Aspek-aspek Psychological well-being Psychological Well-Being

diri manusia yang terdiri dari kemandirian, pertumbuhan pribadi, penerimaan diri, tujuan hidup, penguasaan lingkungan, dan hubungan yang positif. Deskripsi orang yang memiliki psychological well-being yang baik adalah orang yang mampu merealisasikan potensi dirinya secara kontinyu, mampu membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, memiliki kemandirian terhadap tekanan sosial, maupun menerima diri apa adanya, memiliki arti dalam hidup, serta mampu mengontrol lingkungan eksternal Papalia, dkk 2009. Berdasarkan definisi yang sudah dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa psychological well-being adalah sebuah konsep tentang kriteria kesehatan mental untuk menggambarkan seseorang yang mampu berfungsi secara optimal dan positif, yang ditunjukkan melalui evaluasi-evaluasi pengalaman hidup dimana hal tersebut dipengaruhi oleh berfungsinya fungsi psikologis secara positif seperti, penerimaan diri, mampu membuat hubungan yang hangat dengan orang lain, memiliki kemandirian dalam mengatur kehidupan, mampu mengontrol dan menguasai lingkungan eksternal, memiliki tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.

2. Aspek-aspek Psychological well-being

Menurut Ryff 1989 terdapat enam aspek dari psychological well-being, yaitu: a. Self Acceptance penerimaan diri Sebuah ciri khas dari karakteristik kriteria kesehatan secara mental yaitu dimana, seseorang bisa menerima apa yang terjadi pada kehidupannya saat ini maupun kehidupannya di masa lalu. Seseorang yang memiliki skor self acceptance penerimaan diri yang tinggi memiliki sebuah sikap yang positif terhadap dirinya sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek tentang dirinya yang mencakup kualitas hal yang baik dan buruk, merasakan hal yang positif tentang kehidupan di masa lalunya. Sedangkan seseorang yang memiliki skor self acceptance penerimaan diri yang rendah merasa tidak puas terhadap dirinya, merasa kecewa dengan apa yang telah terjadi di kehidupan masa lalu, bermasalah dengan hal-hal yang ada di dalam dirinya, berharap untuk menjadi orang berbeda dari dirinya saat ini Ryff, 1989. b. Positive relations with others hubungan yang positif dengan orang lain Mempunyai perasaan empati, kasih sayang, cinta yang besar, persahabatan yang lebih mendalam, dan lebih bisa menyatukan diri terhadap sesama. Membangun hubungan yang hangat dan positif merupakan salah satu kriteria dari kematangan maturity, dari segi teori perkembangan juga menekankan untuk membangun hubungan yang dekat intimacy sekaligus mampu mengarahkan dan membimbing orang lain generativity. Seseorang yang mempunyai skor tinggi pada dimensi ini menunjukkan mampu membina hubungan yang hangat, kepuasan, percaya terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain, dapat menunjukkan empati, afeksi, dan keintiman, serta memahami prinsip memberi dan menerima dalam hubungan antar sesama manusia. Seseorang yang mempunyai skor yang rendah pada dimensi ini menunjukkan perilaku tertutup terhadap hubungannya dengan orang lain, sulit bersikap hangat kepada orang lain, tertutup, tidak peduli terhadap sesama, terisolasi dan merasa frustrasi dalam hubungan dengan sesama orang lain, tidak ada kemauan untuk berkompromi dalam mempertahakan hubungan dengan orang lain Ryff, 1989. c. Autonomy kemandirian Mampu menentukan nasib sendiri dan bisa mengatur perilaku sesuai dengan kemauan diri sendiri. Orang yang mampu berfungsi secara positif dan optimal, dideskripsikan dengan mampu menunjukkan kemandirian dan resisten terhadap enkulturasi, memiliki evaluasi lokus secara internal yang berarti tidak meniru tindakan orang lain untuk mendapatkan persetujuan tetapi mengevaluasi diri sesuai dengan standar personal yang dimiliki. Seseorang yang memiliki nilai tinggi pada dimensi ini menunjukkan bahwa dapat menentukan tentang sesuatu seorang diri, mampu melawan tekanan sosial untuk berpikir dan bertindak dengan cara-cara tertentu, mengatur perilaku dari dalam, mengevaluasi diri dengan standar pribadi. Sedangkan seseorang yang memiliki nilai rendah pada dimensi ini menunjukkan bahwa orang tersebut terlalu peduli terhadap harapan dan penilaian dari orang lain, berpegang pada penilaian orang lain untuk membuat keputusan penting bagi dirinya, menyesuaikan diri sesuai dengan tekanan sosial untuk berpikir dan bertindak dengan cara tertentu Ryff, 1989. d. Environtmental mastery penguasaan lingkungan Kemampuan seseorang untuk memilih dan membuat lingkungan menjadi cocok dengan kondisi psikologisnya. Perkembangan selama rentang kehidupan juga menggambarkan kemampuan untuk memanipulasi dan mengontrol lingkungan yang kompleks. Teori ini menekankan kemampuan seseorang untuk beradaptasi di lingkungannya dan mengubahnya secara kreatif dengan aktivitas fisik maupun mental, mengambil kesempatan- kesempatan yang ada di dalam lingkungan merupakan hal yang penting dalam psychological well-being seseorang. Seseorang yang memiliki skor yang tinggi pada dimensi ini mempunyai penguasaan dan kemampuan dalam mengatur lingkungan, dapat mengendalikan berbagai aktivitas eksternal yang berada di lingkungannya termasuk mengatur dan mengendalikan situasi kehidupan sehari-hari, memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungannya, mampu memilih atau membuat konteks yang sesuai dengan kebutuhan pribadi dan nilai-nilai. Seseorang yang memiliki skor yang rendah pada dimensi ini mengalami kesulitan dalam mengatur kehidupan sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah dan memperbaiki lingkungan sekitar, serta kurangnya kontrol terhadap dunia luar Ryff, 1989. e. Purpose in life tujuan hidup Keyakinan yang memberikan seseorang perasaan bahwa ada tujuan dan arti dari kehidupan. Definisi dari kematangan juga menekankan sebuah pemahaman yang jernih tentang tujuan dari kehidupan, kemampuan untuk mengarahkan, dan memiliki tujuan. Teori perkembangan rentang kehidupan mengacu pada sebuah variasi dalam perubahan tujuan selama hidup, seperti menjadi produktif dan kreatif, atau mencapai integrasi secara emosional di kemudian hari. Seseorang yang berfungsi dengan positif mempunyai tujuan, mempunyai niatan, dan kemampuan untuk mengarahkan, yang semuanya berkontribusi terhadap perasaan bahwa hidup adalah bermakna. Seseorang yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini mempunyai tujuan-tujuan dalam hidup dan kemampuan untuk mengarahkannya, dapat merasakan keberadaan akan arti hidup saat ini dan masa lalu, berpegang pada keyakinan bahwa memberi tujuan dan target yang ingin dicapai dalam hidup. Seseorang yang memiliki skor rendah pada dimensi ini sedikit memiliki pemaknaan terhadap kehidupan, memiliki sedikit tujuan, memiliki sedikit cita-cita, tidak melihat makna dan tujuan di kehidupan masa lalu, tidak memiliki pandangan atau kepercayaan yang memberi arti pada kehidupan Ryff, 1989. f. Personal growth pertumbuhan pribadi Fungsi psikologis yang positif tidak hanya membutuhkan karakteristik- karakteristik yang telah disebutkan diatas, tapi juga membutuhkan pengembangan potensi dari seseorang, untuk tumbuh, dan mengembangkannya sebagai seorang individu. Kebutuhan untuk aktualisasi diri dan sadar akan potensi yang ada di dalam diri merupakan pandangan yang penting dalam pertumbuhan pribadi. Individu akan terus menghadapi tugas-tugas baru pada periode kehidupan yang berbeda. Pertumbuhan yang berkelanjutan dan realisasi diri merupakan hal yang penting bagi psychological well-being. Seseorang yang mempunyai skor yang tinggi pada dimensi ini mempunyai sebuah perasaan untuk melanjutkan pengembangan, melihat dirinya sebagai individu yang terus tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap berbagai pengalaman baru, mempunyai keinginan untuk merealisasikan potensinya, melihat bahwa diri dan perilakunya terus mengalami peningkatan, berubah secara efektif dan mencerminkan kemampuan tentang diri. Skor yang rendah pada dimensi ini menunjukkan bahwa individu mengalami stagnansi atau tidak adanya kemajuan pada individu, tidak adanya peningkatan dan pengembangan pada individu, merasa bosan dan tidak tertarik dengan kehidupan, merasa tidak mampu untuk mengembangkan sikap dan perilaku baru yang lebih baik Ryff, 1989. Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kriteria orang yang memiliki psychological well-being yang baik setidaknya harus memenuhi enam aspek yang dikemukakan oleh Ryff 1989 yaitu, self acceptance penerimaan diri, positive relations with others hubungan yang positif dengan orang lain, autonomy kemandirian, environtmental mastery penguasaan lingkungan, purpose in life tujuan hidup, dan personal growth pertumbuhan pribadi.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-Being