Kegiatan Peningkatan Kualifikasi. Peningkatan Kompetensi Guru

mereka yang belum siap untuk menyiapkan diri dari segi dana, mental maupun waktu mereka. Mereka belum siap untuk mendayagunakan otak mereka kembali di bangku perkuliahan, mereka merasa tugas mereka sehari-hari sebagai seorang guru sudah sangat berat apalagi jika harus ditambah beban mereka jika harus belajar kembali di bangku perkuliahan akan sangat berpengaruh pada mental dan fisik mereka. b. Ketidakmampuan guru dalam segi finansialdana Tidak dapat disangkal bahwa kesejahteraan merupakan salah satu pendorong prestasi kerja. Kesejahteraan dapat digolongkan atas kesejahteraan lahir dan batin. Kesejahteraan lahir tercapai bila kebutuhan minimal akan pangan, sandang dan papan serta kebutuhan social lainnya dapat terpenuhi, sedangkan kesejahteraan batin tercapai bila ada kepuasan dalam melaksanakan tugas. Kesejahteraan batin berkaitan erat dengan kesejahteraan lahir yang tidak terpenuhi. Hal tersebut berlaku untuk kehidupan guru. Kenyataan menunjukkan bahwa penerimaan guru berupa gaji, honorarium, dan tunjangan lainnya masih jauh lebih rendah dari biaya untuk memenuhi kebutuhan minimalnya. Para guru harus mencari tambahan, baik melalui pekerjaan yang sesuai dengan profesinya atau melalui berbagai jenis pekerjaan yang dapat menghasilkan uang. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa untuk mencukupi kebutuhan minimalnya sehari-hari saja para guru sudah mengalami kesulitan apalagi kalau ditambah untuk mencukupi kebutuhannya untuk meningkatkan kompetensinya sebagai tenaga pendidik. Kegiatan peningkatan kompetensi guru bukanlah kegiatan yang membutuhkan dana yang kecil, terlebih kegiatan pengembangan kualifikasi dimana guru dituntut untuk tugas belajar kembali di perguruan tinggi yang membutuhkan biaya mahal. Hal ini sangat memberatkan bagi guru apabila harus merogoh dari saku mereka sendiri. Kegiatan ini akan mereka lakukan hanya jika ada penawaran atau beasiswa dari instansi-instansi terkait saja. c. Keterbatasan waktu guru akibat beban mengajar yang cukup padat Tugas utama seorang guru adalah mentransfer ilmu pengetahuan yang dimilikinya sesuai bidang keahlian mereka. Dalam hal ini proses pembelajaran siswa adalah inti dari tugas seorang guru. Dalam peneyelenggaran sekolah bertaraf internasional seorang guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang sesuai dengan kriteria yang ada. Untuk itu mereka diharuskan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi seorang tenaga pendidik. Dalam kegiatan meningkatkan konpetensi tersebut dibutuhkan alokasi waktu tersendiri untuk mengikutinya, padahal dalam lapangan guru yang dijadikan objek dalam kegiatan ini mempunyai beban mengajar yang cukup padat di sekolahnya masing-masing. Hal ini jelas menjadi penghambat dari keterlaksanaan peningkatan kompetensi guru karena guru akan sulit untuk membagi waktunya antara tanggungjawabnya sebagai pengajar dan tuntutan profesinya sebagai guru sekolah bertaraf internasional. d. Kesadaran guru yang masih rendah akan pentingnya peningkatan kompetensi Sebagai orang yang memegang peranan kunci dalam mencerdaskan peserta didik, guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam bidang tugasnya. Guru dituntut untuk menguasai materi yang diajarkan, serta peka terhadap kebbutuhan belajar peserta didik. Dalam kenyataannya, tidak semua guru memiliki kemampuan tersebut, yang akhirnya berimbas pada rendahnya tingkat penguasaan peserta didiknya terhadap tugas-tugas belajar yang dituntut oleh kurikulum sebagi contoh dalam penyelenggaraan RSBI adalah penguasaan bahasa Inggris dan TIK. Meskipun prestasi belajar siswa tidak semata-mata tergantung pada guru, peranan guru sangat dominan untuk membuat apakah siswa belajar dengan baik pula daaari proses dari proses belajar yang diikutinya. Kegiatan peningkatan kompetensi guru mempunyai hambatan salah satunya dari kesadaran dari guru itu sendiri yang masih rendah. Hal ini banyak ditemui terutama dari mereka guru yang usianya sudah lanjut, guru tersebut merasa enggan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan peningkatan kompetensi. Mereka merasa sudah tidak sanggup untuk mengikuti tuntutan profesi. Mereka beranggapan kegiatan tersebut hanya untuk guru yang masih muda atau jenjang kariernya masih panjang.