Sumber Daya Penerapan Manajemen Risiko

42 Komunikasi dan pelaporan eksternal dilakukan dengan menambahkan satu kolom Stakeholders pada bagian paling kanan matriks RACI di atas. Bila dalam kolom stakeholders terdapat huruf I atau C aka kita aji e erika i for asi informed atau melibatkan consulted mereka dalam kegiatan manajemen risiko yang sedang dilaksanakan. Melalui proses di atas diharapkan bahwa manajemen organisasi mampu membangun mekanisme sistem tata laksana, komunikasi dan pelaporan internal maupun eksternal guna memastikan bahwa: 1 Komponen kunci kerangka kerja manajemen risiko dan setiap perubahan yang terjadi dapat dikomunikasikan dengan baik ke seluruh pihak terkait; 2 Tersedia laporan yang memadai tentang efektivitas kerangka kerja manajemen risiko dan hasil dari proses manajemen risiko; 3 Informasi hasil penerapan manajemen risiko selalu tersedia di tiap tingkatan yang memerlukan dan pada waktu yang diperlukan; 4 Terselenggara proses konsultasi dengan para pemangku kepentingan internal maupun eksternal; 5 Pelaporan ke pihak eksternal sesuai dengan tuntutan kepatuhan hukum serta penerapan good corporate governance; 6 Melaksanakan pengungkapan informasi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; 7 Berkomunikasi dengan seluruh pemangku kepentingan, terutama pada saat terjadi krisis atau keadaan darurat. 8 Menggunakan komunikasi untuk membina dan meningkatkan kepercayaan kepada organisasi;

4. Sumber Daya Penerapan Manajemen Risiko

Penyediaaan sumber daya yang memadai adalah indikator lain dari komitmen Direksi dalam menerapkan manajemen risiko dalam organisasi yang dipimpinnya. Tanpa adanya sumber 43 da a a g e adai, hal i i serupa de ga pe olaka dia -diam terhadap penerapan manajemen risiko. Manajemen organisasi harus mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk pelaksanaan manajemen risiko antara lain terhadap hal-hal berikut: a. Personalia dengan pengalaman, keterampilan, dan kemampuan yang memadai serta jumlah yang sesuai dengan kebutuhan; b. Sumber dana dan sumber daya yang diperlukan untuk setiap tahapan penerapan manajemen risiko; c. Proses dan prosedur yang terdokumentasi dengan baik dan sistem dokumentasinya, termasuk perangkat penunjang; d. Sistem informasi dan manajemen pengetahuan knowledge management system. RACI matrix tersebut di atas memberikan indikasi untuk kebutuhan sumber daya. Kebutuhan pelatihan atau peningkatan kompetensi dalam melaksanakan manajemen risiko diperluka agi ereka a g e dapatka pe ugasa R . Bagi ang mendapatkan pe ugasa I da C e erluka sosialisasi da ko u ikasi agar dapat e aha i apa dan mengapa manajemen risiko, serta bagaimana dampaknya terhadap unit kerja dan ta ggu g ja a a. Bagi a g e dapatka pe ugasa A , pada dasar a sa a dengan a g e dapatka pe ugasa I da C , tetapi derajat a le ih ti ggi kare a harus memikirkan dampaknya terhadap keseluruhan organisasi dan memutuskan apa yang harus dilakukan terhadap risiko tersebut atau jenis perlakuan risiko yang harus diambil. Kebutuhan sumber daya lain untuk mengelola penerapan manajemen risiko menjadi salah satu faktor penting yang menentukan berjalan dan berhasilnya proses penerapan manajemen risiko. Untuk ini komitmen Direksi dalam memenuhi kebutuhan tersebut akan sangat menentukan. 44

BAB III ASPEK OPERASIONAL

1. Pengantar Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, aspek struktural merupakan landasan yang digunakan dalam penerapan manajemen risiko secara menyeluruh pada organisasi. Hal tersebut juga berlaku pada aspek operasional, namun aspek operasional dapat pula sebagai aspek spesifik bagi masing-masing bagian atau bahkan spesifik untuk tiap-tiap risiko. Aspek operasional yang menjadi bagian dari proses penerapan manajemen risiko secara menyeluruh dalam organisasi adalah penyusunan manual manajemen risiko, metodologi penanganan manajemen risiko atau lebih dikenal dengan proses manajemen risiko dan penanganan manajemen perubahan. Pada penanganan manajemen perubahan, prosesnya meliputi peluncuran, sosialisasi dan pelatihan hingga penerapan manajemen risiko sehingga akan menumbuhkan budaya sadar risiko. Sedangkan aspek spesifik bagi masing-masing bagian dan bahkan tiap-tiap risiko adalah penerapan proses manajemen risiko itu sendiri pada tiap-tiap risiko. Setiap risiko dan proses bisnis mempunyai konteks yang spesifik sehingga memerlukan teknik yang spesifik pula. Sesuai dengan prinsip ke dua pada prinsip-prinsip manajemen risiko yang dijelaskan di Bab II, manajemen risiko merupakan bagian terpadu dari proses organisasi, maka proses manajemen risiko hendaknya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen umumnya. Ia harus masuk dan menjadi bagian dari budaya organisasi, praktik terbaik organisasi, dan proses bisnis organisasi. Proses manajemen risiko meliputi lima kegiatan, yaitu komunikasi dan konsultasi, menentukan konteks, asesmen risiko, perlakuan risiko, serta monitoring dan review, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2 dalam Bab II. Dalam aspek operasional ini perlu dijelaskan lingkup tugas mana yang menjadi bagian pada level organisasi keseluruhan korporasi dan yang menjadi wilayah para pemangku risiko