73
D. Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat interaksi teman sebaya pada siswa kelas XI SMAN 6 Yogyakarta pada kategori tinggi
sejumlah siswa 79 siswa, kemudian kategori sedang 25 siswa, dan pada kategori rendah tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di SMA
Negeri 6 Yogyakarta memiliki kecenderungan interaksi teman sebaya yang tinggi. Tingkat interaksi dalam kategori tinggi tersebut menunjukkan bahwa
76 siswa kelas XI SMAN 6 Yogyakarta cukup memiliki unsur kontak dan komunikasi yang baik, yaitu: adanya kerjasama yang baik dalam kelompok,
frekuensi pertemuan yang baik dan keterbukaan sesama anggota kelompok yang baik. Hasil penelitian sejalan dengan pendapat Monks, F.J. 2006: 187
yang mengemukakan bahwa interaksi dengan teman sebaya merupakan permulaan hubungan sahabat. Hubungan ini memiliki sifat-sifat yaitu saling
pengertian, saling membantu, saling percaya, saling menghargai dan menerima. Shaw Muhammad Ali Mohammad Asrori, 2004: 87 yang
menyatakan interaksi adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran
mereka, dan masing-masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing-masing perilaku mempengaruhi satu
sama lain. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan item
nomor dua puluh enam dari variabel interaksi teman sebaya yang menyatakan “Saya menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman-
74 teman” termasuk dalam kategori tinggi di antara item yang lain. Pernyataan
pada item tersebut mengarah pada indikator individu yang memiliki frekuensi pertemuan dengan kelompok sebaya yang tinggi, yakni bagaimana
remaja menghabiskan lebih banyak waktu bersama dengan teman sebayanya. Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa siswa kelas XI
SMAN 6 Yogyakarta memiliki interaksi teman sebaya yang tinggi. Secara keseluruhan dari 8 kelas yang diambil menjadi subjek, masing-masing lebih
banyak memiliki interaksi teman sebaya pada kategori tinggi. Pada variabel kedua, yaitu perilaku konsumtif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat perilaku konsumtif siswa kelas XI SMAN 6 Yogyakarta cenderung pada kategori tinggi 12 siswa 11,5, kemudian
kategori sedang 92 siswa 88,5, dan pada kategori rendah tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas XI SMAN 6 Yogyakarta memiliki
kecenderungan perilaku konsumtif sedang. Artinya, bahwa 88,5 siswa kelas XI SMAN 6 Yogyakarta kadang-kadang memiliki ketertarikan untuk
membeli produk karena iming-iming hadiah, kadangkala membeli produk karena kemasannya menarik, kadangkala membeli produk demi menjaga
penampilan diri dan gengsi, kadangkala siswa membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status, kadangkala membeli produk karena unsur
konformitas terhadap model yang mengiklannya, kadangkala muncul penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan
rasa percaya diri, kadangkala mencoba lebih dari dua produk sejenis. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat konsumtif seseorang
adalah kelompok referensi Kotler, Gary., Philip Armstrong, 2008:164,
75 yang dimaksud kelompok referensi dalam hal iniadalah kelompok
pertemanan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Sumartono 2002: 11 mengatakan bahwa perilaku konsumtif begitu dominan dikalangan
remaja. Hal tersebut dikarenakan secara psikologis, remaja masih berada dalam proses pembentukan jati diri dan sangat sensitif terhadap pengaruh
dari luar.Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan item nomor sebelas dari variabel perilaku konsumtif yang menyatakan “Saya
hanya memakai satu produk sejenis yang saya butuhkan saja” termasuk dalam kategori tinggi di antara item yang lain. Terdapat pula item yang
menjadi item tinggi pada skala perilaku konsumtif yang menyatakan “Saya tidak terpengaruh membeli barang yang sedang tren seperti yang teman-
teman saya beli”. Pernyataan pada item tersebut mengarah pada indikator individu yang memiliki perilaku konsumtif yakni bagaimana seseorang
terpengaruh membeli barang akibat dari interaksi dengan teman sebayanya. Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa siswa kelas XI SMAN 6
Yogyakarta memiliki perilaku konsumtif yang sedang. Secara keseluruhan dari 8 kelas yang diambil menjadi subjek, masing-masing lebih banyak
memiliki perilaku konsumtif pada kategori sedang. Pada dasarnya kelas XI termasuk dalam masa remaja dimana mereka
telah memiliki hubungan yang matang dengan teman sebayanya, ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima kelompoknya. Upaya
agar diterima kelompok salah satunya mengaktualisasi diri dengan penampilannya dengan berperilaku konsumtif. Siswa kelas XI yang berada
di masa remaja tersebut melakukan interaksi dengan kelompok
76 pertemanannya, sehingga membentuk sikap maupun perilaku sesuai dengan
kelompok pertemanan sebagai referensi. Mengingat bahwa tingkat interaksi teman sebaya siswa kelas XI SMAN 6 Yogyakarta dalam penelitian ini
berada pada ketegori tinggi, maka dapat dikatakan bahwa perilaku konsumtif mereka cukup terpengaruh dari interaksi yang dilakukan dengan
teman sebaya. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Sumartono 2002 mengatakan bahwa perilaku konsumtif begitu dominan dikalangan
remaja. Hal tersebut dikarenakan secara psikologis, remaja masih berada dalam proses pembentukan jati diri dan sangat sensitif terhadap pengaruh
dari luar. Ketika seorang remaja menjalani proses pencarian jati diri remaja cenderung lebih sering menghabiskan waktu bersama teman sebayanya atau
peer group. Dalam kelompok teman sebayanya remaja akan memiliki suatu bentuk komitmen yang sama-sama dimengerti dalam kelompok sehingga
remaja berusaha semaksimal mungkin terlihat sama dengan teman-teman sebayanya. Seperti yang diungkapkan oleh Panut Panuju dan Ida Umami
2005: 153 remaja akan meniru tingkah laku, pakaian, sikap dan tindakan teman- temannya dalam kelompok.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi antara variabel interaksi teman sebaya dengan perilaku konsumtif
menyatakan adanya hubungan sebesar 0,494 dengan nilai signifikan p 0,000 0,05. Hal ini berarti hipotesis alternatif Ha yang berbunyi ada
hubungan yang positif dan signifikan antara interaksi teman sebaya dengan perilaku konsumtif diterima. Artinya, semakin tinggi interaksi teman sebaya
77 maka semakin tinggi pula perilaku konsumtif, begitu juga sebalikanya,
semakn rendah interaksi teman sebaya maka semakin rendah perilaku konsumtif pada kelas XI SMAN 6 Yogyakarta.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Mulyadi Nitisusastro 2012:49 bahwa perilaku konsumtif yang dilakukan oleh remaja
sebenarnya tidak lepas dari pengaruh lingkungan sosial remaja dalam berinteraksi dengan kelompoknya. Seseorang membutuhkan pengakuan dari
orang lain terhadap faktor psikologis internal yang melekat pada dirinya, seperti kebutuhan untuk dihormati, kebutuhan untuk disegani, kebutuhan
untuk dipatuhi. Apabila temen-teman dalam kelompok remaja cenderung memiliki perilaku konsumtif, maka karena adanya interaksi,remaja tersebut
juga cenderung mengikuti perilaku konsumtif dari kelompoknya. Nilai koefisien korelasi dari interaksi teman sebaya dengan perilaku konsumtif
pada siswa kelas XI SMAN 6 Yogyakarta dapat dikatakan tidak terlalu tinggi 0, 494. Hal tersebut berarti bahwa interaksi teman sebaya yang
dimiliki siswa kelas XI SMAN 6 Yogyakarta lebih banyak dipengaruhi faktor lain.
Zumita Hanafie 2014 dalam penelitiannya juga telah membuktikan bahwa terdapat hubungan antara konformitas dan perilaku konsumtif.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI di SMA N 4 Yogyakarta tersebut memperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara konformitas dan perilaku konsumtif. Priaz Rizka Fardhani 2013 dalam penelitiannya juga telah membuktikan bahwa terdapat
78 hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif yang dilakukan
pada siswa kelas XI SMA Trimurti Surabaya. Penelitian tesebut memperoleh hasil bahwa terdapat hubugan positif dan signifikan pada dua
variabel tersebut. Dengan demikian, adanya konformitas pada remaja akan melibatkan interaksi remaja dengan teman-teman sebayanya.
Ditinjau dari besarnya sumbangan variabel interaksi teman sebaya pada variabel perilaku konsumtif sebesar 24,4, maka masih ada 75,6
faktor lain yang mempengaruhi siswa kelas XI SMAN 6 Yogyakarta dalam berperilaku konsumtif. Faktor-faktor tesebut antara lain adalah faktor
ekonomi, pengetahuan, demografi jenis kelamin, usia, siklus hidup, keluarga, pekerjaan, budaya dan sub-budaya, kelas sosial, serta gaya hidup
Kotler, Gary., Philip Armstrong, 2008: 160.
E. Keterbatasan Penelitian