14
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Kajian Teori Remaja 1.
Pengertian Remaja
Kata remaja diterjemahkan dari kata dalam bahasa Inggris adolescene atau adolecere bahasa latin yang berarti tumbuh atau
tumbuh untuk masak, menjadi dewasa. Dalam pemakaiannya istilah remaja dengan adolecen disamakan. Adolescene maupun remaja
menggambarkan seluruh perkembangan remaja baik perkembangan fisik, intelektual, emosi, dan sosial Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Hurlock Rita Eka Izzaty dkk., 2008: 124 menyatakan awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas
tahun atau tujuh belas tahun, dan berakhir di enam belas tahun atau tujuh belas tahun sampai delapan belas tahun, yaitu usia matang
secara hukum. Santrock 2007: 20 mengartikan masa remaja sebagai periode
transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-
emosional. Larson Santrock, 2007: 20 menyatakan bahwa tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah individu yang berada di periode transisi perkembangan
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang mengalami
15 perubahan-perubahan, yaitu perubahan biologis, kognitif dan sosio-
emosional, untuk mempersiapkan masa dewasa.
2. Rentang Usia Remaja
Monks, F.J. 2006: 263-264 menjelaskan bahwa masa remaja terjadi pada kisaran usia 12 hingga 21 tahun dan pada usia 10
– 12 tahunmerupakan masa pra-remaja. Dengan penjabaran sebagai
berikut: a.
Usia 10-12 tahun : masa pra-remaja atau pra-pubertas b.
Usia 12- 15 tahun : masa remaja awal atau masa pubertas c.
Usia 15- 18 tahun : masa remaja pertengahan d.
Usia 18- 21 tahun : masa remaja akhir Sedangkan menurut Glimer Sri Rumini dan Siti Sundari,
2000: 73 menyebutkan masa adolesence terdiri atas tiga kurun waktu, yaitu:
a. Preadolosen dalam kurun waktu 10- 13 tahun
b. Adolosen awal dalam kurun waktu 13- 17 tahun
c. Adolosen akhir dalam kurun waktu 18- 21 tahun
Demikian juga menurut Wukeringlon Sri Rumini dan Siti Sundari, 2000: 73 mengatakan remaja terdiri dari dua fase yang
disebut : a.
Preadolesence, berkisar usia 12- 15 tahun b.
Late adolesence antara usia 15- 18 tahun
16 Pendapat yang dipaparkan beberapa tokoh diatas memang
berbeda-beda rentang waktunya namun dpat disimpulkan bahwa rentang usia remaja berkisar dari 12 tahun samapi 21 tahun, dan dapat
diklasifikasikan kedalam beberapa tahap yaitu tahap remaja awal, remaja pertengahan dan remaja akhir.
3. Aspek Perkembangan Remaja
a. Perkembangan Fisik dan Psikososial
Masa remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik. Perrtumbuhan perkembangan fisik pada akhir masa remaja
menunjukkan terbentuknya remaja laki-laki sebagai bentuk khas laki-laki dan remaja perempuan menjadi bentuk khas perempuan.
Proses pertumbuhan ini dipengaruhi percepatan pertumbuhan sehingga pada masa ini sering ada beberapa istilah untuk
pertumbuhan fisik remaja: The Onset of Pubertal Growth Spurt masa krisis dari perkembangan biologis serta The Maximum
Growth Age, berupa: Perubahan bentuk tubuh, ukuran, tinggi, dan berat badan, proporsi muka dan badan Rita Eka dkk., 2008:127.
Adanya pecepatan pertumbuhan remaja berimplikasi pada perkembangan spikososial mereka yang ditandai dengan kedekatan
remaja pada teman sebayanya peer group daripada orangtua atau keluarga. Disamping itu juga remaja pada waktu itu diharapkan
dapat memenuhi tanggung jawab sebagai orang dewasa, namun
17 karena belum memiliki pengalaman sebagai orang dewasa,
sehingga sering mengalami kegagalan Rita Eka dkk., 2008:127. b.
Perkembangan Kognitif Remaja Menurut Piaget Rita Eka Izzaty 2008 : 34 Perkembangan
kognitif adalah hasil gabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf serta adaptasi pada lingkungan sekitar. Piaget menggunakan 5
istilah untuk menggambarkan dinamika perkembangan kognitif yaitu :
1 Skema, merupakan pola berpikir yang orang gunakan untuk
mengatasi situasi tertentu di lingkungan, sehingga manusia belajar dari apa yang mereka lihat.
2 Adaptasi, adalah proses menyesuaikan pikiran dengan
memasukkan informasi baru ke dalam pemikiran individu. 3
Asimilasi, berarti memperoleh informasi baru dan memasukkannya ke dalamm skema sekarang sebagai respon dari
rangsangan lingkungan yang baru. 4
Akomodasi, meliputi penyesuaian pada informasi baru dengan menciptakan skema baru ketika skema lama tidak berhasil.
Selama dinamika akomodasi, manusia dapat menyusun pemahamannya tentang dunia secara berbeda, dan membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk. 5
Equilibration, diartikan sebagai kompensasi terhadap gangguan eksternal. Perkembangan intelektual berperan penting untuk
menciptakan struktur kognitif yang lebih baik.
18 c.
Perkembangan Emosi Pada masa remaja terjadi ketegangan emosi yang bersifat
khas sehingga masa ini disebut masa badai topan strom and stress Heightened Emotionally, yaitu masa yang menggambarkan
keadaan emosi remaja yang tidak menentu, tidak stabil dan meledak-ledak. Meningginya emosi terutama terutama karena
remaja mendapat terjangan sosial dan menghadapi kondisi baru, karena selama masa kanak-kanak mereka kurang mempersiapkan
diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Kepekaan emosi yang meningkat sering diwujudkan dalam bentuk remaja lekas marah,
suka menyendiri dan adanya kebiasaan nervous, seperti gelisah, cemas dan sentimen, mengigit kuku dan garuk-garuk kepala Rita
Eka dkk., 2008: 135.
4. Ciri-ciri Remaja
Masa remaja, seperti masa-masa sebelumnya memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan masa sebelum dan sesudahnya Hurlock
Rita Eka Izzaty dkk., 2008: 124 menjelaskan ciri-ciri tersebut sebagai berikut:
a. Masa remaja sebagai periode penting, karena akibatnya yang
langsung terhadap sikap dan perilaku dan akibat jangka panjangnya, juga akibat fisik dan akibat psikologis. Perkembangan
fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perekembangan mental dan membentuk sikap, nilai dan minat baru.
19 b.
Masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, sehingga mereka
harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan serta mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan
perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.
c. Masa remaja sebagai masa perubahan, selama masa remaja terjadi
perubahan fisik menurun maka diikuti perubahan sikap dan perilaku yang menurun juga. Menurut Hurlock, ada 4 macam
perubahan yaitu: meningginya emosi; perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan; berubahnya minat dan pola perilaku serta
adanya sikap abivalen terhadap setiap perubahan. d.
Masa remaja sebagai masa mencari identitas, pada masa ini meraka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan
menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti pada masa sebelumnya. Namun adanya sifat yang mendua, dalam
beberapa kasus menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan krisis identitas. Pada saat ini remaja berusaha untuk menunjukkan
siapa diri dan peranannya dalam kehidupan masyarakat. e.
Usia bermasalah, karena pada masa remaja pemecahan masalah sudah tidak seperti masa sebelumnya yang dibantu oleh orangtua
dan gurunya. Setelah remaja masalah yang dihadapi akan diselesaikan secara mandiri, mereka menolak bantuan dari orangtua
dan guru lagi.
20 f.
Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutankesulitan. Karean pada masa remaja sering timbul pandangan yang kurang
baik atau bersifat negatif. Stereotip demikian mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya, dengan demikian
menjadikan remaja sulit melakukan peralihan menuju masa dewasa. Pandangan ini juga sering menimbulkan pertentangan
antara remaja dengan orang dewasa. g.
Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Pada masa ini remaja cenderung memandangn dirinya dan orang lain
sebagaimana yang diinginkan bukan sebagaimana adanya, lebih- lebih cita-citanya. Hal ini menyebabkan emosi meninggi dan
apabila diinginkan tidak tercapai akan mudah marah. Semakin bertambahnya pengalaman pribadi dan sosialnya serta kemampuan
berpikir rasional remja memandang diri dan orang lain semakin realistik.
h. Masa remja sebagai ambang masa dewasa, menjelang menginjak
masa dewasa, mereka merasa gelisah untuk meninggalkan masa belasan tahunnya. Mereka belum cukup untuk berperilaku sebagai
orang dewasa, oleh karena itu mereka mulai berperilaku sebagai status orang dewasa seperti cara berpakaian, merokok,
menggunakan obat-obatan dll, yang dipandang dapat memberikan citra seperti yang diinginkan.
21
5. Tugas-tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan masa remaja yang haru dilalui dalam masa itu, menurut Havighurst Rita Eka dkk., 2008: 126, adalah
sebagai berikut: a.
Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara
efektif. d.
Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
e. Mempersiapkan karier ekonomi.
f. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
g. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegnagan
untuk berperilaku mengembangkan ideologi.
B.
Kajian Teori Konsumtif 1.
Pengertian Konsumtif
Perilaku konsumtif menurut Ujang Sumarwan 2011: 5 adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses spsikologis yang terus
mendorong seseorang
untuk melakukan
kegiatan membeli,
menggunakan, menghabiskan produk dan jasa yang ada. Sciffman Kanuk dalam Ujang Sumarwan, 2011: 4
mengatakan individu berperilaku konsumtif karena individu
22 konsumen dipengaruhi motif emosional seperti hal-hal yang bersifat
pribadi atau subyektif seperti status, harga diri, perasaan cinta dan lain sebagainya. Konsumen yang dipengaruhi oleh motif emosional tidak
mempertimbangkan apakah barang yang dibelinya sesuai dengan standar atau kualitas yang diharapkannya.
Raymond Tambunan 2001 mendefinisikan kata konsumtif kata sifat, sering diartikan sama dengan konsumerisme. Perilaku
konsumtif secara khusus memiliki arti keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan
untuk mencapai kepuasanyang maksimal. Sumartono 2002: 11 mengatakan perilaku konsumtif adalah
perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah tidak rasional lagi.
Secara pragmatis perilaku konsumtif dapat diartikan sebagai suatu tindakan memakai produk yang tidak tuntas. Artinya belum habis
sebuah produk yang dipakai, seseorang telah menggunakan produk jenis yang sama dan merek lainnya. Atau dapat disebutkan, membeli
barang karena adanya hadiah yang ditawarkan atau membeli suatu produk karena banyak orang yang memakai barang tersebut.
Anggasari Sumartono, 2002: 118 mengatakan perilaku konsumtif adalah tindakan membeli barang-barang yang tidak
diperhitungkan sehingga sifatnya menjadi berlebihan. Sumartono, 2002: 188 Perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku yang
ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan
23 segala hal yang dianggap paling mahal yang memberikan kepuasan
dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta adanya pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh semua keinginan untuk
memenuhi hasrat kesengangan semata. Berdasarkan pendapat para tokoh di atas dapat disimpulkan
perilaku konsumtif adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang terus mendorong seseorang untuk mengkonsumsi
barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan karena adanya keinginan yang tidak rasional untuk mencapai
kepuasan yang maksimal.
2. Jenis-jenis Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan antara berbagai merek, menurut Kotler, Gary.,
Philip Armstrong 2008: 177-179 dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
a. Perilaku membeli yang kompleks
Merupakan perilaku membeli konsumen dalam berbagai situasi yang bercirikan keterlibatan mendalam konsumen dalam membeli,
dan adanya perbedaan pandangan yang signifikan antara merek yang satu dengan merek yang lain. Pembeli ini akan melalui proses
belajar, pertama mengembangkan keyakinan mengenai produknya, lalu sikap, dan kemudian membuat pilihan pembelian yang
dipikirkan masak-masak.
24 b.
Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan Perilaku membeli yang semacam ini terjadi ketika konsumen
sangat terlibat dengan pembelian yang mahal, jarang atau beresiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan diantara merek-merek yang
ada. Dalam hal ini setelah pembelian konsumen mungkin mengalamiketidakcocokan pasca pembelian merasa tidak nyaman
setelah membeli ketika mereka menemukan kelemaham- kelemahan tertentu dari merek yang ia beli ataupun karena
mendengar hal-hal bagus mengenai merek barang lain yang tidak mereka beli. Namun konsumen akan tetap menyenangi pilihan
tersebut karena faktor pemasaran yang menarik. c.
Perilaku membeli karena kebiasaan Perilaku ini terjadi ketika keterlibatan konsumen terhadap barang
yang akan dibeli cenderung rendah dan tidak memperhatikan merek barang yang akan dibeli. Dalam kaus-kasus semaam ini, perilaku
konsumen tidak melewati urutan keyakinan, sikap, perilaku yang biasa dilakukan oleh konsumen. Konsumen tidak mencari
informasi secara ekstensif mengenai suatu merek, tidak mengevaluasi mere-merek tersebut, dan tidak mengambil
keputusan yang berarti terhadap merek barang yang akan dibeli. Pengaruh media seperti televisi dan majalah sangat bepengaruh
dalam hal ini sehingga dapat dikatakan bahwa keputusan membeli hanya berdasarkan iklan media masa yang bisa dilihat.
25 d.
Perilaku membeli yang mencari variabel Pelanggan menjalankan perilaku membeli yang mencari variasi
berada dalam situasi yang bercirikan rendahnya keterlibatan konsumen namun perbedaan merek dianggap cukup berarti, dan
sering berganti merek. Konssumen mengambil merek lain agar tidak bosan atau sekedar untuk mencoba sesuatu yang berbeda.
Penggantian merek terjadi demi variasi dan bukan untuk kepuasan. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
perilaku konsumsi atau perilaku membeli antara lain adalah perilaku membeli yang kompleks, yang mengurangi ketidakcocokan, karena
kebiasaan dan yang mencari variasi.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif
Menurut Sumartono 2002: 100 secara kondisional munculnya perilaku konsumtif disebabkan oleh tiga hal yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor internal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah motivasi, harga diri, observasi proses belajar,
kepribadian dan konsep diri. 1
Motivasi dan Harga Diri Motivasi merupakan pendorong perilaku seorang yang didasari
oleh dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperolrh keputusan, sedangkan
harga diri berpengaruh pada perilaku membeli, dimana motif
26 pembelian berkaitan dengan perasaan atau emosi individu
seperti pengungkapan rasa cinta, kebanggaan, kenyamanan, kesehatan, keamanan, dan kepraktisan.
2 Pengamatan dan Proses Belajar
Sebelum seseorang mengambil suatu keputusan untuk membeli suatu produk, ia akan mendasarkan keputusannya pada
pengamatan yang dilakukan atas produk tersebut. Pengamatan adalah suatu proses dimana manusia menyadari dan
menginterpretasikan aspek lingkungannya. Proses belaja pada suatu pembelian terjadi apabila konsumen ingin menganggapi
dan memperoleh suatu keputusan, atau sebaliknya, tidak terjadi apabila konsumen merasa dikecewakan oleh produk yang
kurang baik, sehingga konsumen dalam proses pembeliannya selalu mempelajari sesuatu.
3 Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai pola sifat individu yang dpaat menentukan tanggapan dan cara untuk bertingkah
laku. Terutama sebagaimana tingkah lakunya dapat dijelaskan oleh orang lain dengan cara yang cukup konsisten. Sedangkan
konsep diri dapat menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek, image penjual atau tujuan
pengiklanan. Konsep diri tidak dibatasi keinginan fisik tetapi termasuk juga hal-hal lain seperti kekuatan kejujuran, rasa
humor, keadilan, kejahatan, dan sebagainya.
27 b.
Faktor Eksternal Faktor eksternal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif
individu adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok- kelompok sosial dan referensi serta keluarga.
1 Kebudayaan
Lina dan Rosyid Sumartono, 2002: 103 mengatakan kebudayaan yang tercermin dalam cara hidup, kebiasaan dan
tindakan dalam permintaan bermacam-macam barang di pasar sangat mempengaruhi perilaku konsumen. Kebhinekaan
kebudayaan dalam suatu daerah, banyaknya kelompok etnik akan membentuk pasar dan perilaku yang berbeda-beda,
bahkan pengaruh kebudayaan yang kuat terhadap perilaku membeli telah dibuktikan oleh Loudon Sumartono, 2002: 103
dalam penelitiannya yang menemukan bahwa perilaku membeli dapat diramalkan dari nilai-nilai budaya yang dipegang oleh
konsumen. 2
Kelas Sosial Zaltman Sumartono, 2002: 104 berpendapat bahwa sebuah
kelas sosial merupakan suatu kelompok orang-orang yang memiliki tingkat-tingkat prestise, kekuasaan, dan kekayaan
yang sama, dan memiliki sejumlah keyakinan, sikap, dan nilai- nilai yang berhubungan dengannya, dalam pemikiran dan
perilaku mereka. Kelas sosial dapat menimbulkan pengaruh penting atas pola pembelian, atau pembelian-pelian produk.
28 3
Kelompok-kelompok Sosial Interaksi sesesorang di dalam kelompok sosial akan
berpengaruh langsung pada pendapat dan seleranya, sehingga akan mempengaruhi pemilihan produk atau merek barang.
4 Kelompok Referensi
Kelompok referensi lebih kuat pengaruhnya pada seseorang karena akan membentuk kepribadian dan perilakunya.
Kelompok ini sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.
5 Keluarga
Keluarga merupakan sebuah lembaga sosial penting, maka dapat dikatakan bahwa keluarga seorang individu merupakan
sebuah kelompok referensi penting. Keluarga dicirikan oleh adanya interaksi tatap muka yang frekuen, antara angggota
keluarga masing-masing bereaksi. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
banyak hal yang mempengaruhi individu berperilaku konsumtif, diantaranya faktor dari dalam maupun dari luar individu. Faktor
dari dalam diri individu yaitu: motivasi, pengamatan, kepribadian, dan konsep diri serta sikap. Sedangkan faktor dari luar individu
yaitu: kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial, kelompok referensi dan keluarga. Faktor-faktror tersebut merupakan kesatuan
yang memberi pengaruh terhadap tingkat konsumtif individu.
29
4. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif
Aspek-aspek yang mempengaruhi perilaku konsumtif menurut Hidayati 2001, antara lain:
a. Impulsif
Sikap konsumtif terjadi semata-mata karena didasari oleh hasrat yang tiba-tiba atau keinginan sesaat. Dilakukan tanpa
terlebih dahulu membuat perencanaan, pertimbangan, tidak memikirkan apa yang akan terjadi kemudian dan bersifat
emosional. b.
Pemborosan Salah satu indikator perilaku konsumtif yang paling menonjol
pada aspek ini adalah berlebih-lebihan, selain itu menjelaskan perilaku
konsumtif sebagai
perilaku membeli
yang menghamburkan
banyak dana
sehingga menimbulkan
pemborosan. c.
Mencari kesenangan pleasure seeking Perilaku konsumtif merupakan perilaku membeli sesuatu yang
dilakukan hanya
karena semata-mata
untuk mencari
kesenangan. d.
Mencari kepuasan satisfaction seeking Perilaku konsumtif didasari pada keinginan untuk selalu lebih
dari pada yang lain, selalu tidak ada kepuasan dan usaha untuk memperoleh pengakuan serta biasanya diikuti dengan rasa
bersaing yang tinggi.
30 Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek-
aspek yang mempengaruhi perilaku konsumtif adalah impulsif, pemborosan, mencari kesengangan pleasure seeking dan mencari
kepuasan satisfaction seeking.
5. Indikator Perilaku Konsumtif
Menurut Sumartono 2002: 119 indikator perilaku konsumtif adalah: a.
Membeli produk karena iming-iming hadiah Individu membeli suatu karena adanya hadiah yang ditawarkan jika
membeli barang tersebut. b.
Membeli produk karena kemasannya menarik Suatu barang yang dikemas dengan rapi dan dihias dengan warna-
warna yang menarik membuat individu termotivasi untuk membeli barang tersebut hanya karena kemasannya rapi dan menarik.
c. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi
Individu membelanjakan uangnya lebih banyak untuk menunjang penampilan diri, karena individu memiliki keinginan membeli yang
tinggi untuk selalu terlihat menarik dan berbeda bagi orang lain. d.
Membeli produk atas pertimbangan harga bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya
Individu cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mewah untuk menandakan adanya kehidupan yang mewah.
e. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status
31 Suatu produk dapat memberikan simbol status sifat eksklusif
kepada penggunanya dengan barang yang mahal dan hal tersebut memberikan kesan bahwa individu tersebut berasal dari kelas
sosial yang tinggi. f.
Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankannya
Individu cenderung meniru perilaku tokoh yang diidolakannya dalam bentuk penggunaan segala sesuatu yang digunakan oleh
tokoh idolanya, sehingga individu cenderung memakai dan mencoba produk yang dipakai dan diiklankan oleh tokoh idolanya
tersebut. g.
Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi
Individu sangat terdorong untuk mencoba suatu produk karena mereka percaya dengan iklan bahwa produk tersebut dapat
menumbuhkan rasa percaya diri. h.
Mencoba lebih dari dua produk sejenis merek berbeda Individu cenderung menggunakan produk jenis sama dengan
merek yang lain dari produk yang sebelumnya ia gunakan, meskipun produk tersebut belum habis dipakainya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa indikator perlaku konsumtif yaitu: Membeli produk karena iming-
iming hadiah, Membeli produk karena kemasannya menarik, Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi,
32 Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang
mengiklankannya, Membeli produk atas pertimbangan harga bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya, Membeli produk
hanya sekedar menjaga simbol status, Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa
percaya diri yang tinggi, Mencoba lebih dari dua produk sejenis merek berbeda.
C.
Kajian Teori Interaksi Teman Sebaya 1.
Pengertian Interaksi Teman Sebaya
a. Pengertian Interaksi
Chaplin 2006: 71 mengatakan bahwa interaksi adalah satu pertalian sosial antara individu sehingga individu yang
bersangkutan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Homans Muhammad Ali Mohammad Asrori, 2004: 87 mendefinisikan
interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran
atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh
Homans Muhammad Ali Mohammad Asrori, 2004: 87 tersebut mengartikan bahwa suatu tundakan yang dilakukan oleh individu
dalam interaksi merupakan suatu tundakan stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.
33 Thibaut dan Kelley Muhammad Ali Mohammad Asrori,
2004: 87 mengemukakan bahwa interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir
bersama. Mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Pendapat Thibaut dan Kelley ini
menjelaskan tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.
Menurut Shaw Ali Asrori, 2004:87 mendefinisikan bahwa interaksi adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing-
masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing-masing orang menunjukkan
perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain.
Monks, F.J. 2006: 187 mengemukakan bahwa interaksi dengan teman sebaya merupakan permulaan hubungan sahabat.
Hubungan ini memiliki sifat-sifat yaitu saling pengertian, saling membantu, saling percaya, saling menghargai dan menerima.
Interaksi teman sebaya merupakan bentuk hubungan sosial yang terjadi diantara siswa. Ketika berinteraksi timbul reaksi sebagai
akibat dari hubungan yang terjadi di kalangan siswa. Reaksi tersebutlah yang menyebabkan seorang siswa menjadi tambah luas
pengetahuan dan sekaligus menjadi pengalaman bagi dirinya di masa yang akan datang. Jika siswa memiliki teman yang suka
34 belanja maka dia akan mengikuti dan melakukan seperti temannya
tersebut. Menurut Soerjono Soekanto 2007: 100 seseorang dalam
memberikan reaksi atas perbuatan atau tindakan orang lain, mempunyai kecenderungan untuk memberikan keserasian dengan
tindakan-tindakan orang lain. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
interaksi adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, serta masing-masing orang yang terlibat di dalamnya saling
mempengaruhi perilaku satu sama lain. b.
Pengertian Teman Sebaya Teman Sebaya peers adalah anak-anak atau remaja yang
memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Remaja akan menerima umpan balik dari teman sebaya mengenai
kemampuan-kemampuan mereka dan belajar tentang apakah yang mereka lakukan lebih baik, sama baiknya atau bahkan lebih buruk
dari apa yang dilakukan remaja lain Santrock, 2003:55. Teman sebaya merupakan sumber status, persahabatan dan rasa saling
memiki yang penting dalam situasi sekolah. Kelompok teman sebaya juga merupakan komunitas belajar dimana peran-peran
sosial dan standar yang berkaitan dengan kerja dan prestasi yang dibentuk. Di sekolah, remaja biasanya menghabiskan waktu
bersama-sama paling
sedikit enam
jam setiap
harinya Santrock,2007: 232-270.
35 Horrock dan Benimoff Arif Muhammad Ammar, 2014: 10
kelompok teman sebaya merupakan dunia nyata kawula muda yang menyiapkan
panggung dimana
mereka dapat
menguji, merumuskan, dan memperbaiki konsep dirinya. Dalam kelompok
inilah mereka dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya dan tidak dapat memaksakan dunia dewasa yang ingin
dihindarinya. Chaplin 2006: 89 mengatakan bahwa teman sebaya atau peer adalah teman seusia, sesama, baik secara sah maupun
tidak. Sedangkan kelompok teman sebaya atau peer group adalah suatu kelompok dimana anak mengasosiasikan dirinya.
Berdasarkan dari beberapa pengertian tersebut penulis menyimpulkan bahwa teman sebaya adalah individu dengan tingkat
usia yang sama, membentuk kelompok persahabatan yang mempunyai nilai-nilai dalam suatu kontak sosial.
c. Pengertian Interaksi Teman Sebaya
Interaksi teman sebaya adalah kedekatan hubungan pergaulan kelompok teman sebaya serta hubungan antar individu
atau anggota kelompok yang mencakup keterbukaan, kerjasama, dan frekuensi hubungan Partowisastro Ahmad Asrori, 2009: 35.
Pierre Ahmad Asrori, 2009: 35 menjelaskan bahwa interaksi teman sebaya adalah hubungan individu pada suatu
kelompok kecil dengan rata-rata usia yang hampir sama sepadan. Masing-masing individu mempunyai tingkatan kemampuan yang
berbeda-beda. Mereka menggambarkan beberapa cara yanng
36 berbeda untuk memahami satu sama lainnya dengan bertukar
pendapat. David, Roger dan Spencer Ahmad Asrori, 2009:35
menyatakan bahwa interaksi teman sebaya sebagi suatu pengorganisasian individu pada kelompok kecil yang mempunyai
kemampuan bereda-beda dimana individu tersebut mempunyai tujuan yang sama.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas disimpulkan bahwa interkasi teman sebaya adalah suatu hubungan sosial antarindividu
yang mempunyai tingkatan usia yang hampir sama, serta di dalamnya terdapat keterbukaan, tujuan yang sama, kerjasama serta
frekuensi hubungan dan individu yang bersangkutan akan saling mempengaruhi.
2. Ciri-ciri Interaksi Teman Sebaya
Widradini Ahmad Asrori, 2009: 36 menjelaskan bahwa dalam interaksi teman sebaya terdapat perubahan ciri-ciri sebagai
berikut: a.
Minat yang beraneka ragam dan tidak tetap kepada minat yang lebih sedikit macamnya dan mendalam.
b. Tingkah laku yang ribut dan damai, banyak berbicara dan adu
keberanian kepada tingkah laku yang lebih tenang dan lebih teratur. c.
Penyesuaian diri kepada orang banyak ke penyesuaian diri kepada kelompok kecil.
37 d.
Memandang status keluarganya sebagi sesuatu hal yang tidak penting dalam hal menentukan teman-temannya kepada hal yang
memperhatikan pengaruh status ekonomi dari keluarga untuk menentukan pilihan teman.
e. Kencan-kencan yang kadang-kadang diadakan dengan teman-
teman yang berganti kepada kencan-kencan dengan sahabat karib yang tetap.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Teman Sebaya
Monk’s dan Blair Ahmad Asrori, 2009: 38 ada beberapa faktor yang cenderung menimbulkan munculnya interaksi teman
sebaya pada remaja, yaitu: a.
Umur, konformitas semakin besar dengan bertambahnya usia, teurutama terjadi pada usia 15 tahun atau belasan tahun.
b. Keadaan sekeliling, kepekaan pengaruh dari teman sebaya laki-laki
lebih besar dari pada perempuan. c.
Kepribadian ekstrovet, anak-anak yang tergolong ekstrovet lebih cenderung mempunyai konformitas dari pada anak introvet.
d. Jenis kelamin, kecenderungan laki-laki untuk berinteraksi dengan
teman lebih besar dari pada ank perempuan. e.
Besarnya kelompok, pengaruh kelompok menjadi semakin besar bila besarnya kelompok bertambah.
f. Keinginan untuk mempunyai status, adanya suatu dorongan untuk
memiliki status, kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya
38 interaksi diantara teman sebayanya. Individu akan menemukan
kekuatan dalam mempertahankan dirinya di dalam perebutan tempat dari dunia orang dewasa.
g. Interaksi orang tua, suasana di rumah yang tidak menyenangkan
dan adanya tekanan dari orang tua menjadi dorongan individu dalam berinteraksi dengan teman sebayanya.
h. Pendidikan, pendidikan yang tinggi adalah salah satu faktor dalam
interaksi teman sebaya karena orang yang berpendidikan tinggi mempunyai wawasan dan pengetahuan luas yang akan mendukung
dalam pergaulannya. Teman Sebaya merupakan suatu kenyataan adanya anak yang
diterima ataupun ditolak oleh teman sebayanya. Hasman 2006: 23 mengemukakan faktor-faktor yang menyebabkan diterima atau
ditolaknya seorang anak dalam berinteraksi dengan teman sebayanya, yaitu:
1 Faktor-faktor yang menyebabkan anak diterima oleh teman
sebayanya meliputi: a
Penampilan performance dan perbuatan antara lain berperilaku baik dan aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok.
b Kemampuan berpikir anatara lain mempunyai inisiatif atau ide-
ide yang positif dan selalu mementingkan kepentingan kelompok.
c Sikap, sifat dan perasaan antara lain bersikap sopan, peduli
terhadap orang lain, penyabar dan tidak egosentis.
39 d
Pribadi antara lain bertanggung jawab dan dapat menjalankan pekerjaan dengan baik, menanti peraturan-peraturan kelompok,
dan mampu menyesuaikan diri dalam berbagi situasi dan pergaulan sosial.
2 Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang ditolak oleh teman
sebayanya, meliputi: a
Penampilan performance dan perbuatan antara lain sering menentang, pemalu, dan senang menyendiri.
b Kemampuan berpikir antara lain malas.
c Sikap dan sifat antara lain egosentris, suka melanggar peraturan
dan suka menguasai anak lain. d
Ciri lain antara lain faktor rumah yang terlalu jauh dengan teman-teman sebayanya.
Peneriamaan atau penolakan dalam kelompok teman sebaya meiliki arti penting bagi seorang anak atau remaja yaitu
mempunyai pengaruh kuat terhadap pikiran, sikap, perasaan, dan perbuatan anak. Seorang anak akan merasa berharga dan berarti
serta dibutuhkan oleh kelompoknya jika diterima dalam kelompok sebayanya, begitupun sebaliknya bagi anak yang ditolak oleh
kelompoknya akan menimbulkan rasa kecewa akibat penolakan dan pengabaian tersebut.
40
4. Bentuk-bentuk Hubungan Interaksi Teman Sebaya
Santrock 2007: 270 menjelaskan bahwa bentuk-bentuk hubungan teman sebaya adalah sebagai berikut:
a. Perubahan individual, perubahan individual ini mempunyai fungsi
kebersamaan, dukungan fisik, dukungan ego, perbandingan sosial, keakraban dan perhatian.
b. Kerumunan crowd, kerumunan merupakan bentuk interaksi
teman sebaya yang terbesar, mereka bertemu karena memuat tujuan yang sama dlam suatu aktivitas.
c. Klik cliquers, jumlah yang lebih kecil, melibatkan keakraban
yang lebih besar diantara anggota yang lebih kohesif dari pada kerumunan. Klik mempunyai ukuran yang lebih besar dan tingkat
keakraban yang lebih rendah dari persahabatan.
5. Aspek –aspek Interaksi Teman Sebaya
Partowisastro Ahmad Asrori, 2009: 42 merumuskan aspek- aspek interaksi teman sebaya sebagai berikut :
a. Keterbukaan individu dalam kelompok, yaitu keterbukaan individu
terhadap kelompok dan penerimaan kehadiran individu dalam kelompoknya.
b. Kerjasama individu dalam kelompok, yaitu keterlibatan individu
dalam kegiatan kelompoknya dan mau memberikan ide bagi kemajuan kelompoknya serta saling berbicara dalam hubungan
yang erat.
41 c.
Frekuensi hubungan individu dalam kelompok, yaitu intensitas individu dalam bertemu anggota kelompoknya dan saling berbicara
dalam hubungan dekat.
6. Fungsi Interaksi Teman Sebaya
Salah satu fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya adalah sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga.
Remaja memperoleh umpan-balik mengenai kemampuannya dari kelompok kawan sebaya. Remaja mempelajari bahwa apa yang
mereka lakukan itu lebih baik, sama baik, atau kurang baik, dibandingkan remaja-remaja lainnya Santrock, 2003: 55. Anak
cenderung untuk mengikuti pendapat dari kelompoknya dan menganggap bahwa kelompok itu selalu benar. Kecendurungan untuk
bergabung dengan teman sebayanya didorong oleh keinginan untuk mandiri, melalui hubungan teman sebaya anak berfikir, mandiri,
mengambil keputusan sendiri, menerima bahkan menolak pandangan dan nilai yang berasal dari keluarga dan mempelajari pola perilaku
yang diterima di dalam kelompoknya. Umar Tirtarahardja 2005: 182 menyebutkan fungsi teman
sebaya sebagai berikut: a.
Mengajarkan berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain.
b. Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas.
42 c.
Menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang berlaku dlam kehidupan masyarakat orang dewasa.
d. Memberikan kepada anggota-anggotanya cara-cara untuk
membebaskan diri dari pengaruh kekuatan otoritas. e.
Memberikan pengalaman untuk mengadakan hubungan yang didasarkan pada prinsip persamaan baik.
f. Memberikan pengetahuan yang tidak bisa diberikan oleh keluarga
secara memuaskan pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, musik, jenis tingkah laku tertentu.
g. Memperluas cakrawala pengetahuan anak sehingga ia menjadi
orang yang lebih komplek.
7. Jenis Interaksi Teman Sebaya
Anak cenderung melepaskan diri dari ketergantungan terhadap keluarga membuat anak mulai memasuki lingkungan sosial masyarajat
yang lebih luas. Anak akan memilih lingkungan yang sesuai dengan kehendaknya dan mulai membentuk suatu kelompok yang memiliki
karakteristik anggota yang sama. Sejalan dengan paparan diatas Hurlock, Elizabeth 2004: 289
membagi kelompok teman sebaya ke dalam beberapa jenis dan karakteristiknya, yaitu:
1 Teman Dekat adalah orang yang memuaskan kebutuhan anak akan
teman melalui keberadaannya di lingkungan. Anak dapat mengamati dan mendengarkan mereka tetapi tidak memiliki
43 interaksi langsung dengan mereka. Mereka bisa terdiri atas
berbagai usia dan jenis kelamin. 2
Teman Bermain adalah orang yang melakukan aktivitas yang menyenangkan dengan anak. Mereka bisa terdiri atas berbagai usia
dan jenis kelamin yang sama, serta mempunyai minat yang sama. 3
Sahabat adalah orang yang dengannya anak tidak hanya dapat bermain tetapi justru berkomunikasi melalui pertukaran ide, dan
rasa percaya, permintaan nasihat dan kritik. Anak yang mempunyai usia, jenis kelamin dan taraf perkembangan sama lebih dipilih
sebagai sahabat.
D.
Hubungan Interaksi Teman Sebaya dengan Perilaku Konsumtif
Remaja adalah individu yang berada di periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang
mengalami perubahan-perubahan, yaitu perubahan biologis, kognitif dan sosio- emosional, untuk mempersiapkan masa dewasa. Masa remaja
memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan masa sebelumnya dan sesudahnya. Ciri dari individu pada masa remaja adalah masa mencari jati
diri, yaitu dimana mereka menginginkan identitas diri dan tidak puas lagi menjadi sama dengan teman-temannya Rita Eka Izzaty dkk., 2008: 24.
Pada masa mencari jati diri tersebut remaja masih dalam situasi labil dan mudah terpengaruh teman-temannya, ini disebabkan karena remaja ingin
diakui eksistensinya oleh lingkungannya sehingga dia berusaha menjadi bagian dari lingkungan tersebut. Kebutuhan untuk diakui eksistensinya
44 tersebut menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai macam
atribut yang sedang trend. Mulai dari membelanjakan uangnya untuk membeli, makanan, minuman, pakaian, elektronik, menonton film dan
sebagainya. Hal inilah yang menjerumuskan remaja untuk berperilaku konsumtif.
Konsumtif merupakan perilaku dimana timbulnya keinginan untuk membeli barang-barang yang kurang diperlukan untuk memenuhi
kepuasan pribadi. Perilaku konsumtif sangat erat kaitanya dengan remaja karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping
itu remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya.
Kecederungan remaja berperilaku konsumtif terkait dengan ciri-ciri perkembangan remaja juga didukung oleh interaksi yang terjadi antara
teman-teman sebayanya. Interaksi yang terjadi dalam kelompok remaja tersebut adalah
sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga, dan memperoleh umpan-balik mengenai kemampuannya dan mempelajari apakah yang
mereka lakukan kurang baik, sama baik atau lebih baik. Dengan begitu, ketika berinteraksi dengan teman sebayanya, remaja dengan remaja lain
dapat saling mempengaruhi perilaku satu sama lain. Ketika remaja masuk ke dalam interaksi yang menilai suatu produk atau merek tertentu berharga
menurut kelompoknya, remaja akan cenderung mengikuti pendapat dari kelompoknya. Remaja menganggap bahwa kelompok itu selalu benar
45 karena ia hanya mempelajari pola perilaku yang diterima di dalam
kelompok tersebut. Hubungan perilaku konsumtif siswa dengan interkasi teman sebaya
dapat dianalisi melalui faktor perilaku konsumtif yang berkaitan dengan faktor interaksi teman sebaya. Faktor motivasi dan harga diri berkaitan
dengan faktor yang mempengaruhi interaksi teman sebaya, salah satunya adalah keinginan untuk mempunyai status. Motivasi merupakan perilaku
individu yang dilandasi oleh dorongan keinginan yang digunakan untuk mengambil keputusan. Pada faktor interaksi teman sebaya keinginan yang
muncul adalah keinginan untuk mencapai status dalam kelompok teman sebaya tersebut. Sedangkan kaitannya dengan harga diri adalah keinginan
untuk mencapai status di dalam kelompok ditujukan untuk mendapatkan harga diri.
Faktor kedua dari perilaku konsumtif yang berhubungan dengan faktor interaksi teman sebaya yaitu pengalaman dan proses belajar dengan
keadaan sekeliling. Sebelum siswa mengambil keputusan untuk membeli sesuatu, siswa akan mendasarkan keputusanya pada pengalaman dan
proses belajar yang ia dapatkan dari keadaan sekitar yaitu lingkungannya. Pengalaman dan Proses belajar akan ia dapatkan bila siswa tersebut
melakukan interaksi dengan teman sebaya di lingkungan sekitarnya. Hubungan faktor perilaku konsumtif yaitu kebudayaan dengan
interaksi teman sebaya adalah pada dasarnya kebudayaan masyarakat timbul karena adanya interaksi. Kebudayaan akan lahir, tumbuh dan
berkembang karena ada interaksi dalam suatu lingkungan kelompok.
46 Budaya yang timbul ini tercermin dalam cara hidup, kebiasaan dan
tindakan dalam permintaan barang di pasar yang mempengaruhi perilaku konsumtif siswa. Begitu juga dengan faktor eksternal perilaku konsumtif
lainnya yaitu: kelas sosial, kelompok-kelompok sosial, kelompok referensi, keluarga pada dasarnya tercipta karena adanya interaksi yang
berlangsung antara individu ataupun kelompok. Interaksi seseorang di dalam kelompok akan langsung berpengaruh pada pendapat dan seleranya,
sehingga akan mempengaruhi perilaku konsumtif siswa. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan
perilaku remaja dapat dipengaruhi oleh interaksi yang terjadi diantara teman sebayanya. Begitu juga dengan perilaku konsumtif pada remaja
dapat dikuatkan oleh interaksi dalam kelompok teman sebaya.
E.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penjelasan teori-teori yang tersbut di atas, dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: Terdapat hubungan Interaksi
teman sebaya dengan perilaku konsumtif siswa kelas XI Sman 6 Yogyakarta.
Gambar 1. Hipotesis Penelitian Variabel Interaksi Teman Sebaya dengan Perilaku konsumtif
X Y
Keterangan: X : Interaksi Teman Sebaya
Y : Perilaku Konsumtif : Arah hubungan
47
BAB III METODE PENELITIAN