2. Data Objektif
Data objektif didapatkan dengan mengobservasi respons pasien terhadap nyeri. Menurut Taylor 1997, respons pasien terhadap nyeri berbeda-beda, dapat
dikategorikan sebagai : a.
Respons Perilaku Respons perilaku terhadap nyeri dapat mencakup pernyataan verbal, perilaku
vokal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan orang lain, atau perubahan respons terhadap lingkungan. Respons perilaku ini sering ditemukan
dan kebanyakan diantaranya dapat diobservasi. Klien yang mengalami nyeri akan menangis, merapatkan gigi, mengepalkan tangan, melompat dari satu sisi ke sisi
lain, memegang area nyeri, gerakan terbatas, menyeringai, mengerang, pernyataan verbal dengan kata-kata. Perilaku ini beragam dari waktu ke waktu
Berger, 1992. b.
Respons Fisiologik Respons fisiologik antara lain seperti meningkatnya peranfasan dan denyut nadi,
meningkatnya tekanan darah, meningkatnya ketegangan otot, dilatasi pupil, berkeringat, wajah pucat, mual dan muntah Berger, 1992. Respon fisiologik ini
dapat digunakan sebagai pengganti untuk laporan verbal dari nyeri pada klien tidak sadar Smeltzer Bare, 2001.
c. Respons Afektif
Respons afektif seperti cemas, marah, tidak nafsu makan, kelelahan, tidak punya harapan, dan depresi juga terjadi pada klien yang mengalami nyeri. Cemas sering
diasosiasikan sebagai nyeri akut dan frekuensi dari nyeri tersebut dapat diantisipasi. Sedangkan depresi sering diasosiasikan sebagai nyeri kronis Taylor,
1997.
2.2.2 Penetapan Diagnosa
Diagnosa yang akurat dibuat hanya setelah pengkajian lengkap semua variabel. Dalam contoh diagnosa nyeri, perawat dapat mengkaji perilaku klien yang menarik diri dari
komunikasi, postur tubuh kaku, klien mengeluh, ungkapan verbal ketidaknyamanan klien. Perawat harus dapat menyeleksi pola data untuk mengidentifikasi nyeri sebagai diagnosa
yang tepat. Diagnosa keperawatan harus berfokus pada sifat khusus nyeri untuk membantu
perawat mengidentifikasi jenis intervensi yang paling berguna untuk menghilangkan nyeri
Universitas Sumatera Utara
dan meminimalkan efek intervensi itu pada gaya hidup dan fungsi klien. Nyeri yang berhubungan dengan trauma fisik melawan nyeri yang berhubungan dengan proses
melahirkan membutuhkan intervensi yang sangat berbeda. Identifikasi yang akurat pada faktor terkait memastikan pemilihan terapi keperawatan yang sesuai.
Menurut NANDA 2003, diagnosa keperawatan untuk klien yang mengalami nyeri atau ketidaknyamanan adalah :
1. Nyeri akut
2. Nyeri kronis
Saat menuliskan pernyataan diagnostik, perawat harus menyebutkan lokasinya secara jelas, misalnya: nyeri pada pergelangan kaki kanan. Lebih lanjut, nyeri dapat memengaruhi
banyak aspek pada fungsi individu, sehingga nyeri tidak hanya menjadi masalah tetapi dapat menjadi etiologi untuk diagnosa keperawatan yang lain. Diagnosa keperawatan menurut
NANDA yang dapat terjadi terkait dengan masalah nyeri adalah : 1.
Nyeri yang berhubungan dengan: − Cedera fisik atau trauma
− Penurunan suplai darah ke jaringan − Proses melahirkan normal
2. Nyeri kronik yang berhubungan dengan:
− Jaringan parut − kontrol nyeri yang tidak adekuat
3. Ansietas yang berhubungan dengan :
− Nyeri yang tidak hilang 4.
Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan: − Nyeri maligna kronik
5. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan:
− Nyeri kronik 6.
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan: − Nyeri muskuloskeletal
− Nyeri insisi
2.2.3 Perencanaan
Untuk setiap diagnosa keperawatan yang telah teridentifikasi, perawat mengembangkan rencana keperawatan untuk kebutuhan klien. Hasil akhir yang diharapkan
Universitas Sumatera Utara
dan tujuan perawatan diseleksi berdasarkan pada diagnosa keperawatan dan kondisi klien. Terapi yang tepat dipilih berdasarkan pada diagnosa keperawatan dan kondisi klien. Terapi
yang tepat dipilih berdasarkan pada faktor-faktor terkait yang menyebabkan nyeri atau masalah kesehatan klien. Misalnya, nyeri yang berhubungan dengan nyeri insisi akut
berespons terhadap analgesik, sedangkan nyeri yang berhubungan dengan kontraksi persalinan dini dapat dikurangi dengan latihan relaksasi.
Saat mengembangkan rencana perawatan, perawat menyeleksi prioritas berdasarkan tingkat nyeri klien dari efeknya pada kondisi klien. Untuk nyeri akut dan berat, adalah
penting untuk melakukan upaya untuk menghilangkan nyeri sesegera mungkin. Analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan cepat dan menurunkan kesempatan nyeri mengalami
perburukan. Setelah nyeri yang klien rasakan hilang, perawat merencanakan terapi lain, seperti relaksasi atau aplikasi panas untuk meningkatkan efek analgesik.
Perawat memberi asuhan keperawatan pada klien yang mengalami nyeri, tujuan berorientasi pada klien dapat mencakup hal-hal berikut:
1. Klien menyatakan merasa sehat dan nyaman
2. Klien mempertahankan kemampuan untuk melakukan perawatan diri
3. Klien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki saat ini
4. Klien menjelaskan faktor-faktor penyebab ia merasa nyeri
5. Klien menggunakan terapi yang diberikan di rumah dengan aman.
2.2.4 Implementasi