Trakea Mencit Kajian Pustaka

27 Mencit Mus musculus termasuk mamalia yang dianggap memiliki struktur anatomi pencernaan mirip manusia, mudah ditangani dan mudah diperoleh dengan harga relatif murah dibandingkan hewan uji yang lain. Hewan ini bersifat fotofobik dan penakut. Mencit merupakan hewan nocturnal yang lebih aktif di malam hari, Aktifitas ini menurun dengan kehadiran manusia sehingga mencit perlu diadaptasikan terlebih dahulu dengan lingkungannya. Mencit yang digunakan adalah mencit putih jantan galur Swiss yang mempunyai berat badan rata-rata 29,18 gram pada umur 4-6 minggu. Batas maksimal volume pemberian obat pada mencit untuk pemberian per oral adalah 1 ml. Hal ini berkaitan dengan kapasitas lambung mencit.

7. Trakea Mencit

a. Struktur dan fungsi trakea Trachea batang tenggorok merupakan tabung dari cincin tulang rawan, terletak di daerah leher, yang mengubungkan phaynx dengan bronkus. Posisinya bersebelahan dengan kerongkongan, tepatnya di depan kerongkongan. Dinding dalamnya mukosa dilapisi lendir yang sel-selnya berambut getar Heru Nurcahyo, 2010. Struktur trakea adalah: 1 Tunica mucosa tersusun atas sel thoraks epithelium pseudocomplex columnair bersilia dengan sel piala sel goblet. Lamina propria tersusun atas jaringan ikat longgar dengan serabut elastis. 28 2 Tunica sub-mucosa tersusun atas jaringan ikat longgar dengan membrana elastica sebagai batas dengan lamina propria glandula sero-mucosa. 3 Tunica cartilaginea tersusun atas kartilago hialin berbetuk seperti tapal kuda huruf C, jaringan ikat antara kedua ujung kartilago mengandung sel-sel otot polos juga glandula sero- mucosa. 4 Tunica adventitia tersusun atas jaringan pengikat longgar dengan pembuluh darah lymfe dan saraf. Gambar 3. Struktur trakea mencit Irma, 2015: 07. Fungsi utama trakea adalah pertukaran udara, smembantu dalam perlindungan dari mikroba dan zat berbahaya. Trakea mencegah masuknya zat berbahaya ke bagian yang lebih dalam dari paru-paru, yang akan 29 mendorong kerusakan.trakea adalah bertanggung jawab mengangkut udara untuk respirasi dari laring ke bronkus. a. Gambaran anatomi trakea Trakea terletak di posterior laring, memanjang dan berbatasan dengan bifurkasio bronki primer dalam kavum thorak. Trakea merupakan organ tubuler yang bertekstur tipis, lentur dan tersusun dari 16-20 deretan kartilago hialin berbentuk C yang mengelilingi bagian ventral dan lateral trakea Rajagopal and Paul, 2005; Samuelson, 2007. Kartilago hialin berfungsi menahan tekanan eksternal yang dapat menutup saluran pernapasan. Celah diantara kartilago hialin disatukan oleh jaringan fibroelastis yang berfungsi memudahkan pergerakan trakea. Pada dinding posterior trakea tidak terdapat kartilago, tetapi ada pita otot polos tebal yang melintang dan bersatu dengan jaringan ikat Fawcett, 2002. b. Gambaran histologi trakea Trakea tersusun dari tunika mukosa, submukosa, adventisia, jaringan kartilago, jaringan ikat dan otot polos Gambar 2. Tunika mukosa dilapisi oleh sel-sel epitelia kolumner kompleks bersilia yang terdiri dari enam jenis sel, yaitu sel basal, sel kolumner bersilia, sel Goblet, sel sikat, sel Clara dan sel neuroendokrin Fawcett, 2002. Sel basal ± 29 dan sel kolumner bersilia ± 30 merupakan komponen utama dalam susunan sel-sel epitelia trakea. Sel-sel tersebut bertanggung jawab untuk regenerasi sel dan pengeluaran mukus. Selain itu, sel Goblet ± 28 secara kontinyu memproduksi vesikel sekretori yang mengandung 30 musigen. Musigen tersebut akan dilepaskan pada lumen dan mengalami hidrasi menjadi musin, yaitu substansi likat yang dapat mengikat partikel asing dalam udara yang masuk ke dalam saluran pernapasan inspirasi. Sel sikat, sel Clara dan sel neuroendrokrin hanya terdapat dalam jumlah sedikit ± 10 dari total populasi sel. Dilaporkan, bahwa sel sikat berkaitan dengan saraf trigeminalis sehingga dapat berperan sebagai sel sensori. Sel Clara berfungsi menghasilkan cairan lumen yang mengandung protein dan glikoprotein dan sel neuroendokrin berfungsi menghasilkan granula yang dilepaskan ke dalam lamina propria Samuelson, 2007. Lapisan submukosa memiliki 16–20 kartilago hialin berbentuk huruf C yang dilapisi oleh perikondrium berfungsi sebagai penjaga agar lumen trakea tetap terbuka. Cincin–C pada trakea lebih tebal di bagian anterior dari pada sisi posterior dan dipisahkan satu sama lain oleh jaringan ikat fibrosa yang tebal dan kontinyu dengan perikondrium cincin– C. Struktur ini menyebabkan lumen trakea tetap terbuka Gartner, et al., 2012. Gambar 4. Gambaran histologik epitel trakea mencit Herliyani, 2009: 10 31 c. Pengaruh asap rokok terhadap saluran pernafasan Saluran pernafasan memiliki mekanisme pertahanan terhadap masuknya benda asing, seperti debu, bakteri, dan virus, yang dapat masuk bersama udara inspirasi. Sel-sel epitelia saluran pernafasan merupakan pertahanan pertama terhadap antigen. Sel epitelium saluran pernafasan terdiri dari beberapa jenis sel. Jenis yang terbanyak adalah sel epitelium bersilia. Setiap sel tersebut, memiliki 250 silia pada permukaan apikal. Sedangkan dibagian bawah silia, terdapat banyak mitokondria. Mitokondria akan menyediakan adenosin trifosfat ATP yang diperlukan sebagai sumber energi untuk penggetaran silia. Permukaan saluran pernafasan dilapisi oleh lapisan tipis mukus yang disekresikan oleh membran mukosa sel Goblet. Lapisan mukus pada saluran pernafasan mengandung faktor yang efektif sebagai mekanisme pertahanan tubuh, yaitu imunoglobulin terutama IgA, leukosit, interferon dan antibodi lainnya Ganong, 2003: 468-480. Merokok secara langsung membahayakan integritas barier fisik sel, meningkatkan permeabilitas sel-sel epitelia saluran pernafasan dan mengganggu kebersihan mukosilia. Jika partikel asing antigen masuk ke dalam saluran pernafasan, maka antigen tersebut akan ditangkap dan kemudian diteruskan ke faring. Antigen dan mukus digerakkan dengan kecepatan 1 cmmenit pada sepanjang permukaan trakea ke faring. Inhalasi asap rokok pada perokok pasif maupun perokok aktif menimbulkan iritasi kronik dan gangguan pada mata, hidung dan 32 oroparing. Dilaporkan, bahwa partikel yang terdapat dalam asap rokok dapat menyebabkan penurunan gerakan silia pada saluran pernafasan Tamashiro, et al., 2009: 117-122. Paparan asap rokok akut mengakibatkan supresi sel-sel epitelia saluran pernafasan dan secara kronik dapat mengakibatkan inflamasi dan kerusakan sehingga menyebabkan metaplasia sel-sel epitelia Stampfli, et al ., 2009: 34-39. Asap rokok juga dapat menimbulkan perubahan pada mekanisme produksi mukus pada saluran pernafasan. Paparan asap rokok secara kronik menyebabkan kerusakan pada sel-sel epitelia saluran pernafasan dan meningkatkan jumlah dan ukuran sel Goblet sehingga meningkatkan sekresi mukus Tamashiro, et al., 2009: 117-122. Pada saluran pernafasan, salah satu gambaran histopatologi yang terdapat pada trakea adalah adanya hiperplasia sel-sel Goblet Komori, et al., 2001: 431- 441. Penelitian pada hewan percobaan, membuktikan bahwa asap rokok dapat meyebabkan meningkatnya jumlah sel Goblet. Selain itu dilaporkan, bahwa asap rokok dapat menghambat transportasi senyawa klorida yang dapat menyebabkan sistik fibrosis pada trakea Kreindler, et al., 2005: 894-902. Asap rokok menyebabkan perubahan struktural dan perubahan fungsional pada sel-sel epitelia saluran pernafasan. Penelitian membuktikan, bahwa asap rokok mereduksi viabilitas dan menginduksi apoptosis sel. Penelitian pada hewan percobaan yang dipapar asap rokok 33 secara kronik dan intermiten menyebabkan lesi histopatologi pada sel-sel epitelia saluran pernafasan. Jika konsentrasi asap rokok yang diberikan rendah, maka akan menyebabkan hiperplasia, sedangkan pada asap rokok konsentrasi tinggi menyebabkan nekrosis silia dan metaplasia dengan keratinisasi, penebalan submukosa dan infiltrasi sel-sel radang mononukleus Tamashiro, et al., 2009: 117-122. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kristianti tahun 2004. Paparan asap rokok yang tinggi menyebabkan terjadinya lesi dan metaplasia sel-sel epitelia bronkus dan bronkiolus, adanya metaplasia sel- sel epitelia, hiperplasia kelenjar dan infiltrasi sel-sel radang.

8. Paru-paru Mencit

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)

3 91 49

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar secara in Vitro

8 89 59

Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Limpa Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

1 107 58

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

3 48 107

Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana) terhadap Jumlah Eritrosit, Leukosit, Hemoglobin (Hb) dan Gambaran Histologik Jantung Mencit (Mus musculus) yang Terpapar Asap Rokok.

0 0 3

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIK HATI DAN GINJAL MENCIT (Mus musculus) YANG TERPAPAR ASAP ROKOK.

0 0 3

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana Linn) TERHADAP NEKROSIS GLOMERULUS DAN TUBULUS GINJAL MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DI PAPAR ASAP ROKOK

0 1 73