78
d Keterangan  mengenai  kecukupan  sumber  daya,  baik  orang,  dana,  waktu,
sarana ruangan, maupun administrasi, dan lain-lain; e
Metodologi untuk melakukan proses monitoring dan review serta ketentuan pelaksanaan audit pihak ketiga.
2 Ketentuan  mengenai  metode  dan  teknik  yang  digunakan  untuk  tiap  tahapan
serta ketentuan-ketentuan baku lain, mencakup hal-hal antara lain: a
Metode,  pendekatan,  dan  sumber-sumber  informasi  yang  akan  digunakan dalam  proses  manajemen  risiko,    misalnya  penggunaan  RBS,  FMEA,  CRSA,
stakeholders analysis, dan lain-lain.; b
Ketentuan  mengenai  jenis  kemungkinan  likelihood  yang  akan  digunakan dan ukuran kuantitatifnya;
c Ketentuan  ukuran  dampak  yang  akan  digunakan,  a.l.  dampak  finansial  dan
dampak non-finansial beserta ukuran kuantitatifnya; d
Ketentuan mengenai selera risiko; e
Format-format  dokumen  manajemen  risiko  yang  akan  digunakan  selama penerapan proses manajemen risiko.
c. Dokumentasi proses manajemen risiko
Dokumentasi  proses  manajemen  risiko,  diperlukan  untuk  mengelola  proses penerapan  manajemen  risiko  oleh  para  pemangku  risiko  dan  fungsi  manajemen
risiko. Dokumentasi ini antara lain meliputi hal-hal berikut: 1
Tahap komunikasi dan konsultasi: a
Daftar stakeholders dan kepentingannya; b
Hasil proses analisis stakeholders; c
Rencana proses komunikasi dan konsultasi 2
Tahap identifikasi risiko: a
Daftar risiko risk register 3
Tahap analisis dan evaluasi risiko: a
Dokumentasi proses pelaksanaan analisis dan evaluasi risiko; b
Peringkat risiko, pengelompokan risiko, dan profil risiko;
79
c Prioritas risiko yang perlu mendapatkan perlakuan;
d Pemutakhiran daftar risiko.
4 Tahap perlakuan risiko:
a Rincian  rencana  perlakuan  risiko  untuk  masing-masing  risiko  yang
memerlukan perlakuan risiko dan berisi antara lain: 1
Jenis perlakuan risiko dan sasarannya; 2
Penanggung jawab pelaksanaan perlakuan risiko; 3
Jadwal dan biaya pelaksanaannya; 4
Proses dan hasil analisis manfaat  biaya; 5
Mekanisme monitoring dan review-nya. b
Laporan monitoring pelaksanaan perlakuan risiko. 5
Tahap monitoring dan review: a
Laporan monitoring oleh pelaksana dan atasan; b
Laporan audit pihak ketiga: 1
Laporan temuan hasil audit; 2
Laporan kelemahan sistem manajemen risiko; 3
Laporan hasil audit dan rekomendasi tindak lanjut; 4
Laporan tinjauan hasil tindak lanjut. 6
Dokumentasi pasca-terjadinya risiko: a
Uraian lengkap mengenai kasus yang terjadi; b
Analisis  penyebab  terjadinya  risiko  tersebut  dan analisis  mengapa  tindakan pengendalian tidak efektif;
c Upaya untuk mencegah terjadinya kesalahan serupa dan rekomendasi untuk
pemeriksaan terhadap keadaan sejenis lainnya. Dokumen-dokumen  di  atas  merupakan  dokumen  yang  sangat  penting  dan
berkelanjutan,  khususnya  daftar  risiko,  sehingga  harus  selalu  dimutakhirkan  sesuai dengan  perkembangan dan perubahan  konteks,  modus operasi,  personalia,  struktur
organisasi, dan lain-lain.
80
Bab IV ASPEK PERAWATAN
1.
Pengantar
Sebagaimana  diuraikan  pada  Bab  I  Pendahuluan,  aspek  perawatan  merupakan  aspek  yang memastikan  adanya  upaya  menjaga  efektifitas  penerapan  dan  perbaikan  yang
berkesinambungan  melalui,  monitoring  dan  review  serta  audit  manajemen  risiko. Pelaksanaan aspek ini dalam penerapan manajemen risiko akan dipengaruhi oleh beberapa
unsur. Unsur  pertama  adalah  Risk  Governance    dibutuhkan  uraian  jelas  mengenai  akuntabilitas
dalam  melakukan  monitoring  dan  review  serta  macam  dan  jenis  pelaksanaan  monitoring dan  review  itu  sendiri.  Unsur  kedua  adalah  penyebaran  penerapan  manajemen  risiko  ke
seluruh  jajaran  perusahaan  dan  menjadikannya  bagian  yang  tidak  terpisahkan  dari  proses orga isasi,  sehi gga
e jadi  suatu uda a  sadar  risiko .  U sur  ketiga  adalah
pengembangan  pemahaman  dan  teknologi  terkait  dengan  penerapan  manajemen  risiko perusahaan.
Hal-hal tersebut di atas akan dibahas lebih lanjut pada bagian-bagian di bawah ini.
2. Risk Governance
a. Akuntabilitas
Dewan  Komisaris  merupakan  penanggung  jawab  tertinggi  dalam  pelaksanaan pengawasan  kegiatan  strategis  dan  operasional  perusahaan.  Dengan  demikian  mereka
juga  menjadi  penanggung  jawab  tertinggi  dalam memastikan bahwa  manajemen  risiko perusahaan  memang  dilaksanakan  dengan  baik  dan  efektif  serta  efisien.  Untuk  itu
Dewan Komisaris dapat membentuk Komite Pemantau Risiko untuk memastikan bahwa pelaksanaan  manajemen  risiko  berjalan  dengan  baik.  Apabila  pembentukan  Komite