Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
terjadinya akumulasi SDM yang handal akan efektif mendukung sekolah untuk terlaksananya program-program yang direncanakan. Namun sayangnya
masih banyak sekolah-sekolah yang belum optimal dalam melaksanakaan MPMBS. Hingga saat ini belum banyak sekolah yang mampu mengkonstruksi
sebuah sistem yang menjamin munculnya hubungan sinergis antara potensi- potensi manusia keilmuan, dedikasi, dan etos kerja antar lembaga, potensi-
potensi alam, dan tuntutan zaman. Padahal sekolah seperti tersebut di atas sangat diperlukan oleh pemerintah.
Salah satu alat untuk meningkatkan mutu institusi pendidikan dilakukan melalui akreditasi atau penilaian terhadap penyelenggaraan pendidikan yang
merupakan kontrol dan audit eksternal mutu pendidikan. Namun dalam perkembangannya, sistem akreditasi dirasa kurang relavan
dengan perkembangan jaman dimana semua sektor mengacu kepada suatu standar internasional, sedangkan akreditasi masih bertaraf nasional.
Ketertinggalan di berbagai bidang di era globalisasi dibandingkan negara-negara tetangga rupanya menyebabkan pemerintah terdorong untuk
memacu diri untuk memiliki standar internasional. Sektor pendidikan termasuk yang didorong untuk berstandar internasional. Dorongan itu bahkan
dicantumkan di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat 3
yang berbunyi,
“Pemerintah danatau
pemerintah daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang
bertaraf internasional.
Sekolah bertaraf internasional SBI merupakan sebuah jenjang sekolah nasional di Indonesia dengan standar mutu internasional. Proses belajar
mengajar di sekolah ini menekankan pengembangan daya kreasi, inovasi, dan eksperimentasi untuk memacu ide-ide baru yang belum pernah ada. Standar
internasional yang dituntut dalam SBI adalah Standar Kompetensi Lulusan, Kurikulum, Proses Belajar Mengajar, SDM, Fasilitas, Manajemen,
Pembiayaan, dan Penilaian standar internasional. Dalam SBI, proses belajar mengajar disampaikan dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia. Dengan berbagai kriteria yang harus dipenuhi sebuah sekolah untuk
menjadikannya sebagai sebuah SBI, mau tidak mau sekolah harus mempunyai sumber daya manusia yang memliki kompetensi sesuai standar internasional
baik dari tenaga pangajar, karyawan maupun siswanya. Sebagai contoh, sekolah yang diminta untuk memiliki guru berkategori
hard science seperti Matematika, Fisika, Kimia, Biologi dan nantinya diharapkan kategori soft science-nya juga menyusul menggunakan bahasa
Inggris sebagai bahasa pengantar. Selain itu siswa dari sekolah bertaraf internasional diharapkan mampu
bersaing di pasar internasional baik sebagai tenaga kerja langsung ataupun calon siswa di sekolah asing karena sekolah telah menerapkan berbagai
standar internasional dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Namun dari pengamatan awal yang peneliti lakukan di sekolah-sekolah
bertaraf internasional yang ada di Kota Magelang peneliti mendapatkan
beberapa permasalahan yang timbul, antara lain sebagian besar waktu maupun materi kegiatan pembelajaran masih menggunakan bahasa Indonesia karena
baik guru maupun siswa masih belum fasih menggunakan bahasa Inggris secara aktif.
Belum banyak lulusan sekolah bertaraf internasional yang mampu melanjutkan studinya di sekolah luar negeri ataupun bekerja di luar negeri
karena kurangnya kemampuan atau ketidak siapan mereka bersaing di dunia internasional. Dan masalah terakhir adalah belum jelasnya apa sebenarnya
yang dijadikan target dari pelaksanaan sekolah bertaraf internasional tersebut itu sendiri. Bertitik tolak dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk
mengungkap bagaimana sekolah-sekolah bertaraf internasional di Kota Magelang berupaya untuk mengembangkan sumber daya manusianya agar
sesuai dengan kriteria suatu sekolah bertaraf internasional.