Sejarah Musik Sebagai Alternatif Pengobatan Terapi Musik dalam Penanganan Nyeri

3. TERAPI MUSIK 3.1. Defenisi Terapi musik terdiri dari 2 kata, yaitu kata “terapi” dan “musik”. Terapi therapy Kekuatan musik memang sudah dikenal sejak zaman Aristoteles tahun 550 sebelum masehi. Akar musik sebagai obat bisa ditelusuri kembali ke zaman purbakala dan banyak kebudayaan yang berbeda-beda. Pada dukun Indian Amerika, pada pendeta Hindu, para rahib Tibet, sosok-sosok mistis Yahudi dan tak terhitung banyaknya orang lain yang menggunakan gendang dan tamborin untuk menjembatani celah antara dunia spiritual dan dunia nyata,dengan memukul dan membunyikan instrumen-instrumen ini, mereka akan masuk ke dalam trans adalah penanganan penyakit Kirkland, 1998. Terapi juga diartikan sebagai pengobatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1995, musik memiliki pengertian sebagai berikut: 1.1 ”Ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi suara yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan.” 1.2 ”Nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu.” Jadi dapat disimpulkan terapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau elemen musik oleh seorang terapis untuk meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual seseorang.

3.2. Sejarah Musik Sebagai Alternatif Pengobatan

Universitas Sumatera Utara meditatif yang mendalam sementara terapi musik pada pasien akan mengubah rasa sakit dan takut menjadi ketenangan dan optimisme Kirkland, 1998 Pada awal Perang Dunia I, musik digunakan untuk membantu meringankan rasa sakit di rumah-rumah sakit tetapi penggunaan musik dalam menurunkan nyeri pada saat itu belum menarik perhatian banyak orang, kemudian setelah Perang Dunia II berakhir, hikmah musik mulai menarik perhatian semua orang khususnya para tenaga kesehatan lain dan mereka tertarik untuk menggunakan musik sebagai metode dalam mengurangi nyeri, dan hasilnya banyak perubahan-perubahan fisik dan emosional yang positif dalam diri pasien- pasien mereka Salampessy, 2004.

3.3. Terapi Musik dalam Penanganan Nyeri

Kecemasan merupakan faktor psikologis afektif yang mempengaruhi persepsi rasa nyeri. Pada banyak kasus, kecemasan tidak hanya meningkatkan ambang rasa nyeri pasien tetapi pada kenyataannya mengakibatkan persepsi yang seharusnya tidak nyeri menjadi nyeri, bahkan di bawah kondisi yang berbeda, seorang pasien dapat menunjukkan reaksi yang berbeda walaupun rangsangannya sama Viadero, 1998. Kondisi pasien yang diliputi kecemasan akan memperkuat rangsang nyeri yang diterimanya karena kecemasan menyebabkan zat penghambat rasa nyeri tidak disekresikan. Dengan adanya musik sebagai fasilitas maka tingkat kecemasan pasien dapat dikurangi sehingga timbul perasaan tenang dan rileks, yang mempengaruhi rasa nyeri pada pasien Varley, 1997. Universitas Sumatera Utara Pada umumnya terapi relaksasi dapat menimbulkan ketenangan dan rasa rileks, sehingga hipotalamus akan memberi perintah pada midbrain untuk mengeluarkan gamma amino butyric acid GABA, enkephalin, dan beta endorphin. Zat tersebut dapat menimbulkan efek analgesia yang akan mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri pada pusat persepsi dan interpretasi sensorik somatik pada otak. Untuk mendapatkan efek terapi, idealnya peneliti dapat melakukan terapi musik selama kurang lebih 30 menit hingga satu jam tiap hari, namun jika tak memiliki cukup waktu 10 menitpun jadi, karena selama waktu 10 menit telah membantu pikiran responden beristirahat Samuel, 2007. Dalam pelaksanaan penggunaan musik untuk mengontrol nyeri dan meningkatkan kenyamanan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan Potter Perry, 2005 yaitu memilih musik yang sesuai dengan selera klien, mempertimbangkan usia dan latarbelakang, menggunakan earphone supaya tidak mengganggu klien atau staf yang lain dan membantu klien berkonsentrasi pada musik. Tombol-tombol kontrol di radio atau pesawat tape dipastikan mudah ditekan, dimanipulasi, dan dibedakan, apabila nyeri yang klien rasakan akut, kuatkan volume musik dan apabila nyeri berkurang, kurangi volume dan untuk memberikan efek terapi musik harus didengarkan minimal selama 15 menit. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual.

Pada kerangka konseptual ini, terapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau elemen musik oleh seorang terapis untuk meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual pada pasien. Terapi musik diyakini mampu menurunkan nyeri dengan jalan mempengaruhi proses fisiologis dan psikologis sehingga mampu membuat pasien dalam keaadan yang nyaman dan menyenangkan. Efek positif musik dalam mengurangi nyeri ditentukan oleh respon tiap indvidu pasien terhadap musik yang didengarnya, sehingga dalam hal ini selera masing-masing pasien memegang peranan penting. Nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman, dan fantasi luka, nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak pasien terutama pasien dengan nyeri kronis. Nyeri merupakan suatu keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan rasa tidak nyaman secara verbal atau non verbal. Melalui penelitian ini akan dilihat bagaimana efek yang dirasakan sebelum dan setelah pasien mendapatkan intervensi terapi musik. Universitas Sumatera Utara