2.5.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar FGF-23 Serum
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar FGF-23 serum dibagi menjadi 3 katagori yaitu: faktor sistemik, faktor lokal serta faktor posttranslational Martin
dkk., 2012. Faktor sistemik meliputi: 1 vitamin D 1, 25 OH 2D; 2 kadar fosfat serum; 3 PTH serta 4 faktor sistemik yang lain.
Vitamin D merupakan faktor sistemik terpenting terhadap kadar FGF-23 serum. Pemberian vitamin D meningkatkan kadar FGF-23 serum, ganguan dalam
metabolisme vitamin D menurunkan kadar FGF-23 serum Salto dkk., 2005 dan Liu dkk., 2006. Peningkatan kadar Vitamin D menyebabkan peningkatan
absorpsi kalsium dan fosfat pada saluran cerna. Kedua hal ini akan menyebabkan penekanan produksi PTH oleh kelenjar paratiroid, dan kemudian pada ginjal
meningkatkan eksresi kalsium urin untuk mempertahankan kadar kalsium pada kadar normal. Penurunan kadar PTH yang menyebabkan penurunan ekskresi
fosfat, kemungkinan menyebabkan keseimbangan fosfat yang positip, oleh karena efek vitamin D untuk meningkatkan absorbsi fosfat di saluran cerna, tidak mampu
mengatasi peningkatan FGF-23 yang juga menekan sintesis 1,25OH 2D. Siklus hormonal yang klasik ini menjadi: peningkatan 1,25 OH 2D
meningkatkan FGF-23
menurunkan kadar 1,25 OH2 D Martin dkk., 2012. Kerja dari FGF- 23 juga diatur oleh aktivitas reseptor vitamin D VDR baik secara dependent
maupun independent. Stimulasi pada 1,25 OH2 D-VDR akan meningkatkan ekpresi FGF-23 yang dibuktikan dengan meningkatnya kadar FGF-23 setelah
diberikan 1,25 OH 2D. Penelitian pada mencit yang telah dihilangkan aktivitas VDR, ternyata pemberian diet untuk menormalkan kadar kalsium dan fosfat dapat
meningkatkan kadar FGF-23. Hal tersebut menunjukkan bahwa, ekpresi FGF-23 juga dikendalikan oleh vitamin D yang tidak tergantung pada VDR Shimada
dkk., 2004; Marsell dkk., 2008. Efek fosfat terhadap FGF-23 masih belum sepenuhnya diketahui. Pemberian
fosfat pada mencit percobaan, meningkatkan kadar FGF-23. Penelitian pada manusia ternyata memberikan hasil yang tidak konsisten. Efek pemberian diet
dengan fosfat yang tinggi maupun rendah, akan memberikan efek terhadap kadar FGF-23 bila diberikan dalam jangka panjang Larson dkk., 2003; Burnett dkk.,
2006; Parwad dkk., 2005. Pada penderita dengan PGK, terjadi peningkatan kadar FGF-23 yang sebanding dengan peningkatan kadar fosfat serum. Pemberian diet
fosfat bersama dengan fosfat binder dilaporkan cukup untuk menurunkan ekskresi fosfat urin akan tetapi sangat sedikit efeknya dalam menurunkan kadar FGF-23
serum Oliveira dkk., 2010. Faktor sistemik penting yang lain ialah kadar PTH serum. Penelitian secara
invitro menunjukkan PTH secara langsung meningkatkan ekpresi gen FGF-23. Pada penderita dengan hiperparathyroid primer terdapat peningkatan kadar FGF-
23 serum, sedangkan paratiroidektomi akan menurunkan kadar FGF-23 pada penderita PGK Sato dkk., 2004; Kawata dkk., 2007.
Terdapat beberapa faktor sistemik lain yang diduga mempengaruhi kadar FGF-23 serum. Faktor tersebut ialah leptin, terapi dengan glukokortikoid, hormon
estrogen serta inflamasi sistemik Tsuji dkk., 2010; Carrilo-lopez dkk., 2009; Cristov dkk., 2013.
Faktor lokal khususnya pada tulang juga berperan dalam meregulasi kadar FGF-23 serum. Faktor tersebut ialah regulasi oleh phosphate regulating gene with
homologies to endopeptidases on the X chromosome PHEX serta dentin matrix protein 1 DMP1. Bila terjadi mutasi atau inaktivasi dari PHEX, maka akan
meningkatkan ekpresi gen FGF-23 pada sel osteoblas dan osteosit tulang Liu dkk., 2006; Yuan dkk., 2008. Mutasi maupun inaktivasi dari DMP1 juga
menyebabkan peningkatan ekpresi FGF-23 pada osteoblas dan osteosit tulang Feng dkk., 2006; Liu dkk., 2006. Ekpresi FGF-23 pada tulang juga dipengaruhi
oleh reseptor FGF-23 FGFR. Mutasi pada FGFR-1 seperti pada penyakit osteoglophonic dysplasia OGD akan menyebabkan peningkatan kadar FGF-23
serum serta hipofosfatemia White dkk., 2005.
2.6 Fibroblast Growth Factor 23 dan Fosfat pada PGK