36
Gambar 2: Proses Manajemen Risiko Sumber: ASNZS 4360:2004 Risk Management
Sebagaimana ditegaskan di atas, proses manajemen risiko ini adalah khas dan unik untuk tiap proses bisnis, bagian dan bahkan untuk tiap risiko. Hal ini disebabkan karena
tidak ada proses, bagian atau risiko yang seratus persen identik. Masing-masing mempunyai hal yang spesifik, walaupun terdapat beberapa kesamaan.
3. Tata Kelola Risiko
Tata kelola risiko meliputi unsur-unsur kebijakan manajemen risiko, akuntabilitas pelaksanaan, perencanaan manajemen risiko terpadu, penyediaan sumber daya yang
memadai, dan mekanisme komunikasi serta pelaporan pelaksanaan manajemen risiko, baik internal maupun eksternal. Satu hal lagi yang biasanya penting dalam tata kelola
a aje e risiko adalah kesa aa ahasa , aitu pe ggu aa istilah-istilah dalam penerapan manajemen risiko. Hal ini diatasi dengan menggunakan istilah dan definisi yang
ditentukan dalam ISO Guide 173:2009 – Risk Management Vocabulary.
a. Kebijakan Manajemen Risiko
Kebijakan manajemen risiko merupakan pernyataan komitmen secara tertulis oleh Direksi dan Dewan Komisaris untuk menerapkan manajemen risiko dalam organisasi. Hal
penting terkait Kebijakan ini dinyatakan secara singkat dan jelas yang meliputi antara lain:
IDENTIFIKASI RISIKO ANALISA
RISIKO EVALUASI RISIKO
PERLAKUAN RISIKO
MENENTUKAN KONTEKS
ASESMEN RISIKO
37
1 Alasan mengapa harus menerapkan manajemen risiko;
2 Penjelasan keterkaitan antara pencapaian sasaran organisasi dan kebijakan
manajemen risiko; 3
Kejelasan akuntabilitas pelaksanaan manajemen risiko, termasuk infrastruktur pelaksanaannya;
4 Penyediaan sumber daya untuk menerapkan manajemen risiko;
5 Penentuan standar atau metode manajemen risiko yang akan digunakan;
6 Komitmen untuk melakukan review dan verifikasi secara berkala terhadap
efektivitas penerapan manajemen risiko. Penetapan komitmen manajemen ini harus diikuti dengan langkah-langkah nyata untuk
lebih mempertegas bahwa komitmen tersebut tidak hanya di atas kertas. Secara keseluruhan, langkah nyata tersebut adalah penyusunan tata kelola manajemen risiko
yang akan mengawali proses penerapan manajemen risiko ke seluruh organisasi.
b. Akuntabilitas Penerapan Manajemen Risiko
Akuntabilitas tertinggi untuk penerapan manajemen risiko pada dasarnya berada pada Direksi, secara lebih khusus pada Direktur Utama atau anggota Direksi lainnya yang
ditunjuk, dengan ketentuan jangan sampai menimbulkan benturan kepentingan dalam pengambilan keputusan. Secara umum, hal penting yang perlu diperhatikan antara lain:
1 Penunjukan Champion yang bertanggung jawab untuk mendorong pelaksanaan
penerapan manajemen risiko secara meluas ke seluruh organisasi enterprise wide risk management. Champion ini dapat berupa penunjukan fungsi
Manajemen Risiko tersendiri dan para individu pada setiap divisi dengan penugasan khusus untuk menjadi fasilitator penerapan manajemen risiko pada
divisinya; 2
Penetapan secara jelas bahwa akuntabilitas pengelolaan risiko tetap berada pada para pemangku risiko risk owner dan bukan ke para Champion. Untuk itu setiap
kepala divisi merupakan pemangku risiko pada divisi tersebut dan menjadi Penanggung Jawab dalam melakukan pengelolaan risiko pada divisinya. Demikian
38
secara berjenjang hingga sampai pada penanggungjawab proses. Tugas para Champion lebih sebagai fasilitator untuk penerapan manajemen risiko;
3 Penyusunan infrastruktur organisasi sebagai unit untuk mendorong penerapan
manajemen risiko ke seluruh organisasi, termasuk di dalamnya akuntabilitas penerapan tersebut pada setiap tingkatan dalam organisasi;
4 Penyusunan mekanisme organisasi untuk penerapan manajemen risiko, termasuk
penyusunan manual penerapan manajemen risiko, mekanisme pelaporan pelaksanaan manajemen risiko, pengukuran efektivitas penerapan manajemen
risiko, atau pengukuran kinerja manajemen risiko. 5
Proses untuk menimbulkan budaya sadar risiko ke seluruh organisasi.
c. Infrastruktur Manajemen Risiko