Analisis Industri Pendekatan Histogram Pendekatan Grafik Pendekatan Kolmogorv-Smirnov

Penjualan saham secara besaar-besaran akan menjatuhkan harga saham di pasar. Oleh karena itu, kenaikan suku bunga deposito akan mengakibatkan turunnya harga saham. Sebaliknya penurunan tingkat bunga deposito akan menaikkan harga saham di pasar dan laba bersih per saham, sehingga mendorong harga saham meningkat. Penurunan bunga deposito akan medorong investor megalihkan investasinya dari perbankan ke pasar modal. Investor akan memborong saham sehingga harga saham terdorong naik akibat meningkatnya permintaan saham.

d. Nilai Tukar kurs

Kurs valuta asing perbandingan antara harga mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Kurs valuta asing USD yang bergejolak terlalu tinggi sehingga rupiah mengalami depresiasi akan menyebabkan memburuknya sektor perekonomian secara menyeluruh dan perdagangan saham di pasar menjadi lesu.

2. Analisis Industri

Analisis industri diperlukan pengetahuan tentang sektor utama aktivitas ekonomi yang mempunyai jenis industri tertentu. Selain itu, perlu diketahui pula kekuatan dan kelemahan jenis industri tertentu. Hasil analisis ini merupakan salah satu pertimbangan dalam memilih saham yang akan dibeli yaitu saham-saham perusahaan pada sektor yang mempunyai sektor cerah. Universitas Sumatera Utara

3. Analisis Perusahaan

Tahapan analisis perusahaan dalam analisis fundamental bertujuan untuk mengetahui perusahaan yang paling berprospek dan paling menguntungkan. Prospek perusahaan yang paling menguntungkan dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan dalam hal ini bank. Menurut Dendawijaya 2005:114, untuk menganalisis kinerja bank di bagi menjadi tiga bentuk analisis, yaitu:

a. Analisis Rasio Likuiditas

Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain : 1. Cash Ratio CR 2. Reserve Requirement RR 3. Loan to Deposit Ratio LDR 4. Loan to Assets Ratio LAR 5. Rasio kewajiban bersih call money Salah satu pengukuran rasio likuiditas adalah Loan to Deposit Ratio LDR. Loan to Deposit Ratio LDR merupakan rasio perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga DPK yang dapat dihimpun oleh bank. Rasio ini juga bisa dikatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar Universitas Sumatera Utara kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan kepada sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan bank untuk memberikan kredit. Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.6 23DPNP tanggal 31 Mei 2004, rumus untuk menghitung rasio LDR adalah : LDR = x100 a Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada Bank lain. b Dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan, dan deposito tidak termasuk antar Bank. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Dengan meningkatnya jumlah kredit yang diberikan oleh perbankan, maka pendapatan bunga perbankan tersebut akan meningkat. Meningkatnya pendapatan ini akan meningkatkan laba yang diperoleh. Hal ini akan berpengaruh positif terhadap harga saham perbankan tersebut. Universitas Sumatera Utara

b. Analisis Rasio Rentabilitas

Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Beberapa rasio rentabilitas yang digunakan dalam menilai kinerja bank adalah: 1. Return on assets 2. Return on equity 3. Rasio biaya operasional 4. Net profit margin Salah satu pengukuran rasio rentabilitas adalah Return on Assets ROA. Return on Assets ROA merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.6 23DPNP tanggal 31 Mei 2004, rumus untuk menghitung ROA adalah: ROA = x 100 a Laba sebelum pajak disetahunkan. Contoh: Untuk posisi Juni = akumulasi laba per posisi Juni dibagi 6 X 12. b Rata-rata total aset: Contoh: Untuk posisi Juni = penjumlahan total aset posisi Januari sampai dengan Juni dibagi 6. Universitas Sumatera Utara Semakin besar Return on Assets ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Hal ini akan memberikan pengharapan positif bagi para investor saham perbankan untuk mendapatkan tingkat pengembalian return saham yang besar.

c. Analisis Rasio Solvabilitas

Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban- kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Beberapa rasio solvabilitas yang digunakan dalam menilai kinerja bank adalah: 1. Capital Adequacy Ratio CAR 2. Debt to Equity Ratio DER 3. Long Term Debt to Assets Ratio LTDAR Salah satu pengukuran rasio solvabilitas adalah Capital Adequacy Ratio CAR. Rasio ini merupakan rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.6 23DPNP tanggal 31 Mei 2004, rumus untuk menghitung rasio Capital Adequacy Ratio CAR adalah: Universitas Sumatera Utara CAR = x 100 a Modal bank terdiri atas modal inti dan modal pelengkap b ATMR = ATMR Kredit + ATMR Pasar Rasio ini merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian- kerugian bank yang disebabkan oleh aktivanya yang berisiko. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki Capital Adequacy Ratio CAR paling sedikit sebesar 8 . Hal ini didasarkan kepada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS Bank for International Settlements. Hubungan rasio ini sebagai salah satu variabel yang berpengaruh terhadap risiko investasi saham yaitu, jika suatu perusahaan perbankan mempunyai nilai Capital Adequacy Ratio CAR yang cukup tinggi maka bank tersebut mempunyai kecukupan dana modal. Dalam hal ini, secara tidak langsung dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap suatu perbankan dapat dicerminkan melalui kenaikan harga saham perbankan tersebut. Jika harga saham perbankan tersebut mengalami kenaikan maka nilai perusahaan dan tingkat pengembalian return saham akan meningkat. Dengan kata lain terdapat hubungan yang positif antara Capital Adequacy Ratio CAR dengan risiko investasi saham perbankan. Universitas Sumatera Utara

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang investasi saham telah banyak dilakukan diantaranya oleh : 1. Derita 2002 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Risiko Investasi Pada Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini membahas pengaruh faktor-faktor makro pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor mikro CAR Capital Adequacy Ratio, Return on Risk Assets RORA, Net Profit Margin NPM, Return on Assets ROA, Loan to Deposit Ratio LDR terhadap risiko investasi pada saham perbankan di Bursa Efek Jakarta. Dalam hasil penelitiannya dengan menggunakan regresi berganda linier disimpulkan sebagai berikut: a Petumbuhan Ekonomi, CAR, RORA, NPM, ROA dan LDR secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap risiko investasi pada saham perbankan di Bursa Efek Jakarta. b Tingkat Suku Bunga, CAR, RORA, NPM, ROA, dan LDR secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap risiko investasi pada saham perbankan di Bursa Efek Jakarta. c Nilai Tukar, CAR, RORA, NPM, ROA, dan LDR secara bersama- sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap risiko investasi pada saham perbankan di Bursa Efek Jakarta. Universitas Sumatera Utara d Tingkat Inflasi, CAR, RORA, NPM, ROA dan LDR secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap investasi pada saham perbankan di Bursa Efek Jakarta. e Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar USD, Tingkat Inflasi, CAR, RORA, NPM, ROA dan LDR secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap risiko investasi pada saham perbankan di Bursa Efek Jakarta. f Variabel CAR merupakan variabel yang paling dominan diantara variabel makro dan variabel mikro yang digunakan dalam model regresi, hal ini tecermin dari tingkat signifikansi yang cukup tinggi pada setiap model. 2. Simorangkir 2002 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh CAMEL Terhadap Risiko Investasi Pada Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini membahas tentang pengaruh Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity CAMEL dengan variabel Capital Adequacy Ratio CAR, Return on Assets ROA Net Profit Margin NPM, dan Call Money Ratio CMR terhadap risiko investasi yang timbul pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta. Dalam hasil uji-t yang dilakukan bahwa Capital Adequacy Ratio CAR, dan Return on Assets ROA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap risiko investasi pada saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta ternyata terbukti, sedangkan Net Profit Margin NPM, Return on Assets ROA, dan Call Money Ratio CMR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap risiko Universitas Sumatera Utara investasi pada saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta tidak terbukti. Untuk hasil uji F ditemukan bahwa CAMEL secara bersama- sama simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap risiko investasi pada saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta. 3. Yohanes 2008 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisa Pengaruh Variabel-Variabel Makroekonemi dan Mikroekonomi terhadap Risiko Investasi Saham Studi Kasus pada Saha-Saham Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2005”. Penelitian ini membahas tentang pengaruh makroekonomi inflasi, suku bunga BI, dan nilai tukar dan mikroekonomi likuiditas dan laverage terhadap risiko investasi saham. Hasil dari penelitian ini adalah: a Variabel makroekonomi dan mikroekonomi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham. b Variabel makroekonomi suku bunga merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap risiko investasi saham. c Variabel mikroekonomi laverage berpengaruh dominan terhadap risiko investasi saham. 4. Santosa 2008 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Risiko Investasi Saham Pada Sektor Properti di Bursa Efek Jakarta Periode 2003- 2008”. Penelitian ini membahas pengaruh faktor-faktor makro tingkat pertumbuhan, tingkat bunga deposito, nilai tukar rupiah, tingkat inflasi dan faktor-faktor mikro struktur modal, struktur aktiva, rasio likuiditas. Hasil penelitian hipotesis secara serempak uji-F menunjukkan bahwa Universitas Sumatera Utara variabel suku bunga deposito, struktur modal, struktur aktiva, dan rasio likuiditas merupakan variabel yang cocok digunakan sebagai variabel predictor dalam mengestimasi atau memprediksi besar kecilnya tingkat risiko investasi saham sektor properti. Sedangkan pada pengujian secara parsial uji-t ditemukan bahwa struktur aktiva tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat risiko investasi saham sektor properti, hal tersebut diyakini oleh penulis bahwa para investor cenderung lebih terkonsentrasi pada masalah gejolak suku bunga deposito, perubahan struktur modal serta kemampuan perusahaan membayar kewajibannya dalam jangka pendek likuiditas dimana masing-masing indikator tersebut lebih memiliki dampak yang lebih tinggi dibandingkan dengan perubahan pada struktur aktiva selama pada periode tersebut. 5. Ulum 2009 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Likuiditas Perusahaan terhadap Risiko Investasi Saham yang Terdaftar pada Jakarta Islamic Index”. Hasil dari penelitian ini adalah : a Tingkat suku bunga yang ditunjukkan oleh tingkat suku bunga SBI sebagai tingkat kenaikan bunga bebas risiko terbukti berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi. Arah pengaruhnya sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika tingkat suku bunga tinggi, maka akan mengakibatkan harga saham turun. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga rendah, maka akan mengakibatkan harga saham naik dan risiko investasi menjadi meningkat. Universitas Sumatera Utara b Tingkat likuiditas perusahaan yang ditunjukka n oleh rasio lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi. Hal ini berbeda dengan konsep yang menyebutkan bahwa risiko investasi dalam risiko tidak sistematis faktor mikro diukur dengan tingkat likuiditas yaitu rasio lancar.

2.3 Kerangka Konseptual

Risiko merupakan besarnya penyimpangan anatara tingkat pengembalian yang diharapkan expected return dengan tingkat pengembalian aktual actual return. Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya. Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat memengaruhi pasar secara keseluruhan. Faktor-faktor makro tersebut antara lain adalah : pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat bunga dan nilai tukar. Risiko ini bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam bursa saham yang bersangkutan. Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam perusahaan atau industri tertentu. Risiko ini muncul karena faktor-faktor mikro yang dijumpai pada perusahaan atau industri tersebut diantaranya adalah struktur modal dan struktur aktiva. Dalam kaitanya dengan sektor perbankan, faktor-faktor mikro dapat diukur melalui tingkat kinerja suatu bank yaitu melalui tingkat likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual yang menegaskan pengaruh antara risiko sistematis dan risiko tidak sistematis terhadap risiko investasi saham di tunjukkan pada Gambar 2.2. Sumber : Tandelilin 2001, Halim 2005, Derita 2002 diolah penulis Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi Kuncoro, 2009:59. Jadi, hipotesis merupakan suatu rumusan yang menyatakan hubungan tertentu atau antar dua variabel atau lebih. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: “Risiko sistematis inflasi, suku bunga, dan nilai tukar dan risiko tidak sistematis Suku BungaX 2 Return on Assets ROA X 5 Risiko Investasi Saham Y Risiko Sistematis Faktor-Faktor Makro Inflasi X 1 Nilai Tukar X 3 Risiko Tidak Sistematis Faktor-Faktor Mikro Capital Adequacy Ratio CAR X 6 Loan to Deposit Ratio LDR X 4 Universitas Sumatera Utara Loan to Deposit Ratio LDR, Return on Assets ROA, dan Capital Adequacy Ratio CAR mempunyai berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia”. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel atau lebih Sugiyono, 2010:55. Hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh variabel dependen yaitu inflasi, suku bunga, nilai tukar, Loan to Deposit Ratio LDR, Return on Assets ROA, dan Capital Adequacy Ratio CAR terhadap risiko investasi saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

a Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs www.idx.co.id dan Bank Indonesia melalui situs www.bi.go.id. b Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Juni 2012 sampai Juli 2012.

3.3 Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Variabel bebas independent variable, yang terdiri dari inflasi, suku bunga, nilai tukar, Loan to Deposit Ratio LDR, Return on Assets ROA, dan Capital Adequacy Ratio CAR. 2. Variabel terikat dependent variable yaitu risiko investasi saham. b. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari: 1. Data laporan keuangan publikasi triwulanan perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010 2. Data tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar pada tahun 2007-2010 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. 3. Data harga saham perbankan BUMN di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2010.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : a. Variabel Bebas X adalah variabel yang nilainya tidak bergantung pada variabel lain. Adapun yang menjadi variabel bebas atau independent variable dari penelitian ini adalah : 1. Inflasi X 1 Adalah tingkat inflasi yang diukur dengan perkembangan Indeks Harga Konsumen IHK di Indonesia. Skala data variabel ini adalah skala rasio. Rumus perhitungan tingkat inflasi triwulanan sebagai berikut : Tingkat Inflasi Triwulanan = Universitas Sumatera Utara 2. Suku Bunga X 2 Adalah tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu BI rate. Skala data variabel ini adalah skala rasio. Rumus perhitungan suku bunga triwulanan sebagai berikut : Suku Bunga Triwulanan = 3. Nilai Tukar X 3 Adalah nilai tukar USD terhadap Rupiah yang diukur melalui nilai rata-rata tengah antara kurs jual dan kurs beli . Skala data variabel ini adalah skala rasio. Rumus perhitungan nilai tukar triwulanan sebagai berikut : Nilai Tukar Triwulanan = 4. Loan to Deposit Ratio LDR X 4 Merupakan rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank atau juga bisa dikatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan kepada sumber likuiditasnya. Rumus perhitungan LDR sebagai berikut: LDR = x100 5. Return on Assets LDR X 5 Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank memperoleh keuntungan laba secara Universitas Sumatera Utara keseluruhan atau rasio profitabilitas yang menunjukkan kemampuan bank untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rumus Perhitungan ROA sebagai berikut: ROA = x 100 6. Capital Adequacy Ratio CAR X 6 Merupakan rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank atau indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi kemampuan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktivanya yang berisiko. Rumusnya perhitungan CAR sebagai berikut: CAR = x 100 b. Variabel Terikat Y adalah variabel yang dipengaruhi dan nilainya tergantung pada variabel lain. Adapun yang menjadi variabel terikatnya adalah risiko investasi saham yang harus ditanggung oleh investor yang melakukan investasi pada saham perbankan di Bursa Efek Indonesia. Risiko investasi saham dilihat secara total melalui standar deviasi dari pendapatan sa ham. Standar deviasi σ yang mengukur absolute penimpangan nilai-nilai yang sudah terjadi dengan nilai rata-ratanya sebagai nilai yang diharapkan. Adapun perhitungan dari standar deviasi adalah sebagai berikut Fakhruddin dan Hadianto, 2001:27 : Universitas Sumatera Utara Keterangan: = Standar Deviasi Xi = Nilai ke-i = Nilai rata-rata = Jumlah Observasi

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode non probability sampling dengan cara purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan menggunakan karakteristik tertentu Sugiyono, 2006:87. Perusahaan yang menjadi populasi dalam penelitian ini sebanyak 4 perusahaan. Adapun kriteria penarikan sampel dalam penelitian ini adalah: 1. Perusahaan Perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010 2. Perusahaan Perbankan BUMN yang mempublikasikan laporan keuangan triwulan dan dalam satuan rupiah selama periode tahun 2007-2010. 3. Perusahaan Perbankan BUMN yang mempublikasikan harga saham selama periode tahun 2007-2010. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1 Sampel Penelitian No Kode Emiten Nama Perusahaan Terdaftar 1 BBMRI Bank Mandiri Tbk 14 Juli 2003 2 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk 25 November 1996 3 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 10 November 2003 Sumber :www.idx.co.id data diolah 3.6 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif bersumber dari data sekunder. Data sekunder merupakan data yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai data emiten, laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, buku-buku referensi, jurnal-jurnal, majalah, internet dan literatur ilmiah lainnya yang berhubungan dengan topik bahasan penelitian.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung literatur, jurnal, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia.

3.8 Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan metode analisis statistik.

3.8.1 Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara Universitas Sumatera Utara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.

3.8.2 Metode Analisis Statistik

Penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh dari tingkat inflasi, suku bunga, nilai tukar, Loan to Deposit Ratio LDR, Return on Assets ROA, dan Capital Adequacy Ratio CARterhadap risiko investasi saham. Model yang digunakan adalah sebagai berikut : Dimana : Y = Risiko investasi saham a = Konstanta X 1 = Tingkat Inflasi X 2 = Suku bunga X 3 = Nilai Tukar X 4 = LDR X 5 = ROA X 6 = CAR = Koefisien regresi variabel X 1 - X 6 e = Standar error Sebelum melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang efisien dan tidak bisa maka dilakukan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang BLUE Best, Linier, Unbiased, Estimation. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan Universitas Sumatera Utara program Software SPSS Statistic Package for the Social Sciens 17.00 for windo ws. Ada beberapa kriteria persyaratan asumsi klasik yang dipenuhi, yaitu :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng kiri atau menceng kanan. Pengujian normalitas ini dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain:

1. Pendekatan Histogram

Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva normal yaitu kur va yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu diantaranya adalah mean, mode dan median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau “kemencengan kurva” skewness. Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif arah kanan atau bertanda negatif arah kiri.

2. Pendekatan Grafik

PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoritis sumbu x melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel sumbu y . Apabila plot dari keduanya berbentuk linier didekati garis lurus, maka hal ini merupakan indikasi bahwa residual menyebar normal. Universitas Sumatera Utara Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal.

3. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov

Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas adalah: 1 Jika hasil di atas nilai signifikan 0,05 menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2 Jika hasil di bawah nilai signifikan 0,05 tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas Situmorang dan Lufti, 2011:101-106.

b. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan ini seharusnya yang terjadi maka dikatakan homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan heteroskedastisitas. Salah satu uji untuk mengetahui heteroskedastisitas ini adalah metode grafik Scatterplot. Dari grafik Scatterplot yang disajikan, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu Universitas Sumatera Utara yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi keputusan berdasarkan masukan variabel independennya Situmorang dan Lufti, 2011:107. Uji ini juga dapat dilakukan melalui uji Glejser, yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Apabila signifikansi dari taraf nyata 5, maka dianggap tidak terjadi masalah heterokedastisitas, dan begitu sebaliknya.

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefenisiskan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data deret waktu atau ruang seperti dalam data cross-section. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya Situmorang dan Lufti, 2011:120. Dalam penelitian ini digunakan percobaan dari Durbin –Watson DW untuk menguji ada tidaknya problem autokorelasi. Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 3.2 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 d dl Tidak ada autokorelasi positif No decision d ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4- dl d 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4- dl Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Tidak ditolak du d 4 – du Sumber : Situmorang dan Lufti 2011:126 Keterangan: du = batas atas dl = batas bawah

d. Uji multikolinieritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Multikolinearitas sebagai fenomena sampel terutama muncul karena data yang dikumpulkan bukan percobaan, khususnya pada ilmu ekonomi. Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor VIF dengan membandingkan sebagai berikut Situmorang dan Lutfi, 2011:140 : 1. VIF 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas 2. VIF 5 maka tidak terdapat multikolinieritas 3. Tolerance 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas 4. Tolerance 0,1 maka tidak terdapat multikolinieritas.

3.8.3 Pengujian Hipotesis

Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji satatistiknya berada dalam daerah kritis daerah dimana H o ditolak. Universitas Sumatera Utara Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji statistiknya berada dalam daerah dimana H o diterima. Model pengujian yang dilakukan adalah uji-F dan uji-t.

1. Uji-F Uji Sinifikansi Simultan