HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999

tersebut memuat tentang tugas dan kewajiban dari pada direksi sampai dengan karyawan di Perusahaan Daerah Air Minum Titra Bina Rantauprapat.

B. HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999

Dalam memenuhi kebutuhan hidup, terutama yang menyangkut hajat hidup orang banyak, diselengarakan oleh negara. Dasar hukumnya dapat kita lihat dalam Pasal 33 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi: “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”. Hal ini juga diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dalam Pasal 51 mengatakan: “Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak serta cabang-cabang produksi yang penying bagi Negara diatur dengan undang-undang dan diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara dan atau badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh pemerintah”. Tujuan untuk dikuasainya cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak oleh Negara adalah antara lain bertujuan untuk kemakmuran rakyat. Dikhawatirkan apabila tidak dikuasai oleh negara akan terjadi penindasan terhadap masyarakat, terutama masyarakat golongan rendah. Salah satu sector yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak adalah air. Air merupakan sumber kehidupan bagi setiap makhluk hidup, tanpa air orang tidak Universitas Sumatera Utara dapat hidup. Karena sifatnya yang penting dan merupakan kebutuhan hajat hidup orang banyak, maka negaralah yang menguasainya. Sebelum penulis membahas tentang hak dan kewajiban para pihak dan perjanjian berlangganan air bersih, maka terlebih dahulu dikemukakan tentang pelanggan atau konsumen. Konsumen menurut Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 adalah “Setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”. Pernyataan untuk tidak diperdagangkan yang dinyatakan dalam definisi Konsumen ini ternyata memang dibuat sejalan dengan pengertian Pelaku usaha yang diberikan oleh Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Pasal 1 ayat 3 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Pelaku Usahaadalah setiap perorangan atau badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah negara hukum Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama- sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Adapun syarat-syarat konsumen menurut Undang-Undang Produsen Konsumen adalah: a. Pemakai barang danatau jasa, baik memperolehnya melalui pembelian maupun secara cuma-cuma. b. Pemakaian barang danjasa untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain dan makhul hidup lain. Universitas Sumatera Utara c. Tidak untuk diperdagangkan. Lain halnya yang dimaksud dengan Pelaku Usaha. Menurut pengertian Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Produsen Konsumen, “Pelaku Usaha Adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedududkan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”. Ketentuan di atas dapat kita jabarkan ke dalam beberapa syarat, yakni: bentuk atau wujud dari pelaku usaha: a. Orang perorangan, yakni setiap individu yang melkukan kegiatan usahanya secara seorang diri b. Badan Usaha, yakni kumpulan individu secara bersama-sama melakukan kegiatan usaha. Badan Usaha selanjutnya dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni: 1. Badan hukum. Menurut hukum, badan usaha yang dapat dikelmpokkan ke dalam kategori badan hukum adalah yayasan, perseroan terbatas dan koperasi. 2. Bukan Badan hukum. Jenis badan usaha selain ketiga bentuk badan usaha di atas dapat dikategorikan sebagai badan usaha bukan badan hukum, seperti firma, atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha secara insidentil. Misalnya, pada saat mobil Anda mogok karena terjebak banjir, Universitas Sumatera Utara ada tiga orang pemuda yang menawarkan untuk mendorong mobil Anda dengan syarat mereka diberi imbalan Rp. 50.000,-. Tiga orang ini dapat dikategorikan sebagai badan usaha bukan badan hukum. 3. Badan usaha tersubut harus memenuhi salah satu criteria ini: a. Didirikan dan berkedudukan di wilayah hukum Negara Republik Indonesia b. Melakukan kegiatan usaha tersebut harus didasrkan pada perjanjian. 4. Di dalam berbagai bidang ekonomi. Pengertian ini sangat luas, bukan hanya pada bidang produksi. Dengan demikian jelaslah bahwa pengertian pelaku usaha menurut Undang-Undang Produsen Konsumen sangat luas. Yang dimaksud dengan Pelaku Usaha bukan hanya Produsen, melainkan hingga Pihak terakhir yang menjadi perantara antara Produsen dan Konsumen, seperti Agen, Distributor dan Pengecer Konsumen Perantara. Ini berarti tidak hanya produsen pabrikan yang menghasilkan barang atau jasa yang tunduk pada Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999 melainkan juga para rekanan, termasuk para agen, distributor, serta jaringan-jaringan yang melakukan fungsi pendistribusian dan pemasaran barang an atau jasa kepada masyarakat luas selaku pemakai dan pengguna barang atau jasa. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tidak memberikan perlakuan yang berbeda kepada masing-masing pelaku usaha yang menyelenggarakan kegiatan usaha sepanjang para pelaku usaha yang menyelenggarakan kegiatan usaha Universitas Sumatera Utara sepanjang para pelaku usaha tersebut menjalankannya secara benar dan memberikan informasi yang cukup, relevan dan dapat dipertanggungjawabkan serta tidak menyesatkan konsumen yang akan mempergunakan atau memakai atau memanfaatkan barang atau jasa yang diberikan tersebut. Dalam rangka melindungi kepentingan konsumen, Pasal 8 Undang- Undang no. 8 Tahun 1999 memberikan larangan kepada pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan produsi dan perdagangan barang atau jasa, yaitu: 1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Tidak sesuai dengan berat bersih , isi atau netto dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut. 3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya. 4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang atau jasa tersebut. 5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, model atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang atau jasa tersebut. 6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalm label, etika, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang atau jasa tersebut Universitas Sumatera Utara 7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu pengguanaan atau pemanfaatan yang paling baik atas barang tersebut. 8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan dalam label. 9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, beratisi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tamnggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha, serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang. 10. Tidak mencantumkan informasi atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Secara garis besar larangan yang dikenakan dalam Pasal 8 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 dapat dibagi ke dalam dua larangan, yaitu: a. Larangan mengenai produk itu sendiri yang tidak memenuhi syarat dan standar yang layak untuk dipergunakan atau dipake atau dimanfaatkan oleh konsumen. b. Larangan mengenai ketersediaan informasi yang tidak benar dan akurat yang menyesatkan konsumen. Undang-Undang tentang perlindungan konsumen tidak hanya mencantumkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari pelaku usaha. Menurut ketentuan Pasal 5 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, bahwa konsumen memiliki hak: Universitas Sumatera Utara 1. Hak atas kenyamanan, kemanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang tau jasa 2. Hak untuk memilih barang atau jasa serta mendapatkan barang atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. 3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa. 4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan jasa yang dipergunakannya. 5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesainan sengketa perlindungan konsumen secara patut. 6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen. 7. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau penggantian apabila barang atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Berdasarkan hal yang disebutkan di atas, maka terlihat bahwa masalah kenyamanan, keamanan dan keselamatan merupakan hal yang paling pokok dan utama dalam perlindungan konsumen. Sedangkan yang menjadi kewajiban dari konsumen adalah: 1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang atau jasa demi keamanan dan keselamatan. 2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang atau jasa. 3. Membayar sesuai dengan nilai yang disepakati. Universitas Sumatera Utara 4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. Untuk menciptakan kenyamanan berusaha bagi para pelaku usaha dan sebagai keseimbangan atas hak-hak yang diberikan kepada konsumen, maka pelaku usaha memiliki hak: 1. Menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang atau jasa yang dipergunakan. 2. Mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik 3. Melakikan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen. 4. Rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang atau jasa yang diperdagangkan. Sebagaimana konsekuensi dari hak konsumen yang telah disebutkan di atas, maka peleaku usaha dibebankan kewajiban: a. Beritikad baik dalam melakukan usahanya. b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar, jujur serta tidak diskriminatif. d. Menjamin mutu barang atau jasa yang diproduksi atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan jasa yang berlaku. Universitas Sumatera Utara e. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji atau mencoba barang dan jasa serta memberi jaminan atas barang yang dibuat atau diperdagangkan. f. Memberi kompensasi, ganti rugi atau penggantian kerugian akibat pengguna, pemakai dan pemanfaatan barabg dan jasa yang diperdagangkan. Dengan demikian jelaslah bahwa baik konsumen maupun pelaku usaha wajib untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh Undang- Undang, sehingga baik konsumen maupun pelaku usaha mendapatkan jaminan dan perlindungan hukum. Dalam perjanjian antara pelanggan dengan PDAM Tirta Bina Labuhanbatu, yang menjadi kewajiban dari pelanggan adalah: 1. Membayar biaya pemasangan sambungan instalasi air biaya pasang, biaya mutasi, biaya aktivasi fasilitasfitur dan biaya lainnya, sesuai dengan permintaan pelanggan. 2. Membayar rekening air minum setiap bulan tepat pada waktunya, jika terlambat melakukan pembayaran bersedia dikenakan sanksi atau denda sesuai dengan ketentuan dan peraturan PDAM Tirta Bian LAbuhanbatu. 3. Bertanggung jawab atas kehilangankerusakan meteran air. 4. Tidak akan mengambil air secara illegal dengan dalih apapun juga. 5. Tidak akan merubah posisi meterjaringan pipa air minum milik PDAM Tirta Bina Labuhanbatu yang berada di luar maupun di dalam pekarangan rumah atau pihak kedua tanpa izin tertulis dari pihak PDAM Tirta Bina Labuhanbatu. Universitas Sumatera Utara 6. Tidak akan melakukan pengrusakan segel meter atau segel kopling ataupun meter air dengan dalih untuk menyetel agar meter berjalan lambat guna keuntungan pihak pelanggan. 7. Tidak akan menggunakan pompa hisap dan sejenisnya secara langsung ke jaringan pipa PDAM Tirta Bina Labuhanbatu yang berada di luar maupun di dalam rumah pihak pelanggan. 8. Tidak akan melakukan penyambungan jaringan pipa sebelum meter atau penggabungan jaringan pipa dengan pipa sumber bor. 9. Tidak akan melayani orang lain yang mengaku-ngaku petugas PDAM Tira Bina LAbuhan batu untuk menawarkan jasa memperbaiki atau menyetel agar meter berjalan lambat guna keuntungan pihak konsumen atau pelanggan. 10. Bersedia sewaktu-waktu menerima petugas untuk melakukan pemeriksaan instalasi pipa air minum, meter di luar maupun di dalam rumah pihak pelanggan atau konsumen. Kewajiban yang diuraikan di atas harus dilaksanakan oleh pelanggan pengguna jasa instalasi air kepada PDAM Tirta Bina Labuhanbatu sudah dirugikan. Sedangkan yang menjadi hak dari pelanggan selaku pengguna jasa instalasi air PDAM Tirta Bina Labuhanbatu adalah: 1. Mendapatkan pelayanan yang baik dan transparan dari PDAM Tirta Bina Labuhanbatu. 2. Mendapatkan informasi mengenai tarif pengguna jasa penyaluran air secara transparan dari PDAM Tirta Bina Labuhanbatu, sekurang-kurangnya melalui brosu, leaflet, papan pengumuman, surat kabar, atau media massa lainnya. Universitas Sumatera Utara 3. Mendapatkan informasi mengenai spesifikasi teknis, sifat-sifat dan karakteristik umum layanan penyaluran air yang disediakan PDAM Tirta Bina Labuhanbatu. 4. Mendapatkan jaminan tingkat layanan sesuai dengan brosur, leaflet, catalog produk atau informasi yang disediakan PDAM Tirta Bina Labuhanbatu. 5. Mendapat informasi tentang besarnya tagihan jasa pemakaian air dari PDAM Tirta Bina Labuhanbatu. 6. Mengajukan klaim tagihan apabila diyakini bahwa tagihan tidak sesuai atau melampaui penggunaan. 7. Menerima restribusi pembayaran tagihan, apabila terbukti ada kesalahan tagihan. Selanjutnya yang menjadi kewajiban dari pihak PDAM Tirta Bina Labuhanbatu adalah: 1. Memberikan pelayanan yang baik dan transparan kepada pelanggan. 2. Memberikan retribusi pembayaran tagihan apabila terbukti ada kesalahan tagihan. 3. Memberikan retribusi tagihan, apabila proses penyelesaian klaim tagihan melampaui 14 hari kalender sejak diajukan klaim oleh pelanggan. 4. Memelihara jaringan instalasi agar tetap dapa berfungsi dengan baik. Menurut hasil wawancara penulis dengan Zulkarnain Siregar Kabag. Hubungan Langganan, mengemukakan bahwa pihak PDAM Tirta Bina Labuhanbatu akan memberikan informasi mengenai tarif dan perubahannya, sekurang-kurangnya mengumumkan melalui media sebelum tanggal Universitas Sumatera Utara berlakunya tarif dimaksud atau sebelum berlakunya tanggal perubahan atau menyediakan informasi secara rutin dalam bentuk brosur, buku tarif. 5. Menyediakan brosur, leaflet, catalog produk atau informasi mengenai jaminan tingkat layanan dan spesifikasi teknis serta sifat-sifat atau karakteristik umum dari layanan yang disediakan. 6. Menyediakan informasi tagihan jasa penggunaan air yang sewaktu-waktu dapat diakses oleh pelanggan. Sedangkan yang menjadi hak dari PDAM Tirta Bina Labuhanbatu sebagai penyelenggara yang memasang instalasi air adalah: 1. Mengadakan perubahan jaringan instalasi dan atau perubahan sambungan instalasi apabila secara teknis mengharuskan dilakukan perubahan tersebut 2. Menerima pembayaran secara tepat waktu dari pelanggan sesuai dengan tagihan. 3. Menolak permintaan perubahan jalur instalasi yang diajukan pelanggan, jika secara teknis dan administrasi tidak memungkinkan. 4. Memeriksa instalasi pelanggan untuk memastikan agar sambungan instalasi air dapat berfungsi dengan baik. 5. Menjatuhkan sanksi kepada pelanggan jika melanggar ketentuan yang telah ditetapkan. PDAM Tirta Bina Labuhanbatu sebagai Badan Usaha Milik Daerah yang bergerak di bidang pendistribusian air bersih kepada masyarakat atau konsumen, maka sebagai pelaku usaha harus melaksanakan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan standar yang ditetapkan. Jika PDAM Tirta Bina Labuhanbatu tidak Universitas Sumatera Utara melaksanakan sebagaimana ditentukan oleh Undang-Undang, maka pelaku telah melakukan suatu pelanggaran. Menurut Pasal 19 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 mengatur tentang pertanggungjawaban menuntut Pelaku Usaha pabrikan atau distributor untuk memberikan ganti rugi atas kerugian Konsumen akibat barang atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan dengan ketentuan bawha ganti rugi tersebut dapat dilakukan dalam bentuk pengembalian uang atau penggantian barang atau jasa sejenis atau serta nilainya atau perawatan kesehatan atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Wawancara Dengan Bapak Mukhlis Sirait Direktur Utama PDAM Tirta Bina Rantauprapat tanggal 11 Februari 2013 mengatakan bahwa: PDAM Tirta Bina Labuhanbatu sebagai Badan Usaha Milik Daerah yang mendistribusikan air bersih kepada Pelanggan, maka jika dalam memproduksi dan mendistribusikan kepada konsumen tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan atau dengan perkataan lain konsumen mengalami kerugian, maka pihak PDAM Tirta Bina Labuhanbatu akan memperbaiki mutu dan standar air yang didistribusikan kepada Konsumen, seperti peningkatan mutu dan kualitas air yang didistribusikan kepada konsumen. Sebagai konsekuensi dari pelanggan yang diberikan oleh Undang- Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka setiap pelanggaran yang diajukan oleh pelaku usaha yang merugikan konsumen memberikan hak kepada konsumen yang dirugikan tersebut untuk meminta Universitas Sumatera Utara pertanggungjawaban dari pelaku usaha yang merugikannya, serta menuntut ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh konsumen. Dalam menyalurkan dan memproduksi air bersih kepada masyarakat atau pelanggan PDAM Tirta Bina Labuhanbatu, maka air tersebut terus memenuhi syarat-syarat fisika, kimia, radio aktif dan mikrobilogik. Dalam pendistribusian air maka PDAM Tirta Bina Labuhanbatu melakukan pengawasan kualitas air minum dengan melakukan pemeriksaaan laboratorium terhadap contoh-contoh air secara berkala. Wawancara Dengan Bapak Khoilani Direktur Tehnik PDAM Tirta Bina Labuhanbatu tanggal 12 Februari 2013 mengatakan bahwa: Dalam melakukan pendistribusian air kepada konsumen, PDAM Tirta Bina Labuhanbatu melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Sarana penyedia air harus bebas dari biaya bahaya pencemaran dan pengerusakan. b. Penyediaan air bersih harus diselenggarakan secara teratur dan terus menerus. c. PDAM Tirta Bina Rantauprapat menyelenggarakan pengawaan kualitas air dengan melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap contoh-contoh air secara berkala. d. Untuk pemeriksaan laboratorium secara mikrobiologik, jumlah contoh air yang diambil dan waktu antara pengambilan harus disesuaikan dengan jumlah konsumen yang dilayani. Universitas Sumatera Utara e. Pengambilan contoh air diambil tersebar merata dan dilakukan oleh tenaga terlatih dan berpengalaman secara bertanggungjawab. Bagi kepentingan konsumen, maka PDAM Tirta Bina Labuhanbatu dalam memberikan pelayanan kepada konsumen melakukan dua hal yang penting, yaitu: 1. Masalah air yang dihasilkan tersebut sudah memenuhi syarat kualitas standar sebagai air minum. Dalam hal ini konsumen harus tahu bahwa air minum tersebut telah lolos: a. Uji kimia yaitu untuk mengetahui kandungan kimia dalam air seperti PH, air raksa, aluminium, besi klorida. b. Uji fisika, yaitu untuk mengetahui bau, jumlah padat pada berlarut, kekeruhan rasa, suhu dan warna. c. Uji mikrobiologi, yaitu untuk mengetahui bakteri E.coli atau dengan kata lain memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. 2. Alat yang dipakai untuk proses produksi. Mengingat alat produksi mempunyai masa keausan maka perlu dilakukan registrasi dan sertifikasi alat dimasuksudkan secara kontiniu atau berkala. Faktor kualitas air layak konsumsi ditentukan oleh sertifikasi lolos SNI sedangkan alat produksi debentuk sertifikasi uji laboratorium alat produksi. Dalam melakukan produksi dan pendistribusian air kepada masyarakat, maka konsentrasi kadar yang diperoleh bagi unsur flour dalam air minum dalam kemasan adalah seperti table berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Konsentrasi Kadar Bagi Unsur Flour Dalam Air Minum Pada Temperatur Udara Rata-Rata Pertahunnya Celcius Konsentrasi yang Diperbolehkan Dalam Air Minum Dalam Kemasan mgrI Rendah Optimum Tinggi 10.0-11,9 0,9 1,2 1,7 12,0-15,5 0,8 1,1 1,5 14,6-17,5 0,8 1,0 1,3 17,6-22,0 0,7 0,9 1,2 22,1-26,2 0,7 0,8 1,0 26,3-32,5 0,6 0,7 0,8 Sumber: PDAM Tirta Bina Labuhanbatu Tahun 2009

C. AKIBAT HUKUM JIKA TERJADI WANPRESTASI 1. Menurut Hukum Perdata