untuk mendapatkan tingkat pengembalian saham besar dalam artian semakin besar risiko investasi saham yang dihadapi.
6. Deskripsi Capital Adequacy Ratio CAR
Tabel 4.6 Capital Adequacy Ratio CAR Perbankan BUMN Tahun 2007-2010
Emiten Periode
Tahun 2007
2008 2009
2010
BMRI Triwulan 1
26.31 22.14
15.30 15.96
Triwulan 2 24.40
17.58 14.02
14.60 Triwulan 3
22.29 16.98
14.13 13.36
Triwulan 4 20.75
15.66 15.43
13.36
BBNI Triwulan 1
15.34 16.33
15.00 13.09
Triwulan 2 14.27
14.51 14.30
13.32 Triwulan 3
17.61 13.85
14.67 12.02
Triwulan 4 15.74
13.47 13.78
18.63
BBRI Triwulan 1
20.87 16.52
14.91 15.44
Triwulan 2 17.93
13.89 14.60
14.11 Triwulan 3
17.18 13.45
13.50 13.36
Triwulan 4 15.84
13.18 13.20
13.76
Sumber : www.idx.co.id data diolah
Capital Adequacy Ratio CAR merupakan rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa Capital Adequacy Ratio CAR
terendah terjadi pada PT Bank Negara Indonesia Tbk dalam triwulan 3 tahun 2010 sebesar 12,02, sedangkan Capital Adequacy Ratio CAR tertinggi terjadi pada
PT Bank Mandiri Tbk dalam triwulan 1 tahun 2007 sebesar 26,31. Dari Tabel 4.6 juga bisa dilihat bahwa nilai Capital Adequacy Ratio CAR berada di atas
standar yang ditetapkan oleh BIS Bank of International Settlements yaitu minimal 8. Apabila suatu perusahaan perbankan mempunyai nilai Capital
Adequacy Ratio CAR yang cukup rendah maka ada indikasi bank tersebut
Universitas Sumatera Utara
mempunyai masalah kecukupan dana modal. Dalam hal ini, secara tidak langsung dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut.
Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap suatu perbankan dapat
menimbulkan penurunan harga saham perbankan tersebut. Sehingga risiko investasi yang dihadapi investor semakin besar.
7. Deskripsi Risiko Investasi Standar Deviasi Tabel 4.7
Risiko Investasi Standar Deviasi Perbankan BUMN Tahun 2007-2010 Emiten
Periode Tahun
2007 2008
2009 2010
BMRI Triwulan 1
0.02 0.07
0.09 0.09
Triwulan 2 0.11
0.06 0.06
0.04 Triwulan 3
0.11 0.06
0.06 0.05
Triwulan 4 0.11
0.23 0.07
0.06
BBNI Triwulan 1
0.02 0.05
0.18 0.06
Triwulan 2 0.07
0.08 0.21
0.11 Triwulan 3
0.16 0.09
0.03 0.04
Triwulan 4 0.09
0.34 0.02
0.04
BBRI Triwulan 1
0.03 0.06
0.12 0.05
Triwulan 2 0.03
0.11 0.09
0.07 Triwulan 3
0.08 0.07
0.04 0.05
Triwulan 4 0.13
0.28 0.05
0.11
Sumber: Pengolahan data 2012
Risiko investasi merupakan variabel terikat dalam penelitian ini. Risiko investasi diukur dengan menggunakan standar deviasi. Untuk menghitung risiko
investasi terlebih dahulu dilakukan perhitungan tingkat keuntungan return saham dengan bantuan Microsoft office excel seperti yang terlihat pada Lampiran
7, Lampiran 8, dan Lampiran 9. Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi tertinggi pada PT Bank Negara Indonesia Tbk dalam triwulan 4
tahun 2008 sebesar 0.34 sedangkan standar deviasi terendah terjadi pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk dalam triwulan 1 tahun 2007 sebesar 0,02 dan PT Bank
Universitas Sumatera Utara
Negara Indonesia dalam triwulan 1 tahun 2007 serta triwulan 4 tahun 2009 sebesar 0,02 . Nilai standar deviasi yang tinggi menggambarkan semakin tinggi
risiko total yang harus dihadapi oleh investor, sebaliknya semakin rendah nilai standar deviasi dapat diartikan semakin kecil risiko total yang harus dihadapi oleh
seorang investor saham. Standar deviasi juga dapat menggambarkan terjadinya penyimpangan antara expected return investor dengan actual return yang
diperoleh investor, semakin tinggi standar deviasi berarti semakin besar penyimpangan antara expected return dengan actual return yang diperoleh
investor.
4.2.2 Analisis Statistik 4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dimiliki oleh analisis regresi linier berganda.
1. Pengujian Normalitas