-undang Hukum Perdata selanjutnya disingkat dengan KUHPerdata
suatu perikatan bertujuan untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu.
Suatu perikatan untuk memberikan sesuatu hendaknya diperhatikan bahwa debitur bukan saja berkewajiban untuk menyerahkan benda yang bersangkutan, akan
tetapi juga untuk merawatnya sebaik mungkin sampai pada saat penyerahan benda itu. Perikatan terdiri dari :
17
1. Perikatan bersyarat ialah suatu perikatan yang pemenuhan janjinya tergantung
pada suatu peristiwa yang akan datang dan belum tentu, hal mana dapat kita bedakan :
a.
bahwa perikatan itu ditangguhkan sampai peristiwa itu terjadi. b.
bahwa perikatan itu dengan sendirinya menjadi batalputus dan tidak berlaku jika peristiwa yang bersangkutan terjadi atau tidak terjadi.
2. Perikatan dengan ketetapan waktu een verbintenis met tijdsbepaling tidak
menangguhkan pelaksanaannya. Jika para pihak menetapkan waktu pembayaran, utang yang bersangkutan tidak dapat ditagih sebelum waktu itu tiba, akan tetapi
jika debitur telah membayar sebelumnya, ia tidak dapat memintanya kembali, demikian menurut Pasal 1269 KUHPerdata.
3. Perikatan alternatif alternatieve verbintenis adalah suatu perikatan dalam mana
terdapat dua benda zaken atau perbuatan handelingen, yang pemberian
16
R. Soetojo Prawirohamidjojo, Hukum Perikatan, Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1979, halaman 9.
17
Komar Andasasmita,Notaris II Contoh Akta Otentik Dan Penjelasannya, Bandung: Ikatan Notaris Indonesia, 1990, halaman 427.
Universitas Sumatera Utara
penyerahan atau pelaksanaannya terserah kepada pilihan debitur, jika hak pilih ini tidak secara tegas diserahkan kepada kreditur.
4. Perikatan tanggung menanggung atau perikatan tanggung renteng hoofdelijke of
solidaire verbintenis menurut Pasal 1278 KUHPerdata ialah suatu perikatan dalam mana pada masing-masing dari beberapa orang kreditur secara tegas
diberikan hak untuk menuntut pemenuhan semua utang atau jika salah seorang dari beberapa debitur melunasi seluruh utang yang bersangkutan, maka perikatan
itu berarti telah terpenuhi seluruhnya.
5. Perikatan dapat dibagi deelbaar atau tidak dapat dibagi ondeelbaar sekedar
perikatan itu mengenai suatu benda zaak yang penyerahannya atau suatu perbuatan daad yang pelaksanaannya dapat atau tak dapat dibagi-bagi, baik
secara nyata lichamelijk atau secara perhitungan onlichamelijk.
6. Perikatan tambahan bijkomende verbintenisaccessoir merupakan perikatan
yang diadakan sebagai jaminan agar perikatan pokok dapat dipenuhi, seperti penetapan hukuman tersebut, gadai, hipotik, crediet verband dan jaminan pribadi
borgtocht.
Menurut ketentuan Pasal 1381 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, ada sepuluh cara hapusnya perikatan yaitu:
a. Karena pembayaran.
b. Karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan.
c. Karena adanya pembaharuan hutang.
d. Karena percampuran hutang.
e. Karena adanya pertemuan hutang.
f. Karena adanya pembebasan hutang.
g. Karena musnahnya barang yang terhutang.
h. Karena kebatalan atau pembatalan.
i. Karena berlakunya syarat batal.
j. Karena lampau waktu.
Perikatan jual beli adalah perikatan yang terjadi antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, mewajibkan pihak yang satu untuk berprestasi dan memberi hak
Universitas Sumatera Utara
kepada pihak lain untuk menerima prestasi. Perikatan jual beli dilaksanakan mengingat syarat-syarat untuk balik nama sulit didapat seperti belum di cek
keabsahan sertipikat di kantor Badan Pertanahan Nasional, belum diterbitkannya SPPT PBB pada awal tahun, pajak yang belum disetor, sehingga tidak bisa langsung
dibuat Akte Jual Beli. Dalam perikatan jual beli terdapat satu pasal mengenai kuasa yang diberikan
kepada pembeli. Pengertian kuasa menurut Pasal 1792 Kitab Undang-undang Hukum Perdata BW adalah suatu persetujuan dengan mana seorang memberikan kekuasaan
kepada seorang lain yang menerimanya, untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan. Kuasa ini gunanya dalam perikatan jual beli adalah untuk mewakili si penjual
dalam tindakan hukum mengalihkan haknya untuk membuat akte jual beli PPAT sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sebelum dilakukan proses balik nama sertipikat ke atas nama pembeli, terlebih dahulu pihak pertama dan kedua menyelesaikan kewajibannya membayar
pajak atas tanah dan atau bangunan jika dikenakan PPh atau BPHTB atas tanah tersebut. Sebagai contoh untuk wilayah kota Medan, apabila Nilai Jual Objek pajak
NJOP atau Nilai Perolehan Objek Pajak NPOP kurang dari Rp. 30.000.000.- tiga puluh juta rupiah, maka pembeli tidak dibebankan membayar pajak BPHTB.
Sedangkan NJOP atau NPOP kurang dari Rp. 60.000.000.- enam puluh juta, maka penjual tidak dibebankan membayar pajak PPh.
Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata ada mengatur tentang perbuatan melawan hukum dengan mengemukakan unsur-unsur sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti
kerugian tersebut. Unsur-unsur perbuatan melawan hukum menurut hukum perdata adalah sebagai
berikut : 1.
Perbuatan melawan hukum, yang mencakup berbuat atau tidak berbuat. 2.
Menimbulkan kerugian pada pihak lain. 3.
Bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku. 4.
Ada hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian. 5.
Ada kesalahan pada pelaku. Apabila seorang notaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pejabat umum
mengakibatkan timbulnya kerugian pada orang lain, maka ia harus bertanggung jawab bukan hanya atas kerugian akibat perbuatannya, melainkan atas kerugian yang
disebabkan kelalaian atas kesembronoannya. Menciptakan dan menerapkan hukum, notaris haruslah senantiasa
berpedoman pada nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Nilai-nilai ini merupakan sumber dari norma bagi penegak hukum dalam menjalankan fungsinya
sebagai aparatur negara. Yang dimaksudkan disini adalah norma-norma atau kaidah- kaidah yang wajib ditaati oleh para penegak hukum atau pemelihara hukum, norma-
norma tersebut perlu ditaati terutama dalam menegakkan hukum, menyusun serta
Universitas Sumatera Utara
memelihara hukum. Menurut O. Notohamidjojo, ada empat norma yang penting dalam penegakan hukum yaitu :
18
1. Kemanusiaan.
Norma kemanusiaan menuntut supaya dalam penegakan hukum, manusia senantiasa diperlakukan sebagai manusia, sebab ia memiliki keluhuran pribadi.
2. Keadilan.
Keadilan adalah kehendak yang kekal untuk memberikan kepada orang lain apa saja yang menjadi haknya.
3. Kepatutan.
Kepatutan adalah hal yang wajib dipelihara dalam pemberlakuan undang-undang dengan maksud untuk menghilangkan ketajamannya. Kepatutan ini perlu
diperhatikan terutama dalam pergaulan hidup manusia dalam masyarakat.
4. Kejujuran.
Pemeliharaan hukum atau penegak hukum harus bersikap jujur dalam mengurus atau menangani hukum, serta dalam melayani justitiable yang berupaya untuk
mencari hukum dan keadilan. Atau dengan kata lain, setiap yurist diharapkan sedapat mungkin memelihara kejujuran dalam dirinya dan menjauhkan diri dari
perbuatan-perbuatan yang curang dalam mengurus perkara.
Berbicara tentang hukum pidana tidak akan terlepas dari masalah pokok yang menjadi titik perhatiannya, masalah pokok dalam hukum pidana tersebut meliputi
masalah tindak pidana perbuatan jahat, kesalahan dan pidana serta korban. Hukum pidana adalah keseluruhan aturan-aturan ketentuan hukum mengenai perbuatan-
perbuatan yang dapat di hukum dan aturan pidananya
19
. Yang menjadi masalah pokok dalam hukum pidana adalah
20
: 1.
Perumusan perbuatan yang dilarang kriminalisasi. 2.
Pertanggung jawaban pidana kesalahan. 3.
Sanksi yang diancam, baik pidana maupun tindakan.
18
E. Sumaryono, Etika Profesi Hukum Norma-norma Bagi Penegak Hukum, Yogyakarta: Kanisius, 1995, halaman 115.
19
Martin Prodjohamidjojo, Memahami Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, halaman 5.
20
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Semarang: UNDIP, 1995, halaman 50.
Universitas Sumatera Utara
Adapun yang menjadi unsur tindak pidana dibedakan atas unsur subjektif dan unsur objektif. Unsur Subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku,
termasuk didalamnya adalah segala sesuatu yang terkandung didalam hatinya. Unsur subjektif dari tindak pidana meliputi :
21
1. Kesengajaan atau ketidak sengajaan dolus atau culpa.
2. Maksud pada suatu percobaan seperti yang dimaksud dalam Pasal 53 ayat 1
KUHP. 3.
Macam-macam maksud atau oogmerk seperti misalnya yang terdapat dalam tindak pidana pencurian.
4. Merencanakan terlebih dahulu, seperti misalnya yang terdapat dalam Pasal 340
KUHP.
Sedangkan unsur objektifnya adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan yaitu didalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari si
pelaku itu harus dilakukan. Unsur objektif dari tindak pidana meliputi :
22
1. Sifat melanggar melawan hukum.
2. Kualitas dari si pelaku, misalnya keadaan sebagai seorang pegawai negeri dalam
kejahatan menurut Pasal 415 KUHP. 3.
Kasualitas, yaitu hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab dengan kenyataan sebagai akibat.
Didalam hukum pidana, untuk menentukan seseorang telah melakukan tindak pidana terlebih dahulu harus memenuhi unsur-unsur perbuatan pidana yaitu
23
: Daftar Bagan Unsur-unsur Perbuatan Pidana
Terbukti Perumusan Sifat Melawan Sifat Tercela Dipidana Delik Hukum
Sumber : D. Schafmeister, N. Kijzer, E.PH. Sitorus 1995
21
A. Fuad Usfa dan Tongat, Pengantar Hukum Pidana, Malang: Universitas Muhammadiyah malang, 2004, halaman 33.
22
Ibid, halaman 33.
23
D. Schafmeister, N. Kijzer, E.PH. Sitorus, Editor J.E.Sahetapy, Hukum Pidana, Yogyakarta: Libert, 1995, halaman 27.
Universitas Sumatera Utara
1. Perumusan delik tersebut harus terpenuhi unsur-unsur :
a. Delik formil.
Delik formil kalau perbuatan sebagai yang dirumuskan dalam peraturan pidana telah dilakukan yang dilarang adalah perbuatannya atau kelakuannya.
b. Delik materiil.
Mengenai unsur delik materil yang dilarang oleh undang-undang ialah akibatnya.
2. Sifat melawan hukum dapat dibedakan juga kedalam :
24
a. Sifat melawan hukum formil.
Suatu perbuatan hanya dapat dipandang sebagai bersifat melawan hukum apabila perbuatan memenuhi semua unsur yang terdapat didalam rumusan
delik dalam Undang-undang. Perbuatan pidana yang tidak memenuhi salah satu unsur delik dalam rumusan Undang-undang tidak dapat dikatakan
bersifat melawan hukum.
b. Sifat melawan hukum materil.
Suatu perbuatan bersifat melwan hukum atau tidak, ukurannya bukan hanya didasarkan pada ketentuan-ketentuan hukum yang tertulis saja, tetapi juga
harus ditinjau menurut asas-asas umum dari hukum yang tidak tertulis, seperti nilai-nilai dalam masyarakat hukum masyarakat.
3. Sifat Tercela
Suatu perbuatan yang memenuhi semua unsur delik yang tertulis dan juga bersifat melawan hukum, namun tidak dapat dipidana kalau tidak dapat dicela pelakunya.
Misalnya kalau dia berada dalam kesesatan yang dapat dimaafkan ingat putusan terkenal tahun 1916 tentang Air dan Susu.Sifat melawan hukum dan sifat tercela
itu merupakan syarat umum untuk dapat dipidananya perbuatan, sekalipun tidak disebut dalam rumusan delik. Inilah yang yang dinamakan unsur di luar undang-
undang, jadi yang tidak tertulis.
25
24
Ibid, halaman 70.
25
D. Schaffmeister, N. Keijzer, E. PH. Sutorius, Op. cit, halaman 27.
Universitas Sumatera Utara
Dengan terpenuhinya semua unsur perbuatan pidana tersebut diatas, barulah dapat dikatakan seseorang itu telah melanggar hukum dan dapat dipidana. Jika
dikaitkan unsur-unsur perbuatan pidana tersebut diatas dengan kasus perkara Pengadilan Negeri Medan No. 2601Pid.B2003PN.Mdn terdapat adanya perbuatan
notaris yang bertentangan dengan hukum, yaitu telah terpenuhinya seluruh unsur- unsur dari Pasal 372 KUHPidana yaitu dengan adanya :
1. Unsur barang siapa.
Yang dimaksud dengan unsur barang siapa oleh Undang-undang adalah orang sebagai subjek hukum yang dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya, dan
dalam perkara ini dimuka persidangan telah dihadapkan terdakwa notaris, yang selama persidangan dapatsanggup mengikuti jalannya persidangan dan dapat
memberikan tanggapan terhadap keterangan saksi-saksi, serta memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan Hakim dan Jaksa Penuntut umum dengan baik
dan lancar, sehingga tidak terdapat hal-hal yang dapat dijadikan pertimbangan untuk menghapuskan pidana, dan oleh karena itu maka unsur barang siapa telah
terpenuhi secara sah dan meyakinkan menurut hukum. 2.
Unsur dengan sengaja. Bahwa menurut ilmu hukum, kesengajaan opzettelijk dibagi menjadi 3 tiga
tingkatan yaitu kesengajaan sebagai maksud atau tujuan, kesengajaan sebagai kepastian atau kesadaran mengenai perbuatan yang disadari sebagai pasti
menimbulkan suatu akibat, dan kesengajaan sebagai kemungkinan atau suatu kesadaran mengenai suatu perbuatan terhadap kemungkinan timbulnya suatu
Universitas Sumatera Utara
akibat dari suatu perbuatan. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa niat notaris untuk menggelapkan uang yang telah dicairkan dari saksi korban sebesar
Rp. 660.000.000.- enamratus enampuluh juta rupiah timbul setelah adanya kesempatan atau peluang dari saksi korban yang menyatakan bahwa saksi korban
tidak mau tahu menahu tentang proses balik nama, dan yang penting sertifikat selesai, sehingga peluang inilah yang digunakan oleh notaris dengan cara tidak
menyetorkan uang Rp. 660.000.000.- enamratus enampuluh juta rupiah tersebut ke bank untuk pembayaran pajak, dan kemudian terdakwa justru menyuruh anak
buahnya untuk memalsukan atau membuat surat setoran pajak fiktif, padahal notaris sadar dan insyaf bahwa dengan perbuatan tersebut, kemungkinan dapat
timbul suatu akibat lain, dan dalam fakta persidangan akibat dibuatnya surat setoran fiktif, maka timbul kerugian pada saksi korban karena harus membayar
kembali pajak-pajaknya, dan juga akibat perbuatan notaris tersebut negara mengalami kerugian.
3. Unsur memiliki dengan melawan hak sesuatu barang yang sama sekali atau
sebagiannya termasuk kepunyaan orang lain dan barang itu ada dalam tangannya bukan karena kejahatan.
Yang dimaksud dengan memiliki barang itu dengan melawan hak adalah niat dari notaris untuk memiliki barang milik orang lain tanpa ada haknya atau tanpa seijin
dari pemilik barang tersebut ataupun memperlakukan barang tersebut seolah-olah sebagai barang miliknya. Hal ini dapat dilihat dengan diserahkannya cek oleh
saksi korban kepada notaris untuk mengurus proses balik nama sertifikat beserta
Universitas Sumatera Utara
pembayaran pajak, namun notaris tidak menggunakan uang tersebut untuk membayar pajak sebagai syarat balik nama, akan tetapi justru untuk keperluan
diluar yang diperuntukkan diantaranya untuk menyelenggarakan kejuaraan daerah taekwondo, membangun pos polisi, dan membeli sejumlah barang-barang untuk
keperluan kantor, sehingga terbukti notaris memiliki uang itu dengan melawan hak atau keperluan uang tersebut seolah-olah sebagai miliknya, sehingga pihak
lain dirugikan. Dengan kata lain perbuatan yang dilakukan notaris tersebut dapat dikategorikan sebagai tindakan penggelapan dalam penggelapan.
Undang-undang pidana kadang-kadang menentukan bahwa perbuatan atau kelalaian orang baru dapat dihukum kalau dilakukan dalam keadaan tertentu, umpama
melawan tindakan pegawai negeri itu dapat dihukum kalau perlawanan itu dilakukan dengan ancaman kekerasan atau dengan kekerasan dan jika pegawai negeri itu sedang
melakukan kewajibannya. Ataupun pelanggaran terhadap kehormatan orang lain dapat dihukum kalau dilakukan ditempat umum, tempat umum itu ialah keadaan.
Syarat yang perlu untuk pengertian umum tentang delik ialah sifatnya yang bertentangan dengan keharusan atau larangan yang ditentukan oleh undang-undang.
Bahwa notaris tersebut dalam menjalankan tugasnya sebagai pejabat umum tidak berpegang pada kode etik notaris dalam Undang-undang Jabatan Notaris serta
kurangnya moralitas.
26
Moralitas akan tercapai apabila kita menaati hukum lahiriah bukan lantaran hal itu membawa akibat yang menguntungkan kita atau lantaran takut
26
Moralitas adalah kesesuaian sikap dan perbuatan kita dengan norma atau hukum batiniah kita, yakni apa yang kita pandang sebagai kewajiban kita.
Universitas Sumatera Utara
pada kuasa sang pemberi hukum melainkan kita sendiri menyadari bahwa hukum itu merupakan kewajiban kita.
27
Dengan demikian notaris harus memiliki perilaku profesional yang unsur- unsurnya adalah sebagai berikut :
28
a. Harus menunjuk pada keahlian yang didukung oleh pengetahuan dan pengalaman
yang tinggi. b.
Memiliki integritas moral, dalam arti segala pertimbangan moral harus melandasi tugas-tugas professional. Pertimbangan moral profesional ini harus diselaraskan
dengan nilai-nilai kemasyarakatan, nilai-nilai sopan santun dan agama.
c. Menunjuk pada kejujuran, tidak saja pada pihak kedua atau ketiga, tetapi juga
pada dirinya sendiri. d.
Dalam melakukan tugas jabatannya, notaris tidak boleh semata-mata didorong oleh pertimbangan uang, tidak boleh diskriminatif.
e. Notaris profesional harus memegang teguh kode etik profesi.
2. Kerangka Konsepsi