5
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bukti ilmiah mengenai manfaat ekstrak kulit buah manggis untuk mencegah
kerusakan epitel trakea dan paru-paru akibat paparan asap rokok.
G. Batasan Operasional
1. Ekstrak kulit buah manggis
Ekstrak kulit buah manggis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari ekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut
ethanol 96. Hasil maserasi yang di peroleh selanjutnya di pekatkan menggunakan alat rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak kulit
manggis yang berbentuk pasta. Pasta tersebut diambil sesuai dosis selanjutnya dilarutkan dalam aquades, untuk memudahkan pasta larut
ditambahkan dengan Tween dan PGA. Kulit manggis yang digunakan berasal dari buah yang dibeli dari Pasar Giwangan.
2. Rokok
Rokok yang digunakan pada penelitian adalah rokok jenis kretek merk “D” yang memiliki nilai tar 36,7 mg dan 2 mg nikotin.
Rokok yang diberikan tiap hari per kelompok adalah 2 batang selama 15 menit kepada masing-masing kelompok mencit dalam waktu 30
hari.
6
3. Mencit
Mencit yang digunakan merupakan mencit jantan yang berumur 2-3 bulan, dengan rata-rata berat badan 29.18 gram. Mencit
diperoleh dari LPPT UGM. 4.
Gambaran Histologik Trakea Bagian yang diamati pada organ trakea yaitu pada sel epitel. Sel epitel
yang mengalami kerusakan dihitung menggunakan mikrometer obyektif yang sudah dikalibrasi.
5. Gambaran Histologik Paru-paru
Gambaran histologik paru-paru yang diamati meliputi susunan sel normal yang mengalami kerusakan.
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Tanaman Manggis Garcinia mangostana
a. Morfologik tanaman manggis dan klasifikasi
Manggis termasuk tanaman tahunan yang masa hidupnya mencapai puluhan tahun. Susunan tanaman manggis terdiri atas organ vegetatif dan
generatif. Organ vegetatif tanaman manggis meliputi akar, batang, dan daun yang berfungsi sebagai alat pengambil, pengangkut, pengolah,
pengedar, dan penyimpanan makanan. Batang tanaman manggis berbentuk pohon berkayu, tumbuh tegak ke atas hingga mencapai 25 meter atau
lebih. Kulit batangnya tidak rata dan berwarna kecoklatan. Percabangan tanaman umumnya simetris membentuk tajuk yang rimbun dan rindang.
Daun manggis berbentuk bulat telur sampai bulat panjang, struktur helai daun tebal dengan permukaan sebelah atas berwarna hijau mengkilap,
sedangkan permukaan bawah warnanya kekuning-kuningan Heyne K, 1987: 1385-1390.
Organ generatif tanaman manggis terdiri atas bunga, buah, dan biji. Bunga manggis muncul dari ujung ranting, berpasangan dengan
tangkainya yang pendek, tebal dan teratur aktinomorf. Struktur bunga manggis memiliki empat kelopak yang tersusun dalam dua pasang.
Mahkota bunga terdapat empat helai, berwarna hijau kekuningan dengan warna merah pada pinggirnya. Benang sarinya banyak dan bakal buahnya
mempunyai 4-8 ruang dengan 4-8 kuping kepala putik yang tidak pernah
8
rontok sampai stadium buahnya matang. Bakal buah manggis berbentuk bulat, mengandung 1-3 bakal biji yang mampu tumbuh berkembang
menjadi biji normal. Bunga manggis mempunyai alat kelamin jantan dan betina atau disebut bunga sempurna, namun benang sarinya berukuran
kecil dan mengering rudimenter sehingga tidak mampu membuahi sel telur. Manggis berbunga sempurna disebut hanya berbunga betina saja.
Buah atau biji yang tumbuh dan berkembang tanpa melalui penyerbukan lebih dulu disebut Apomixis Rukmana, 1995: 17.
Klasifikasi tanaman manggis menurut Verheij 1997: 220-225 adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dictyledonaceae
Ordo : Guttiferales
Family : Guttiferae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana\
b. Buah manggis
Manggis Garcinia mangostana merupakan buah yang berasal dari daerah Asia Tenggara meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand dan
Myanmar. Manggis merupakan tumbuhan fungsional karena sebagian besar dari buah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat. Diluar negeri
buah manggis merupakan refleksi perpaduan dari rasa asam manis yang
9
tidak di punyai oleh komoditas buah lainnya. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti manggu Jawa barat,
Manggus lampung, Manggusto Sulawesi Utara, Manggista Sumatera Barat. Jose Pedraza, et al., 2008: 3227-3239.
Buah manggis berbentuk bulat saat buahnya masih muda permukaan kulit buah berwarna hijau namun setelah buahnya matang
berubah menjadi ungu kemerah-merahan atau merah muda. Pada bagian ujung buah terdapat jaring berbentuk bintang sekaligus menunjukkan ciri
dari jumlah segmen daging buah. Jumlah jaring buah ini berkisar 4-8 buah. Kulit buah manggis ukurannya tebal mencapai proporsi sepertiga bagian
dari buahnya Suksamrarnet 2006: 1 Kulit buahnya mengandung getah yang warnanya kuning dan cita
rasanya pahit. Bagian yang terpenting dari buah manggis adalah daging buahnya. Warna daging buah putih bersih dan cita rasanya sedikit asam
sehingga digemari masyarakat luas. Biji manggis berbentuk bulat agak pipih dan berkeping dua Suksamrarnet 2006: 1
Gambar 1. Gambar morfologik buah manggis Mardiana, 2011: 17
10
Kulit buah manggis mengandung resin kuning yang kaya akan xanton. Ekstrak kulit buah manggis yang tinggi antioksidan dapat
diperoleh dengan cara pengupasaan dan pembuangan tangkai untuk mengurangi rendemen kulit buah manggis. Sebelum di ekstraksi rendemen
pada kulit buah manggis sebesar 61,05 . Sedangkan rendemen ekstrak kulit buah manggis menurun menjadi 23.47 . Total fenol pada kulit
buah manggis segar sebesar 18.67 . Total fenol kulit buah manggis setelah diekstrak adalah sebesar 41.12 Adinda Ayu dan Simon B.W,
2015: 116. Kandungan xanton pada ekstrak kulit buah manggis mencapai
95. Terdapat sekitar 50 jenis xanton alami yang terdapat pada kulit buah manggis diantaranya Dehydration 6-0-methilmangostanin, 3-
isomangostin, Mangostanol, Gartanine, 8-deoxygartanin, Mangostenone, mangostenone B, α-mangostin, β-mangostin ,γ-mangostin, Garcinone,
Garcinone A, Garcione B, Garcinone C, Garcinone D, 9- hydroxycalabaxanthone, β-mangostin, mangostenone. Xanton merupakan
senyawa polifenolik dengan struktur kimia yang mengandung cincin trisiklik aromatic. Struktur ini yang memiliki aktivitas biologis seperti
antioksidan, antinflamasi, antibakteri, antikanker dll Nakagawa, dkk, 2007: 5620-5628.
Xanton merupakan salah satu senyawa yang bersifat antioksidan, sebab mampu menetralkan senyawa radikal bebas. Senyawa turunan
11
xanton yang banyak ditemukan adalah α-mangostin, β-mangosin, γ-
mangostin, Garcinone, Gartanin, dan 8-deoxygartanine .
Gambar 2. Rumus kimia turunan senyawa xanton Jung : 2006 Senyawa turunan dari xanton tersebut mempunyai gugus OH
yang mampu menetralkan zat radikal bebas. Hal tersebut dibuktikan dari aktivitas antioksidan yang tinggi dari xanton. Pengukuran aktivitas
antioksidan ekstrak kulit manggis dengan metode DPPH didapatkan Effective Concentration 50
EC50 8,5539 μgml. Nilai tersebut menunjukkan ekstrak tersebut termasuk dalam antioksidan kuat Y.I.P
Arry Miryanti, dkk, 2011: 42 . Pengukuran aktivitas antioksidan pada
12
ekstrak kulit buah manggis juga dapat diketahui dari Nilai ORAC. Nilai ORAC merupakan nilai yang menunjukkan kapasitas kemampuan suatu
senyawa dalam mengabsorbsi oksigen reaktif atau senyawa radikal bebas. Nilai ORAC dari ekstrak kulit buah manggis adalah sekitar 17.000-20.000
ORAC Oxygen Radical Absorbance Capacity. Nilai ORAC xanton yang tinggi menggambarkan kemampuannya dalam menyerap radikal bebas
secara cepat Yunitasari, 2011: 5. Xanton mampu menghambat radikal bebas sebagai bukti adanya
aktivitas antioksidan intraseluler secara signifikan yang diukur dengan metode DPPH. DPPH merupakan suatu senyawa organik yang
mengandung nitrogen tidak stabil, senyawa ini berwarna ungu gelap. DPPH digunakan sebagai indikator kemampuan antioksidan suatu
senyawa, dengan cara melihat perubahan warna dari DPPH tersebut. Perubahan warna dari ungu menjadi kuning dapat disimpulkan bahwa
senyawa uji mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Hasil DPPH membuktikan bahwa ekstrak kulit buah manggis mampu menghambat
50 pembentukan radikal dan juga mereduksi radikal superoksida dan radikal hidroksil Kosem, dkk, 2007 : 10.
Aktivitas antioksidan ekstrak lebih tinggi hingga 2 kali lipat di bandingkan dengan kulit segar, hal ini dapat diukur dari aktivitas
antioksidan dengan metode DPPH. Aktivitas antioksidan dari kulit buah manggis segar hanya sebesar 40,30 , sedangkan aktivitas antioksidan
13
dari ekstrak kulit buah manggis sebesar 84.42 Adinda Ayu dan Simon. B.W, 2015: 116.
Xanthone ialah suatu bahan kimia aktif dengan strukturnya yang terdiri dari 3 cincin dan ini menjadikannya sangat stabil ketika berada
dalam tubuh manusia. Senyawa xanthone yang telah teridentifikasi diantaranya adalah 1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2.8-bis3-metil-2-butenil-
9H-xanten-9-on dan 1,3,6,7 – tetrahidroksi - 2,8-bis3-metil-2-butenil - 9Hxanten -9-on Joze Pedraza, et al., 2008:3227-3239.
Xanton merupakan derivat dari difenil- γ-pyron, yang memiliki
nama IUPAC 9H-xantin-9-on. Xanton terdistribusi luas pada tumbuhan tinggi, tumbuhan paku, jamur, dan tumbuhan lumut. Sebagian besar
xanton ditemukan pada tumbuhan tinggi yang dapat diisolasi dari empat suku, yaitu Guttferae, Moraceae, Polygalaceae dan Gentianaceae. Xanton
memiliki aktivitas farmakologi sebagai antibakteri, antifungi, antiinflamasi, antileukimia, antiagregasi platelet, selain itu xanton dapat
menstimulasi sistem saraf pusat dan memiliki antituberkolosis secara in vitro pada bakteri Mycobacterium tuberculosis Bruneton, 1999 ;
Sluis,1985. Xanton pada kulit manggis sudah terbentuk sejak buah berumur
satu bulan setelah bunga mekar SBM. Pada umur satu BSA hingga empat BSA saat buah dipanen kandungan xanton relatif sama Kurniawati,
2011.
14
Xanton umumnya terdistribusi luas pada tumbuhan dalam bentuk ikatan glikosida seperti halnya flavonoid. Oleh karena itu, perlu dilakukan
proses hidrolisis yang berfungsi untuk memecah ikatan glikosida sehingga dihasilkan aglikon xanton. Proses hidrolisis dilakukan dengan cara
hidrolisis asam menggunakan HCl 2 N. Xanton biasanya terdapat sebagai xanton O-glikosida. Satu gugus hidroksi xanton atau lebih terikat pada
suatu gula dengan ikatan hemiasetal yang tidak tahan asam. Hidrolisis asam digunakan untuk memecah ikatan O-glikosida tersebut Pradipta,
dkk., 2007. Menurut Lenny tahun 2006 pada penelitiannya mengatakan, xanton
termasuk ke dalam golongan senyawa flavonoid. Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol yang terbanyak ditemukan di alam. Senyawa ini
umumnya ditemukan pada tumbuhan yang berwarna merah, ungu, biru, atau kuning. Keberadaannya dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses
fotosintesis sehingga daun muda umumnya belum terlalu banyak mengandung flavonoid. Sebagian besar senyawa flavonoid di alam
ditemukan dalam bentuk glikosida. Glikosida adalah kombinasi antara suatu gula dan suatu alkohol
yang saling berikatan melalui ikatan glikosida. Residu gula dari glikosida flavonoid alam adalah glukosida, ramnosida, galaktosida. Poliglikosida
yang larut dalam air dan sedikit larut dalam pelarut organik seperti benzene,aseton, eter dan kloroform. Flavonoid merupakan deretan
senyawa C6-C3-C6, artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6
15
cincin benzena yang dihubungkan oleh rantai alifatik tiga karbon Leny, 2006.
Kelas yang berlainan dalam golongan flavonoid dibedakan berdasarkan cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil
yang tersebar menurut pola yang berlainan. Berdasarkan penambahan rantai oksigen dan perbedaan distribusi dari gugus hidroksilnya flavonoid
digolongkan menjadi enam jenis, yaitu flavon, isoflavon, flavonol, flavanon, kalkon, dan auron. Senyawa ini memiliki dua cincin benzene dan
satu cincin piran. Inti xanton dikenal sebagai 9 xanthenone atau dibenzo-c- pyrone
Leny, 2006. Xanton dapat diklasifikasikan ke dalam lima kelompok yaitu;
oxygenated xanthone, xanthone glycoside, prenylated xanthone, xanthonolignoid
, dan miscellaneous Xanthone. Saat ini sekitar 1000xanton berbeda telah diketahui Pedraza Chaverri, 2008 : 39.
Xanton telah diisolasi dari seluruh bagian buah manggis terutama kulit buah, seluruh buah, kulit batang, serta daun. Di antara senyawa
xanton tersebut, dan mangostin, garcinone E, 8-deoxygartanin, dan gartanin paling banyak dipelajari, yang paling utama terkandung dalam
xanton ialah kandungan alfa-mangostin dan gamma-mangostin. Alfa- mangostin adalah senyawa yang sangat berkhasiat dalam menekan
pembentukan senyawa karsinogen pada kolon. Senyawa xanthone selain mengandung alfa-mangostin juga mengandung gamma-mangostin yang
juga memiliki banyak manfaat dalam memberikan proteksi atau
16
melakukan upaya pencegahan terhadap serangan penyakit Haryadi, 2010 : 8-10.
Kadar xanton berbeda tergantung pada kualitas buah, di mana kadar terbesar didapatkan pada buah dengan kulit burik atau kasar yakni
sebesar 23,544 µgg ekstrak, sedangkan pada buah besar dengan kulit mulus mengandung kadar xanthone sebesar 18,502 µgg ekstrak, buah
kecil sebesar 20,434 µgg dan buah 32 dengan kulit mengandung getah kuning 15,289 µgg ekstrak. Buah dengan kulit burik terjadi akibat adanya
serangan hama atau akibat kerusakan fisik. Xanton berperan sebagai mekanisme pertahanan dalam mencegah terjadinya stres akibat serangan
hama tersebut atau kerusakan fisik Haryadi, 2010 : 8-10.
2. Rokok
Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Rokok
berbentuk silinder dari kertas dengan ukuran panjang antara 70-120 mm bervariasi tergantung negara dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi
daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut
pada ujung yang lainnya Aditama, 2006: 8. Jumlah perokok dalam satu dasawarsa ini mengalami kenaikan
yang pesat di kalangan perokok laki-laki maupun perempuan di Indonesia. Hal tersebut membuat Indonesia menyandang predikat jumlah perokok
terbanyak nomor tiga di dunia Wirakusuma, 2011: 3.
17
Berdasarkan bahan baku atau isi, rokok umumnya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu rokok mildrokok putih, rokok kretek, dan rokok klembak.
Rokok putih merupakan rokok dengan bahan baku berupa daun tembakau yang diberi perasa untuk mendapatkan efek rasa tertentu, mengandung
sekitar 14–15 mg tar dan 5 mg nikotin. Rokok kretek merupakan rokok dengan bahan baku tembakau, cengkeh dan perasa agar mendapatkan efek
rasa dan aroma tertentu, mengandung kadar tar dan nikotin lebih tinggi daripada rokok putih yaitu 20-40 mg tar dan 3–5 mg nikotin. Rokok
klembak merupakan rokok yang bahan bakunya berasal dari campuran tembakau, cengkeh, kemenyan dan perasa agar tercipta rasa dan aroma
tertentu Aditama, 2006: 8. Senyawa kimia yang terkandung dalam rokok antara lain:
a. Tar
Tar merupakan partikel solid yang tersuspensi dalam gas yang dihasilkan dari proses pembakaran rokok. Tar mengandung berbagai
macam senyawa toksik, antara lain: metal, polisiklik aromatik hidrokarbon PAH, dioksin dan beberapa nitrosamin non-volatil. Dilaporkan bahwa
senyawa PAH merupakan karsinogen yang dapat memicu karsinogenesis pada paru-paru. Pada saat rokok dihisap, tar akan masuk ke rongga mulut
dalam bentuk uap padat. Setelah mengalami penurunan suhu, tar akan memadat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi,
saluran nafas dan paru-paru Gondodiputro, 2007: 9.
18
b. Nikotin
Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya. Nikotin
dapat meracuni syaraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer Sitepoe, 1997: 5. Kandungan nikotin berkisar dari 13
mg, mempunyai efek farmakologis yang mendorong faktor habituasi atau ketergantungan psikis Toshinori Yoshida and Rubin, 2007: 87.
Rokok kretek mengandung 60–70 tembakau, sisanya 30–40 cengkeh dan ramuan lain. Rokok kretek lebih berbahaya daripada rokok
putih, karena kandungan tar, nikotin dan karbon monoksida di dalamnya lebih tinggi. Komsumsi rokok kretek di Indonesia mencapai 88
Widodo, dkk., 2007: 277. c.
Karbon monoksida Karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak
berbau, yang diproduksi oleh segala proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau pembakaran di
bawah tekanan dan temperatur tinggi seperti yang terjadi di dalam mesin Slamet, 1996: 58. Gas karbonmonoksida yang terkandung dalam asap
rokok jumlahnya relatif tinggi. Gas CO yang masuk dalam tubuh dapat menyebabkan menurunnya kapasitas transportasi oksigen dalam darah
oleh hemoglobin dan penggunaan oksigen ditingkat seluler. Hal tersebut terjadi karena gas CO memiliki afinitas dengan hemoglobin ± 200 kali
lebih kuat jika dibandingkan dengan afinitas oksigen terhadap hemoglobin.
19
Karbon monoksida memiliki dampak buruk terhadap kesehatan karena CO dapat menggeser oksigen yang terikat pada hemoglobin dan
mengikat Hb menjadi karboksihemoglobin seperti pada reaksi berikut: HbO
2
+ CO HbCO + O
2
Hal tersebut terjadi disebabkan karena afinitas CO terhadap Hb kira-kira 210 kali lebih kuat daripada afinitas O
2
terhadap Hb. Reaksi ini menyebabkan berkurangnya kapasitas darah untuk menyalurkan O
2
kepada jaringan tubuh. Gas CO dalam dosis rendah menimbulkan efek atau gangguan pada penderita penyakit paru, jantung ataupun perokok
yang sebagian dari hemoglobinnya sudah terikat oleh CO Slamet, 1997: 59.
Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin yang terdapat dalam eritrosit, lebih kuat dibandingkan oksigen, sehingga setiap
ada asap tembakau, disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi eritrosit akan semakin kekurangan oksigen karena yang
diangkut adalah CO Gondodiputro,2007: 9. d.
Nitorsamin Merupakan amina organik yang mengandung senyawa nitrogen -
NO yang berikatan dengan grup amina melalui reaksi nitrosasi. Komponen nitrosamin yang spesifik pada tembakau dikenal dengan istilah
tobacco-specific nitrosamines TSNA, diantaranya N-nitrosoanabasin NAB, Nnitrosoanatabin NAT, 4-metilnitrosamino-1-3- piridil-1-
butanon NNK dan nitrosonornikotin NNN Gambar 2. Tembakau dan
20
asap rokok mengandung tobacco-specific nitrosamines dengan konsentrasi yang relatif tinggi. Dari keempat senyawa tersebut, NNK dan NNN
merupakan senyawa mutagenik utama yang dapat menimbulkan kerusakan pada DNA sehingga memicu tumorigenesis danatau karsinogenesis
Stepanov and Stephen, 2005: 885-891.
3. Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan suatu logam yang memiliki elektron tidak berpasangan. Dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas sering
disamakan dengan oksidan karena memiliki sifat yang mirip dan dapat menyebabkan kerusakan yang sama walaupun prosesnya berbeda. Salah
satu penyebab adanya radikal bebas adalah asap rokok. Rokok merupakan faktor resiko utama dalam menimbulkan berbagai penyakit respirasi. Paru-
paru, trakea dan rongga hidung juga beresiko terkena dampak asap rokok. Penyakit paru-paru yang ditimbulkan oleh asap rokok, antara lain adalah
emfisema, bronkitis kronis dan chronic obstructive pulmonary disease COPD Rahman, 2003: 95-109. Macam-macam penyakit pada saluran
pernafasan antara lain gangguan nasal dan sinus, emphisema, bronkitis, chronic obstructive pulmonary disease COPD, stroke dan kanker Martey
2005: 289. Hal tersebut disebabkan oleh adanya berbagai macam senyawa
kimiawi yang bersifat toksik, mutagenik dan karsinogenik dalam asap rokok. Senyawa kimiawi dalam jumlah yang tinggi yang terkandung
21
dalam asap rokok adalah senyawa radikal bebas atau reactive oxygen species ROS Kukner, 2001: 103-109.
Senyawa ROS dapat merusak protein, lipid dan rangkaian DNA yang merupakan unsur utama dalam sel Yu, et al., 2012: 3791-3806. Hal
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan resiko kanker pada saluran pernapasan, antara lain kanker pada alveoli, bronkiolus, bronkus
dan trakea. Paparan asap rokok dapat menyebabkan lesi pre-neoplastik pada sel-sel epitelia trakea, yang disertai adanya hiperplasia sel basal, sel
mukosa dan kelenjar submukosa Kukner, 2001: 103-109 Oksidan adalah bahan kimia elektrofil yang sangat reaktif dan
dapat memindahkan elektron dari molekul lain dan menghasilkan oksidasi pada molekul tersebut. Oksidan yang dapat masuk berasal dari berbagai
sumber, antara lain Halliwell, 1999: 35: 1
Berasal dari tubuh sendiri, berupa senyawa yang sebenarnya berasal dari proses biologi normal oleh suatu sebab terdapat jumlah yang
berlebihan Halliwell, 1999: 35-36. 2
Berasal dari luar tubuh yang berperan menimbulkan dampak negatif adalah asap rokok, NO, NO
2
dan ozon. Efek radikal bebas bebas dalam tubuh akan dinetralisir oleh antioksidan yang dibentuk oleh
tubuh sendiri dan suplemen dari luar melalui makanan, minuman atau obat-obatan, seperti karotenoid, citamin C, E dan lain-lain.
22
4. Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat merendam dampak negatif oksidan radikal bebas termasuk enzim-enzim dan protein-protein
pengikat logam. Antioksidan ada yang diproduksi dalam tubuh ada juga yang diperoleh dari luar tubuh Halliwell dan Whiteman, 2004: 231.
Berdasarkan fungsi sistem antioksidan dalam melindungi jaringan tubuh dari efek radikal bebas dapat dikelompokkan menjadi 5 macam,
yaitu yaitu antioksidan internalprimer, antioksidan eksternalsekunder, antioksidan tersier, oxygen scavenger dan chealtors atau squesstrants.
a. Antioksidan internal atau primer
Antioksidan primer bekerja dengan cara mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru atau mengubah radikal bebas yang telah
terbentuk menjadi molekul yang kurang reaktif, dengan cara memberikan atom hidrogen ke zat radikal. Antioksidan primer meliputi enzim
superperoksida dismutase SOD, enzim katalase, glutation GSH dan glutation peroksidase GPx. SOD yang dibentuk dalam sitosol merupakan
metaolenzim yang mengandung atom tembaga, seng dan besi. SOD yang dibentuk di dalam matriks mitokondria mengandung tembaga.
SOD adalah antioksidan intraseluler utama dalam sel aerobik yang berada di dalam otak, hati, SDM, ginjal, tiroid, testis, otot jantung, mukosa
lambung, kelenjar pituitary, pancreas dan paru-paru. Kerja enzim ini mengkatalisis pemecahan anion superperoksida menjadi oksigen dan
hidrogen peroksida.
23
Reaksi yang terjadi adalah : 2O
2 -
+ 2H
2
O + SOD 2H
2
O + O
2
+ 2OH
-
Glutation GSH dan glutation peroksidase GPx merupakan koenzim dan berperan dalam melindungi sel dari radikal oksigen dan
senyawa toksik serta terlibat dalam transport asam amino. GPx merupakan tripertida yang terdiri dari asam amino glisin, asam glutamat, sistein, dan
empat selenium. Enzim ini mencegah peroksidasi lipid dengan menggunakan hidrogen peroksida untuk mengubah glutation menjadi
glutation teroksidasi GS-SG. Reaksi yang terjadi adalah H
2
O
2
+ 2 GSH 2 H
2
O + GS-SG Enzim katalase banyak terdapat dalam hati dan eritrosit, dan
sedikit terdapat pada otot, jantung dan otot skeleton. Kerja enzim ini mengkatalisis pengubahan hidrogen peroksida menjadi molekul air dan
oksigen. Reaksinya adalah 2H
2
O 2H
2
O + O
2
b. Antioksidan eksternal atau sekunder
Antioksidan eksternal atau sekunder disebut juga antioksidan nonenzimatis. Antioksidan dalam kelompok ini sebagai pencegahan dan
sistem pertahanan tubuh. Antioksidan ini meliputi vitamin A, E, C, β karoten, golongan flavonoid, senyawa fenolik, turunan asam sinamat,
kumarin, tokoferol dan asam-asam organik. Senyawa antioksidan ini bekerja dengan cara menagkap radikal bebas kemudian mencegah
reaktivitas amplifikasinya
24
c. Antioksidan tersier
Antioksidan tersier berfungsi memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas, misal enzim metionin sulfosida
reduktase yang dapat memperbaiki DNA yang rusak dalam inti sel. d.
Oxygen scavenger Oxygen scavenger berfungsi mengikat oksigen sehingga tidak
mendukung reaksi oksidasi. e.
Chelators atau squesstrants Chelators atau squesstrants
mampu mengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi asam sitrat dan asam amino Halliwell dan
Whiteman, 2004: 231-250. Pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak kulit manggis dengan
metode DPPH didapatkan Effective Concentration 50 EC50 8,5539 μgml. Nilai tersebut menunjukkan ekstrak tersebut termasuk dalam
antioksidan kuat Y.I.P Arry Miryanti, dkk, 2011: 42 . Pengukuran aktivitas antioksidan pada ekstrak kulit buah manggis
juga dapat diketahui dari Nilai ORAC. Nilai ORAC merupakan nilai yang menunjukkan kapasitas kemampuan suatu senyawa dalam mengabsorbsi
oksigen reaktif atau senyawa radikal bebas. Nilai ORAC dari ekstrak kulit buah manggis adalah sekitar 17.000-20.000 ORAC Oxygen Radical
Absorbance Capacity per 100 ons. Nilai ORAC xanton yang tinggi
menggambarkan kemampuannya dalam menyerap radikal bebas secara cepat Yunitasari, 2011: 5.
25
5. Asap Rokok
Asap rokok mengandung senyawa kimia lebih dari 4.000 molekul yang bersifat karsinogenik, mutagenik, iritatif maupun toksik. Asap rokok
sangat mudah dijumpai di lingkungan dan sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia Gilmour, et al., 2006: 627-633. Senyawa toksik
utama dalam asap rokok, antara lain: nikotin, tar dan karbon monoksida Mehta, et al., 2008: 497-503. Senyawa mutagenik dan karsinogenik yang
utama dalam asap rokok, yaitu N-nitrosamin, 1,3-butadien, benzoapiren dan polisiklik aromatik hidrokarbon PAH Weiss and Jaeger, 2012: 2-3.
Setelah masuk kedalam mulut, asap terkonsentrasi secara aerosol dengan jutaan partikel per kubik sentimeter dengan ukuran 5µm partikel
sedang. Faktor penting pada komposisi asap rokok ditentukan pada suhu saat zona pembakaran. Asap rokok yang dihasilkan dari pembakaran rokok
merupakan gas heterogen yang terdiri dari uap yang tidak terkondensasi dan zat cair partikulat. Kandungan asap rokok terdistribusi di lingkungan
dengan dua fase yaitu fase partikulat atau partikel solid yang tersuspensi dalam gas tar dan fase uap gas Geiss and Dimitrios, 2007.
6. Mencit
Pada penelitian ini hewan uji yang digunakan adalah mencit Mus musculus
jantan putih. Mencit bersifat mudah ditangani, penakut, cenderung berkumpul dengan sesamanya, mempunyai kecenderungan
untuk bersembunyi dan lebih aktif pada malam hari. Mencit cenderung menggigit, maka sebaiknya ditangkap dengan memegang ekor pada dekat
26
pangkalnya kemudian diangkat cepat-cepat dan diletakkan di atas ram kawat, kemudian ditarik pelan-pelan dan dipegang tengkuknya pada kulit
yang longgar dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri, dengan tangan yang sama ekor dijepit menggunakan jari kelingking.
Sebelum mencit diberi perlakuan, mencit dapat dipegang ekornya dan digoyang-goyangkan supaya tidak membalik diri dan merangkak ketangan
pemegang Smith dan Mangkoewidjoyo, 1988: 182. Klasifikasi Mencit menurut Mangkoewidjojo Smith 1988 :
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
Tabel 1. Data Biologik Mencit Smith dan Mangkoedwidjojo, 1998
Lama Hidup 1-2 tahun
Umur dewasa 35 hari
Berat dewasa 20-40g jantan, 18-35g betina
Volume darah 75-80 mlkg
Sel darah merah 7,7-12,5 . 106mm3
Sel darah putih 6,0-12,6 . 103mm3
Hemoglobin 13-16 100 ml
27
Mencit Mus musculus termasuk mamalia yang dianggap memiliki struktur anatomi pencernaan mirip manusia, mudah ditangani
dan mudah diperoleh dengan harga relatif murah dibandingkan hewan uji yang lain. Hewan ini bersifat fotofobik dan penakut. Mencit
merupakan hewan nocturnal yang lebih aktif di malam hari, Aktifitas ini menurun dengan kehadiran manusia sehingga mencit perlu
diadaptasikan terlebih dahulu dengan lingkungannya. Mencit yang digunakan adalah mencit putih jantan galur Swiss
yang mempunyai berat badan rata-rata 29,18 gram pada umur 4-6 minggu. Batas maksimal volume pemberian obat pada mencit untuk
pemberian per oral adalah 1 ml. Hal ini berkaitan dengan kapasitas lambung mencit.
7. Trakea Mencit
a. Struktur dan fungsi trakea
Trachea batang tenggorok merupakan tabung dari cincin tulang rawan, terletak di daerah leher, yang mengubungkan phaynx dengan
bronkus. Posisinya bersebelahan dengan kerongkongan, tepatnya di depan kerongkongan. Dinding dalamnya mukosa dilapisi lendir yang sel-selnya
berambut getar Heru Nurcahyo, 2010. Struktur trakea adalah: 1
Tunica mucosa tersusun atas sel thoraks epithelium pseudocomplex columnair
bersilia dengan sel piala sel goblet. Lamina propria tersusun atas jaringan ikat longgar
dengan serabut elastis.
28
2 Tunica sub-mucosa tersusun atas jaringan ikat longgar dengan
membrana elastica sebagai batas dengan lamina propria glandula sero-mucosa.
3 Tunica cartilaginea tersusun atas kartilago hialin berbetuk
seperti tapal kuda huruf C, jaringan ikat antara kedua ujung kartilago mengandung sel-sel otot polos juga glandula sero-
mucosa. 4
Tunica adventitia tersusun atas jaringan pengikat longgar dengan pembuluh darah lymfe dan saraf.
Gambar 3. Struktur trakea mencit Irma, 2015: 07. Fungsi utama trakea adalah pertukaran udara, smembantu dalam
perlindungan dari mikroba dan zat berbahaya. Trakea mencegah masuknya zat berbahaya ke bagian yang lebih dalam dari paru-paru, yang akan
29
mendorong kerusakan.trakea adalah bertanggung jawab mengangkut udara untuk respirasi dari laring ke bronkus.
a. Gambaran anatomi trakea
Trakea terletak di posterior laring, memanjang dan berbatasan dengan bifurkasio bronki primer dalam kavum thorak. Trakea merupakan
organ tubuler yang bertekstur tipis, lentur dan tersusun dari 16-20 deretan kartilago hialin berbentuk C yang mengelilingi bagian ventral dan lateral
trakea Rajagopal and Paul, 2005; Samuelson, 2007. Kartilago hialin berfungsi menahan tekanan eksternal yang dapat menutup saluran
pernapasan. Celah diantara kartilago hialin disatukan oleh jaringan fibroelastis yang berfungsi memudahkan pergerakan trakea. Pada dinding
posterior trakea tidak terdapat kartilago, tetapi ada pita otot polos tebal yang melintang dan bersatu dengan jaringan ikat Fawcett, 2002.
b. Gambaran histologi trakea
Trakea tersusun dari tunika mukosa, submukosa, adventisia, jaringan kartilago, jaringan ikat dan otot polos Gambar 2. Tunika
mukosa dilapisi oleh sel-sel epitelia kolumner kompleks bersilia yang terdiri dari enam jenis sel, yaitu sel basal, sel kolumner bersilia, sel Goblet,
sel sikat, sel Clara dan sel neuroendokrin Fawcett, 2002. Sel basal ± 29 dan sel kolumner bersilia ± 30 merupakan komponen utama
dalam susunan sel-sel epitelia trakea. Sel-sel tersebut bertanggung jawab untuk regenerasi sel dan pengeluaran mukus. Selain itu, sel Goblet ±
28 secara kontinyu memproduksi vesikel sekretori yang mengandung
30
musigen. Musigen tersebut akan dilepaskan pada lumen dan mengalami hidrasi menjadi musin, yaitu substansi likat yang dapat mengikat partikel
asing dalam udara yang masuk ke dalam saluran pernapasan inspirasi. Sel sikat, sel Clara dan sel neuroendrokrin hanya terdapat dalam
jumlah sedikit ± 10 dari total populasi sel. Dilaporkan, bahwa sel sikat berkaitan dengan saraf trigeminalis sehingga dapat berperan sebagai sel
sensori. Sel Clara berfungsi menghasilkan cairan lumen yang mengandung protein dan glikoprotein dan sel neuroendokrin berfungsi menghasilkan
granula yang dilepaskan ke dalam lamina propria Samuelson, 2007. Lapisan submukosa memiliki 16–20 kartilago hialin berbentuk
huruf C yang dilapisi oleh perikondrium berfungsi sebagai penjaga agar lumen trakea tetap terbuka. Cincin–C pada trakea lebih tebal di bagian
anterior dari pada sisi posterior dan dipisahkan satu sama lain oleh jaringan ikat fibrosa yang tebal dan kontinyu dengan perikondrium cincin–
C. Struktur ini menyebabkan lumen trakea tetap terbuka Gartner, et al., 2012.
Gambar 4. Gambaran histologik epitel trakea mencit Herliyani, 2009: 10
31
c. Pengaruh asap rokok terhadap saluran pernafasan
Saluran pernafasan memiliki mekanisme pertahanan terhadap masuknya benda asing, seperti debu, bakteri, dan virus, yang dapat masuk
bersama udara inspirasi. Sel-sel epitelia saluran pernafasan merupakan pertahanan pertama terhadap antigen. Sel epitelium saluran pernafasan
terdiri dari beberapa jenis sel. Jenis yang terbanyak adalah sel epitelium bersilia. Setiap sel tersebut, memiliki 250 silia pada permukaan apikal.
Sedangkan dibagian bawah silia, terdapat banyak mitokondria. Mitokondria akan menyediakan adenosin trifosfat ATP yang
diperlukan sebagai sumber energi untuk penggetaran silia. Permukaan saluran pernafasan dilapisi oleh lapisan tipis mukus yang disekresikan oleh
membran mukosa sel Goblet. Lapisan mukus pada saluran pernafasan mengandung faktor yang efektif sebagai mekanisme pertahanan tubuh,
yaitu imunoglobulin terutama IgA, leukosit, interferon dan antibodi lainnya Ganong, 2003: 468-480.
Merokok secara langsung membahayakan integritas barier fisik sel, meningkatkan permeabilitas sel-sel epitelia saluran pernafasan dan
mengganggu kebersihan mukosilia. Jika partikel asing antigen masuk ke dalam saluran pernafasan, maka antigen tersebut akan ditangkap dan
kemudian diteruskan ke faring. Antigen dan mukus digerakkan dengan kecepatan 1 cmmenit pada sepanjang permukaan trakea ke faring.
Inhalasi asap rokok pada perokok pasif maupun perokok aktif menimbulkan iritasi kronik dan gangguan pada mata, hidung dan
32
oroparing. Dilaporkan, bahwa partikel yang terdapat dalam asap rokok dapat menyebabkan penurunan gerakan silia pada saluran pernafasan
Tamashiro, et al., 2009: 117-122. Paparan asap rokok akut mengakibatkan supresi sel-sel epitelia
saluran pernafasan dan secara kronik dapat mengakibatkan inflamasi dan kerusakan sehingga menyebabkan metaplasia sel-sel epitelia Stampfli, et
al ., 2009: 34-39. Asap rokok juga dapat menimbulkan perubahan pada
mekanisme produksi mukus pada saluran pernafasan. Paparan asap rokok secara kronik menyebabkan kerusakan pada sel-sel epitelia saluran
pernafasan dan meningkatkan jumlah dan ukuran sel Goblet sehingga meningkatkan sekresi mukus Tamashiro, et al., 2009: 117-122. Pada
saluran pernafasan, salah satu gambaran histopatologi yang terdapat pada trakea adalah adanya hiperplasia sel-sel Goblet Komori, et al., 2001: 431-
441. Penelitian pada hewan percobaan, membuktikan bahwa asap rokok
dapat meyebabkan meningkatnya jumlah sel Goblet. Selain itu dilaporkan, bahwa asap rokok dapat menghambat transportasi senyawa klorida yang
dapat menyebabkan sistik fibrosis pada trakea Kreindler, et al., 2005: 894-902.
Asap rokok menyebabkan perubahan struktural dan perubahan fungsional
pada sel-sel epitelia saluran pernafasan. Penelitian membuktikan, bahwa asap rokok mereduksi viabilitas dan menginduksi
apoptosis sel. Penelitian pada hewan percobaan yang dipapar asap rokok
33
secara kronik dan intermiten menyebabkan lesi histopatologi pada sel-sel epitelia saluran pernafasan. Jika konsentrasi asap rokok yang diberikan
rendah, maka akan menyebabkan hiperplasia, sedangkan pada asap rokok konsentrasi tinggi menyebabkan nekrosis silia dan metaplasia dengan
keratinisasi, penebalan submukosa dan infiltrasi sel-sel radang mononukleus Tamashiro, et al., 2009: 117-122.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kristianti tahun 2004. Paparan asap rokok yang tinggi menyebabkan terjadinya lesi dan
metaplasia sel-sel epitelia bronkus dan bronkiolus, adanya metaplasia sel- sel epitelia, hiperplasia kelenjar dan infiltrasi sel-sel radang.
8. Paru-paru Mencit
a. Gambaran makroskopis
Paru-paru mencit berada dalam kavum toraks yang terdiri dari tiga lobi di sebelah kanan dan dua lobus berada di sebelah kiri Sirois, 2005:
167,172. Paru-paru dibagi menjadi sistem penyalur udara intrapulmonalis, sistem respirasi parenkima dan pleura. Sistem penyalur udara
intrapulmonalis bronkus dan bronkiolus mencakup 6 paru-paru. Parenkima atau daerah pertukaran gas terdiri dari duktus alveolaris, sakus
alveolaris dan alveoli yang mencakup 85 dari seluruh paru-paru Dellmann, et al., 1992.
b. Histologi paru-paru mencit
1 Bronkus
34
Bronkus primer memiliki diameter yang lebih kecil jika dibandingkan dengan trakea. Pada setiap bronkus terdapat saraf,
pembuluh darah dan percabangan limfatik yang bersamaan dengan percabangan jalur udara. Lamina epitelium mengandung sel
Goblet, kelenjar dan jaringan ikat dengan sedikit kartilago. Lamina muskularis terdiri atas jaringan otot polos dan jaringan elastis yang
mengandung sel Clara. Setiap bronkus primer akan terbagi menjadi satu atau lebih bronkus intrapulmonalis yang terdiri atas bronkus
sekunder dan tersier.Samuelson, 2007.
Gambar 4. Gambaran histologik parenkima paru-paru mencit a bronkus b bronkiolus, c bronkiolus respiratorius, d alveoli Laelatul
Rahmad, 2013: 22.
2 Bronkiolus
Bronkiolus merupakan percabangan terakhir pada bronkus intrapulmonalis. Lanjutan pertama adalah bronkiolus primer, tunika
mukosa yang terdiri dari lapisan epitelium kuboid bersilia dengan
35
jumlah sel Goblet yang semakin sedikit tanpa sel basal. Sel Clara sebagai sel eksokrin bronkial yang berfungsi mengabsorbsi dan
mensekresikan glikoprotein bergranula yang dilepaskan melalui sel-sel epitelia bronkioli. Selain itu, sel Clara mampu mendegradasi substansi
toksik yang terinhalasi dan sebagai sel basal untuk sel-sel epitelia bronkioli. Lamina propria terdiri dari jaringan ikat dan otot polos.
Tunika adventisia terdiri dari sedikit kartilago dan serabut elastis di sekitar lapisan otot polos. Percabangan yang lebih kecil yaitu brokial
terminal. Lamina epitelium tersusun atas epitelium kuboid simpleks
yang mengandung sel Clara.
3 Bronkiolus respiratorius
Bronkiolus respiratorius melanjut sebagai alveoli dengan dinding yang sangat tipis dan terisi oleh duktus alveoli dan sakus
alveoli. Bronkiolus respiratorius secara strukutral terdiri atas lamina epitelium, lamina propria dan tunika submukosa. Lamina epitelium
tersusun atas sel-sel epitelia kuboid. 4
Alveoli Sel utama penyusun alveoli adalah sel-sel epitelia skuamus
simpleks sel alveolar tipe I atau pneumosit I. Nukleus pneumosit I berbentuk pipih. Pneumosit I memiliki sitoplasma sangat tipis 200
nm sehingga tidak terlihat secara histologis karena keterbatasan resolusi mikroskop cahaya. Pneumosit I adalah penyusun permukaan
luar alveoli sampai 95. Sel natif lainnya yang menyusun sel-sel
36
epitelia alveolus adalah sel alveolar tipe II pneumosit II yang terlihat secara histologis berupa sel kuboid. Selain pneumosit I dan II, pada
alveoli juga terdapat makrofag dan mast cell. Makrofag pulmonalis berasal dari monosit yang terdapat di dalam sirkulasi darah dan
bermigrasi ke jaringan interstisium paru-paru yang juga disebut sebagai makrofag septal. Makrofag tersebut pada umumnya terdapat
pada jaringan antar pneumosit I dan lumen alveoli sehingga disebut makrofag alveolaris Samuelson, 2007.
c. Pengaruh asap rokok pada hewan percobaan mencit
Penelitian mengenai paparan asap rokok terhadap hewan laboratorium terutama mencit telah banyak dilakukan, salah satunya
adalah penelitian yang ditujukan untuk menentukan efek sitotoksik asap rokok terhadap jaringan tubuh hewan laboratorium. Asap rokok
mengandung reactive oxygen species ROS dan reactive nitrogen species
RNS berupa radikal superoksida, peroksida hidroksil, radikal hidroksil dan peroksinitrit yang dapat menginduksi terjadinya lesi pada
sel-sel epitelia alveolaris, stres oksidasi dan kematian sel pada jaringan paru-paru.
Asap rokok memiliki sifat sitotoksik yang dapat menghasilkan senyawa ROS dan memiliki kandungan senyawa aldehid pada fase gas
asap rokok. Senyawa-senyawa tersebut dapat melemahkan aktifitas pemusnah radikal bebas di dalam tubuh, antara lain glutation GSH,
N-acetylcystein NAC dan superoxide dismutase SODs. Kandungan
37
senyawa ROS akan menginduksi deplesi glutation, menggangu pertumbuhan sel, sel rusak dan lisis, serta meningkatkan permeabilitas
sel-sel epitelia. Asap rokok juga berpotensi menginduksi respon inflamasi pada sel-sel epitelia alveoli dan bronki. Asap rokok
mengandung acrolein dan acetaldehyde yang merupakan kandungan utama pada fase gas asap rokok yang terbukti dapat menginduksi
apoptosis sel-sel epitelia bronki Aoshiba, et al., 2003: 219-226. Nekrosis dan apoptosis sel-sel epitelia alveolaris dan bronkialis,
senyawa ROS dan RNS pada asap rokok dapat menginduksi terjadi fibrosis pulmonalis pada hewan laboratorium. Penelitian tersebut
ditujukan untuk melihat kemampuan aktifitas antioksidan pada tubuh hewan percobaan, yaitu GSH, NAC dan SODs. Ketiga antioksidan
tersebut mampu mengurangi induksi fibrosis pulmonalis oleh senyawa ROS atau RNS yang terkandung dalam asap rokok Aoshiba, et al.,
2003: 219-226. Glutation merupakan antioksidan yang terdapat dalam jaringan
paru-paru. Jika glutation jumlahnya tidak normal akan menyebabkan konstriksi bronkus. Senyawa NAC adalah antioksidan yang mengatur
homeostatis glutation dengan meningkatkan level cysteine sehingga akan mengatur sintesis glutation. NAC juga akan menyebabkan
penurunan aktifitas respon inflamasi, deposisi kolagen dan meningkatkan bleomycin sebagai induktor terjadinya fibrosis jaringan
paru-paru. Antioksidan yang ketiga, yaitu SODs, memiliki aktifitas
38
yang dapat menurunkan stres oksidasi, inflamasi jaringan paru-paru dan mencegah terjadinya kerusakan jaringan paru-paru Kinnula, et al.,
2005: 417- 422.
39
B. Kerangka Berpikir Teoritis
Meningkatnya jumlah perokok aktif setara dengan jumlah
kematian akibat rokok di Indonesia.
Kandungan zat berbahaya pada asap rokok menyebabkan berbagai macam
penyakit terutama penyakit pada saluran pernafasan hingga
menyebabkan kanker.
Dapat dilakukan pencegahan secara alternatif dengan
mengkonsumsi makanan atau minuman kaya antioksidan.
Kulit buah manggis Garcinia mangostana
L mengandung antioksidan tinggi terutama
xanthone .
Hewan perobaan menggunakan mencit yang diberi perlakuan berupa
pengasapan dari asap rokok dan diberi ekstrak kulit buah manggis
secara oral.
Gambaran histologik Trakea
Gambaran histologik Paru-Paru
Sel epitel
Kruskal Wallis Deskriptif
40
C. Hipotesis