19
gangguan kelancaran proses organisasi tersebut juga telah diantisipasi sebelumnya. Karenanya, bila gangguan tersebut memang terjadi, maka organisasi telah siap
untuk menangani dengan baik; 5 Lebih memberikan jaminan yang wajar atas pencapaian sasaran perusahaan karena
terselenggaranya manajemen yang lebih efektif dan efisien, hubungan dengan pemangku kepentingan yang semakin membaik, kemampuan menangani risiko
perusahaan yang juga meningkat, termasuk risiko kepatuhan dan hukum. Berdasarkan hal-hal di atas, pedoman ini dapat dikatakan sebagai panduan bagi
pimpinan perusahaan untuk membangun dan menerapkan manajemen risiko sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan mempertimbangkan karakteristik perusahaan
yang berbeda antara satu dengan lainnya, maka pimpinan perusahaan harus dapat menyesuaikan pedoman ini dengan kebutuhan perusahaannya masing-masing.
Secara garis besar, tujuan dari penyusunan pedoman ini adalah sebagai berikut: 1
Sebagai panduan untuk mengembangkan, membangun dan menerapkan manajemen risiko yang baik;
2 Sebagai sarana untuk melakukan peninjauan ulang terhadap proses penerapan
manajemen risiko yang telah dilakukan sebelumnya; 3
Sebagai sarana untuk memastikan kejelasan governance structure manajemen risiko dan juga sebaliknya bahwa manajemen risiko sudah terintegrasi sepenuhnya dengan
governance perusahaan.
3. Peraturan dan Pedoman Terkait serta Aspek Penerapan Manajemen Risiko
a. Peraturan dan Pedoman Terkait
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penerapan manajemen risiko antara lain:
1 Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
2 Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal;
3 Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008 tentang Pengendaliann Intern
Pemerintah;
20
4 Undang-Undang No.19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara;
5 Peraturan Bank Indonesia No. 1125PBI2009 tentang Penerapan Manajemen
Risiko bagi Bank Umum; dan 6
Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-01MBU2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Good Corporate Governance pada Badan Usaha
Milik Negara. Pedoman GCG yang dikeluarkan Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG yang
juga terkait dengan penerapan manajemen risiko adalah sebagai berikut: 1 Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia 2006;
2 Pedoman Umum Good Public Governance Indonesia 2008; 3 Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran – SPPWBS 2008; dan
4 Pedoman Etika Bisnis Perusahaan 2010 Selain peraturan perundang-undangan dan pedoman di atas, masih terdapat pedoman
internal perusahaan yang terkait dengan peraturan di bidang industri, keuangan, ketenagakerjaan, dan lain-lain yang juga perlu diperhatikan dalam penerapan
manajemen risiko perusahaan.
b. Aspek Penerapan Manajemen Risiko
Proses penerapan manajemen risiko yang disarankan dalam Pedoman ini terdiri dari tiga aspek yaitu:
1 Aspek struktural yaitu aspek yang memastikan arah penerapan, struktur
organisasi penerapan dan akuntabilitas pelaksanaan manajemen risiko dalam organisasi, penyediaan sumber daya, dan sebagainya.;
2 Aspek operasional, yaitu aspek yang menunjukkan tahapan proses implementasi
yang sistematis dan terarah, mulai dari pernyataan komitmen Direksi dan Dewan Komisaris, penyusunan Pedoman Manajemen Risiko Perusahaan, briefing untuk
Komisaris dan Direktur, pelatihan para pemangku risiko, hingga penerapannya.
21
3 Aspek Perawatan, yaitu aspek yang memastikan adanya upaya menjaga
efektifitas penerapan dan perbaikan yang berkesinambungan melalui, monitoring dan review serta audit manajemen risiko.
4. Istilah dan Definisi