Pembahasan 1. Intensitas Nyeri Pre Intervensi Terapi Musik Pada Kelompok

2. Pembahasan 2.1. Intensitas Nyeri Pre Intervensi Terapi Musik Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Pasien Kanker Nyeri Kronis Intensitas nyeri pre intervensi pada kedua kelompok, baik pada kelompok Perlakuan maupun pada kelompok kontrol memiliki nilai yang sama yaitu lebih dari setengah responden mengalami intensitas nyeri dengan tingkat berat 69,2, dan responden dengan tingkat nyeri sedang 30,8, Dari data diatas terlihat bahwa intensitas nyeri pada pasien kanker lebih banyak pada intensitas nyeri berat dibandingkan dengan nyeri sedang dan ringan, dan hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jika dilihat dari karakteristik demografi responden lebih dari setengah responden berada pada rentang usia 41- 65 tahun yang merupakan usia dewasa akhir, pada kelompok intervensi 69,2, pada kelompok kontrol 53,8. Data ini menunjukkan bahwa nyeri dipengaruhi oleh perbedaan usia pada setiap responden dan hal ini sesuai dengan pendapat Gill 1990 yang menyatakan bahwa usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, dimana orang dewasa pada umumnya akan mempersepsikan nyerinya dan melaporkan nyerinya jika nyeri sudah bersifat patologis dan mengalami kerusakan fungsi sehingga pada penelitian ini responden yang paling banyak ditemukan pada rantang usia 41-65 tahun dimana pada kelompok intevensi 69,2, dan pada kelompok kontrol 53,8. Lain halnya dengan jenis kelamin, pada penelitian ini menunjukkan lebih dari setengah responden adalah perempuan, pada kelompok perlakuan 61,5, dan pada kelompok kontrol sebesar 69,2 namun persentase ini tidak menjadi alasan bahwa nyeri dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin karena Universitas Sumatera Utara menurut Gill 1990 mengatakan bahwa umumnya pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri. Kerusakan fungsi yang lebih dominan adalah dikarenakan kanker dan jenis kanker yang lebih dominan adalah kanker payudara, pada kelompok kontrol 30,8 dan pada kelompok perlakuan 38,5, kanker payudara pada prinsipnya adalah tumor ganas dari salah satu kelenjar kulit disebelah luar rongga dada. Sel-sel kanker ini dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas dan bermetastasis dengan cepat sehingga pada penelitian ini responden menunjukkan intensitas nyeri yang berat. 2.2. Intensitas Nyeri Post Intervensi Terapi Musik Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Pasien Kanker Nyeri Kronis Dari hasil analisa data diperoleh bahwa intensitas nyeri pada kelompok perlakuan post intervensi diperoleh intensitas nyeri dengan tingkat sedang 76,9 dan intensitas nyeri berat 23,1. Persentase ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan intensitas nyeri yang signifikan pada kelompok intervensi post perlakuan. Perbandingan intensitas nyeri post intervensi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa terapi musik efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien kanker dengan nyeri kronis. Hal ini sesuai dengan pendapat Berger,1992 yang mengatakan bahwa musik dapat menurunkan intensitas nyeri dengan menurunkan kadar hormon kortisol yang meningkat pada saat stress akibat nyeri. Musik juga merangsang pelepasan Universitas Sumatera Utara hormon endorfin, hormon tubuh yang memberikan perasaan senang yang berperan dalm menurunkan intensitas nyeri, Pasien yang diberi terapi musik mengakui bahwa mereka merasa tenang dan sedikit mengantuk sehingga mereka lupa dengan nyeri yang dirasakannya. Ini disebabkan oleh efek musik yang memberikan perasaan rileks Greer, 2003 sehingga pada penelitian ini diperoleh bahwa pada kelompok intervensi post intervensi, responden menunjukkan intensitas nyeri dengan tingkat sedang 76,9. Pada kelompok kontrol post intervensi terapi musik berada pada intensitas nyeri berat yaitu 76,9, nyeri sedang 15,4 dan nyeri ringan 7,7. Persentase ini menunjukkan bahwa intensitas nyeri post intervensi pada kelompok kontol tidak mengalami penurunan bahkan terjadi peningkatan intensitas nyeri, peningkatan nyeri ini terjadi karena pada kelompok kontrol tidak diberikan terapi musik walaupun responden menggunakan obat anti nyeri sehingga pada kelompok kontrol responden menunjukkan peningkatan intensitas nyeri. 2.3. Perbedaan Intensitas Nyeri Pre dan Post Intervensi Terapi Musik Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Pasien Kanker Nyeri Kronis 2.3.1 Kelompok Perlakuan Dengan menggunakan uji statistik paired sample t-test diketahui nilai mean pada intensitas nyeri pre dan post intervensi terapi musik pada kelompok perlakuan 0,97, nilai t sebesar 2,47 dan p = 0,021 p 0.05 artinya terdapat Universitas Sumatera Utara perbedaan intensitas nyeri antara pre dan post intervensi pada kelompok perlakuan. Hasil ini didukung oleh pendapat Anthony 2003 yang mengatakan bahwa terapi musik efektif untuk menurunkan intensitas nyeri pada beberapa penyakit seperti kanker. Menurut Robbert 2002 dan Greer 2003, musik mempengaruhi persepsi dengan cara distraksi, yaitu pengalihan pikiran dari nyeri, musik dapat mengalihkan konsentrasi klien pada hal-hal yang menyenangkan, musik juga menyebabkan pernafasan menjadi lebih rileks dan menurunkan denyut jantung, karena orang yang mengalami nyeri, denyut jantungnya cenderung semakin meningkat, selain itu musik juga menciptakan rasa nyaman, pasien yang berada pada ruang perawatan dapat merasa cemas dengan lingkungan yang asing baginya dan akan merasa lebih nyaman jika mereka mendengar musik yang mempunyai arti bagi mereka sehingga pada penelitian ini didapat nilai p = 0,021 p 0,05, maka Hipotesa alternatif yang pertama Ha1 diterima artinya terdapat perbedaan intensitas nyeri yang signifikan antara pre dan post intervensi pada kelompok perlakuan.

2.3.2 Kelompok Kontrol

Untuk mengetahui karakteristik intensitas nyeri antara pre dan post intervensi terapi musik pada kelompok kontrol digunkan uji statistik paired sample, dengan menggunakan uji statistik paired sample t-test dapat diketahui bahwa nilai rata-rata antara pre dan post intervensi terapi musik sebesar -0,20, nilai t sebesar -1,53 dan nilai p = 0,15 p 0,05, maka hipotesa nol pertama Ho1 ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan intensitas nyeri yang signifikan antara pre dan post intervensi pada kelompok kontrol, hal ini dipengaruhi karena pada kelompok kontrol tidak diberi perlakuan terapi musik walaupun pasien Universitas Sumatera Utara menggunakan obat anti nyeri sehingga responden menunjukkan peningkatan intensitas nyeri. 2.4. Perbedaan Intensitas Nyeri Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Terapi Musik Pasien Kanker Nyeri Kronis Perbedaan intensitas nyeri antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada pasien kanker berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik t-independent diketahui bahwa perbedaan nilai rata-rata intensitas nyeri antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebesar 1,33 dengan standar error sebesar 0,57. Hasil uji statistik didapatkan nilai t sebesar -1,53 dan nilai p adalah 0,028 p 0,05, maka hipotesa alternatif kedua Ha2 diterima artinya terdapat perbedaan yang signifikan dari intensitas nyeri antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terapi musik. Hasil ini didukung oleh pendapat Priharjo 1993 bahwa teknik distraksi seperti terapi musik dapat mengatasi nyeri melalui retikuler activatory system penghambat stimlus nyeri. Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi berkurang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisifsi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh karena itu, stimulusi otak akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri Tamsuri, 2007 sehingga pada penelitian ini diperoleh hasil uji statistik nilai t sebesar -1,53 dan nilai p = 0,028 p 0,05 maka Ha2 diterima artinya terdapat perbedaan yang signifikan dari intensitas nyeri antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI