BAB VII KONTRADIKSI DALIL-DALIL SYARA
DAN CARA PENYELESAIANNYA
A. Definisi At-Ta’arudh
Kata “at-Ta’arudh”
ضرَاعتلا
secara etimologis ialah kata yang terbentuk dari kata dasar “aradha”
ضرططع
yang arti bahasanya adalah menghalangi, mencegah, membandingi.
Secara terminologi “at-Ta’arudh” menurut definisi ulamashli ushul adalah
لبَاقت نططيارملا
َىططلع هططجو
عططفمي لططك
َاططمهنم ضططتقم
“Berbandingannya dua dalil perkara, di mana masing-masing pernyataan saling bertentangan”.
11
Sedangkan
ةلدلا
adalah bentuk plurat jama’ dari kata “dalil”
ليلدلا
. Menurut ahlu ushul, yang disebut dalil ialah suatu yang dapat menghantarkan pada apa yang dicari yang bersifat pasti dan yakin atau praduga.
Jika yang menghantarkan itu bersifat pasti qath’i, maka itu disebut
ليلدلا
dalilpetunjuk. Namun apabila sesuatu yang menghantarkan itu bersifat praduga dzanni, maka itu disebut
ةرَاملا
amarahtanda.
B. Syarat-syarat At-Ta’arudh
Untuk mengetahui apakah dalil itu At-Ta’arudh atau tidak kita harus mengetahui terlebih dahulu syarat-syarat dan ijma kesepakatan para ahli ushul
tentang At-Ta’arudh. Agar kita tidak terlalu mudah mengatakan dalil ini At-
Ta’arudh dengan dalil yang lainnya.
Syarat-syarat tersebut adalah:
11
Al-Asmuni, 24.
48
1. Hukum yang ditetapkan oleh kedua dalil tersebut saling bertentangan, seperti halal dengan haram, wajib dengan tidak wajib, menetapkan dengan
meniadakan. 2. Obyek tempat kedua hukum yang saling bertentangan tersebut sama.
3. Masa atau waktu berlakunya hukum yang saling bertentangan tersebut sama. Apabila sama atau waktunya berbeda, maka tidak berlaku At-Ta’arudh.
4. Hubungan kedua dalil yang saling bertentangan sama 5. Kedua dalil yang saling bertentangan sama kedudukannya, baik dari segi
asalnya maupun petunjuk dalilnya. Menurut Abd. Hamid Hakim, ada 13 syarat nash itu dianggap
bertentangan, yaitu: 1. Tema sama
2. Kandunganmuatannya sama 3. Waktunya sama
4. Tempat sama 5. Hubungan sama
6. Syaratnya sama 7. Pekerjaan sama
8. Bagian-bagian sama 9. Alatnya sama
10. Illatnya sama 11. Sasarannya sama
49
12. Keadaannya sama 13. Tanggungannya sama
At-Ta’arudh ini terjadi jika: 1. Yaitu sama-sama qath’i sukuti, Al-Quran dengan Al-Quran, hadits mutawatir
dengan mutawatir, maka tidak bisa bertentangan yaitu ayat dengan hadits. 2. Kehendak dasardalil itu sama, maka tidak akan terjadi At-Ta’arudh yaitu
hadits ahad dengan hadits mutawatir. 3. Tidak akan terjadi, At-Ta’arudh jika hukumnya sama, sementara waktu dan
tempat berbeda. Selain mengetahui syariah yang tersebut di atas, kita juga harus
mengetahui kaidah ijma’ ahli ushul tentang At-Ta’arudh, yaitu: 1. Pertentangan tidak terjadi pada dalil-dalil qath’i dengan dalil-dalil dzanni.
Karena dalil qath’i menunjukkan kepastian dan yakin, sedangkan dalil dzanni menunjukkan praduga atau keraguan.
2. Pertentangan itu tidak dapat terjadi antara dua dalil qath’i, baik dalil-dalil tersebut berbentuk naqli maupun aqli.
3. Pertentangan boleh terjadi antara dua dalil dzanni dalam pandangan dan pemikiran seorang mujtahid.
50
C. Contoh Dalil-dalil Seakan-akan Bertentangan