Fibroblast Growth Factor 23 dan Fosfat pada PGK Fibroblast Growth Factor 23 dan Fosfat pada Penyakit Jantung

Faktor lokal khususnya pada tulang juga berperan dalam meregulasi kadar FGF-23 serum. Faktor tersebut ialah regulasi oleh phosphate regulating gene with homologies to endopeptidases on the X chromosome PHEX serta dentin matrix protein 1 DMP1. Bila terjadi mutasi atau inaktivasi dari PHEX, maka akan meningkatkan ekpresi gen FGF-23 pada sel osteoblas dan osteosit tulang Liu dkk., 2006; Yuan dkk., 2008. Mutasi maupun inaktivasi dari DMP1 juga menyebabkan peningkatan ekpresi FGF-23 pada osteoblas dan osteosit tulang Feng dkk., 2006; Liu dkk., 2006. Ekpresi FGF-23 pada tulang juga dipengaruhi oleh reseptor FGF-23 FGFR. Mutasi pada FGFR-1 seperti pada penyakit osteoglophonic dysplasia OGD akan menyebabkan peningkatan kadar FGF-23 serum serta hipofosfatemia White dkk., 2005.

2.6 Fibroblast Growth Factor 23 dan Fosfat pada PGK

Pada PGK terjadi hiperfosfatemia yang diakibatkan oleh berkurangnya kemampuan filtrasi glomerolus terhadap fosfat, sehingga terjadi retensi fosfat. Hal ini diikuti oleh peningkatan kadar fibroblast growth factor 23 FGF-23 serum oleh sel osteosit tulang. Fibroblast growth factor 23 bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan ekskresi fosfat urin, sehingga kadar fosfat serum kembali normal. Peningkatan kadar FGF-23 serum juga menekan sintesis 1,25- dihydroxyvitamin D, sehingga terjadi hipokalsemia yang selanjutnya merangsang peningkatan hormon paratiroidhiperparatiroid sekunder Oliveira dkk., 2010; Russo, 2011. Kadar FGF-23 serum ini secara signifikan meningkat seiring progresi penyakit ginjal kronik serta secara independent berhubungan dengan peningkatan risiko kematian, kejadian kardiovaskuler, progresi menjadi gagal ginjal terminal serta kegagalan awal cangkok ginjal Isakova dkk., 2011; Juppner, 2011. Hubungan antara peningkatan FGF-23 serum dan penurunan LFG telah diketahui secara baik pada pasien PGK. Penelitian oleh Bachchetta dkk. 2010 menemukan hubungan yang terbalik antara LFG dengan kadar C terminal FGF- 23 serta intact FGF-23 plasma r = - 0,214 dan r = - 0,30; p = 0,001. Filler dkk. 2011 juga melaporkan hubungan yang signifikan antara FGF-23 dengan estimasi LFG dengan menggunakan cystatin C r = - 0,47, p 0,001. Hasil yang sebanding dilaporkan oleh Dominguez dkk. 2013, terdapat hubungan yang signifikan antara estimasi LFG dengan ln{C terminal FGF-23} r = - 0,35, p 0,05. Pada penelitian tersebut juga didapatkan hubungan yang signifikan antara estimasi LFG dengan fraksi ekskresi fosfat urine r = -0,40, p = 0,05 Dominguez dkk., 2013.

2.7 Fibroblast Growth Factor 23 dan Fosfat pada Penyakit Jantung

Belakangan ini, banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kadar fosfat dan FGF-23 serum berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler baik pada pasien dengan atau tanpa PGK Kendrik dkk., 2011; Scialla dan Wolf, 2014. Peningkatan kadar fosfat serum menginduksi kalsifikasi vaskuler dan disfungsi endotelial secara in vitro pada model percobaan binatang, begitu juga penelitian observasional pada manusia menunjukan hasil yang serupa Scialla dan Wolf, 2014. Peningkatan kadar FGF-23 serum berhubungan dengan hipertrofi ventrikel kiri dan gagal jantung kongestif. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh efek hipertropik langsung FGF-23 terhadap sel miosit kardiak Faul dkk., 2011. Terapi untuk mengontrol kadar FGF-23 dan fosfat serum dipertimbangkan sebagai target terapi untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler di populasi terutama pada pasien dengan PGK.

2.8 Fibroblast Growth Factor 23 dan Fosfat pada Pasien Sakit Berat