PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN SYARAT SAHNYA DALAM PERJANJIAN

Undang-Undang ini bahkan mereka boleh mengadakan persetujuan bahwa penjual tidak wajib menanggung sesuatu apa pun.

B. PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN

Sebelum membahas mengenai hak dan kewajiban, ada baiknya kita memahami dulu apa pengertian hak itu. Dalam pengertian hukum, hak adalah kepentingan hukum yang dilindumgi oleh hukum. Kepentingan sendiri berarti tuntutan yang diharapkan untuk dipenuhi. Sehingga dapat dikatakan bahwa hak adalah suatu tuntutan yang pemenuhannya dilindungi oleh hukum. Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung kepada kita sendiri. Sebagai warga negara yang baik kita wajib membina dan melaksanakan hak dan kewajiban kita dengan tertib. Dalam penelitian ini hak dan kewajiban ditujukan kepada konsumen dan pelaku usaha sebagai pihak dalam perjanjian berlangganan air bersih. Janus Sidabalok 2006 dalam bukunya Hukum perlindungan Konsumen di Indonesia menyebutkan bahwa ada tiga macam hak berdasarkan sumber pemenuhannya 14 1. Hak manusia karena kodratnya, yakni hak yang kita peroleh begitu kita lahir, seperti hak untuk hidup dan hak untuk bernapas. , yakni : 14 Janus, Sidabalok. 2006. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung : PT Citra Aditya Bakti. Universitas Sumatera Utara 2. Hak yang lahir dari hukum, yaitu hak yang diberikan oleh negara kepada warga negaranya. hak ini juga disebut sebagai hak hukum. Contohnya hak untuk memberi suara dalam Pemilu. 3. Hak yang lahir dari hubungan kontraktual, yaitu hak ini didasarkan pada perjanjiankontrak antara orang yang satu dengan orang yang lain. Contohnya pada peristiwa jual beli, Hak pembeli adalah menerima barang sedangkan hak penjual adalah menerima uang.

C. ASAS UMUM DALAM PERJANJIAN 1. Asas-asas umum perikatan

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa perikatan dapat timbul dari dua hal yaitu karena perjanjian dan atau karena undang-undang. Perikatan yang lahir dari perjanjian adalah perikatan yang timbul aras dasar sepakat berdasarkan asas kebebasan berkontrak antara para pihak. Kesepakatan tersebut berlaku dan mengikat sebagai undang-undang bagi para pihak yang terikat dengan kesepakatan tersebut pasal 1338 KUH Perdata. Terlepas dari sumber timbulnya perikatan, setiap perikatan harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut 15 15 R. Subekti. 1992. Aneka Perjanjian. Jakarta : PT. Intermasa. R. Subekti. 1992 : Universitas Sumatera Utara a. Hubungan hukum. hubungan hukum tersebut melekatkan hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lainnya. Pelanggaran oleh satu pihak atas hubungan tersebut, menempatkan hukum untuk berperan dalam pemenuhan atau pemulihannya. b. Kekayaan dan immaterialitas. Hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang merupakan suatu perikatan. Namun, sekalipun hubungan hukum tidak dapat dinilai dengan uang, apabila rasa keadilan masyarakat menghendaki agar suatu hubungan diberi akibat hukum, maka hukumpun akan melekatkan akibat hukum pada hubungan tadi sebagai suatu perikatan. c. Pihak-pihak pada setiap perikatan setidak-tidaknya harus ada satu pihak yang bertindak sebagai kreditur dan satu pihak sebagai debitur. Kreditur dan debitur dalam hal ini adalah pengertian yang luas menyangkut kepada prestasi yang dituntut dan kontraprestasi yang diharapkan. Satu kreditur dapat menjadi debitur pada saat yang sama, namun dengan prestasi dan kontraprestasi yang resiprokal. Misalnya seorang penjual adalah kreditur terhadap harga penjualannya namun adalah merupakan debitur yang mempunyai kewajiban untuk menyerahkan barang dan jasa yang diperjanjikan. Hal yang sebaliknya berlaku bagi pembeli. d. Prsetasi objek hukum Pasal 1234 KUHPerdata membedakan prestasi dalam bentuk : 1. Memberikan sesuatu 2. Berbuat sesuatu Universitas Sumatera Utara 3. Tidak berbuat sesuatu 16 R. Subekti. 1992

2. Asas-asas umum perjanjian

Asas-asas umum perjanjian ini pada umumnya berlaku secara universal baik dalam sistem hukum anglo saxon. Asas-asas tersebut terdapat baik secara eksplisist maupun dalam sifatnya yang implisit dalam buku III KUHPerrdata tentang perikatan asas-asas hukum perjanjian adalah : a. Asas kebebasan mengadakan perjanjian partij otonomi para pihak bebas menentukan isi serta persyaratan perjanjian sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang bersifat memaksa, baik ketentuan umum maupun perudang-undangan. b. Asas konsensualisme persesuaian kehendak timbulnya berdasarkan perjumpaan atau persesuaian kehendak, tanpa terikat dengan bentuk formalitas tertentu. c. Asas kepercayaan. d. Asas kekuatan mengikat, mengikat bagi para pihak, tidak saja untuk hal-hal yang secara tegas dinyatakan tetapi juga untuk yang menurut sifat persetujuan daharuskan oleh suatu kepatutan, kebiasaan, atau undang- undang. e. Asas persamaan hukum. 16 R. Subekti. 1992. Aneka Perjanjian. Jakarta : PT. Intermasa. Universitas Sumatera Utara f. Asas keseimbangan, adalah asas yang menghendaki kedi\ua belah pihak memenuhi dan melakasanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pemenuhan prestasi melalui kekayaan debitur. Debitur memikul pula kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. g. Asas kepastian hukum. h. Asas morali. i. Asas kepatutan. j. Asas kebiasaan. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dinyatakan bahwa klausula Baku adalah setiap aturan atua ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Mengingat kedudukan para pihak dalam penentuan terms and conditions perjanjian baku tidak seimbang, dimana satu pihak dalam hal ini konsumen berada pada posisi take it or leave it, maka perjanjian baku diharapkan tetap memenuhi asas-asas lain dalam perjanjian seperti asas keseimbangan, asas kepatutan, asas itikad baik dan tidak ada cacat tersembunyi serta memanuhi rasa keadilan hukum bagi konsumen 17 Ketentuan yang mengatur hak-ha dan kewajiaban antara konsumen dalam hal ini dapat dipersamakan dengan debitur yang menyediakan jasa pelayanan ait minum, R.Subekti. 1992. 17 R. Subekti. 1992. Aneka Perjanjian. Jakarta : PT. Intermasa. Universitas Sumatera Utara merupakan perjanjian baku, yaitu perjanjian yang telah diberlakukan sepihak dan dianggap diterima oleh pihak lain seketika pihak lain tersebut menerima penawaran jasa dimaksud. Prosedur baku dalam pelayanan PDAM adalah PDAM dengan konsumen pelanggan ini tergolong perjanjian baku standard contract. Kalusula perjanjian dituangkan dalan bentuk formulir, yang berlaku secara masal untuk semua orang yang mengikatkan diri. Mengingat kedudukan para pihak dalam penentuan terms and conditions perjanjian baku tidak seimbang, dimana satu pihak dalam hal ini konsumen berada pada posisi take it or leavi it, maka perjanjian baku diharapkan tetap memenuhi asas-asas lain dalam perjanjian seperti asas keseimbangan, asas kepatutan, asas itikad baik dan tidak ada cacat.

D. SYARAT SAHNYA DALAM PERJANJIAN

KUHPerdata menentukan empat syarat yang harus ada pada setiap perjanjian sebab dengan dipenuhinya syarat-syarat inilah suatu perjanjian itu berlaku sah. Adapun empat syarat sebagaimana ditentukan dalam pasal 1320 KUHPerdata tersebut adalah : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian. 3. Suatu hal tertentu. 4. Suatu sebab yang halal. ad. 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya Universitas Sumatera Utara Dengan kata sepakat dimaksudkan bahwa kedua subjek yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, para pihak setuju atau setia sekata mereka mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang lain. Mereka menghendaki sesuatu hal yang sama secara timbal balik, misalnya seorang penjual suatu benda untuk mendapatkan uang sedang si pembeli menginginkan benda itu dari yang menjualnya. Dalam hal ini kedua belah pihak dalam suatu perjanjian harus mempunyai kemauan yang bebas untuk mengikatkan diri dan kemauan itu harus dinyatakan. ad. 2. Kecakapan untuk membuat perjanjian Kecakapan disini orang yang cakap yang dimaksud adalah mereka yang telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun tetapi telah pernah kawin. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 7 pria sudah mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 tahun. Tidak termasuk orang-orang sakit ingatan atau bersifat pemboros yang karena itu oleh Pengadilan diputuskan berada di bawah pengampuan dan seorang perempuan yang masih bersuami. Mengenai seorang perempuan yang masih bersuami setelah dikeluarkan surat edaran Mahkamah Agung Nomor. 3 Tahun 1963, maka sejak saat itu seorang perempuan yang masih mempunyai suami telah dapat bertindak bebas dalam melakukan perbuatan hukum serta sudah diperbolehkan menghadap dimuka pengadilan tanpa seizin suami. Universitas Sumatera Utara ad. 3. Suatu hal tertentu Suatu hal tertentu maksudnya adalah sekurang-kurangnya macam atau jenis benda dalam perjanjian itu sedah ditentukan, misalnya jual beli beras sebanyak 100 kg adalah dimungkinkan asal disebutkan macam atau jenis dan rupanya, sedangkan jual beli beras 100 kg tanpa disebutkan macam atau jenis, warna dan rupanya dapat dibatalkan. ad. 4. Suatu sebab yang halal Dengan syarat ini dimaksudkan adalah tujuan dari perjanjian itu sendiri. Sebab yang tdak halal adalah berlawanan dengan Undang-Undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Dari syarat-syarat sahnya perjanjian tersebut di atas, kedua syarat pertama yaitu sepakat mereka yang mengikatkan diri dan kecakapan untuk membuat perjanjian dinamakan syarat subjektif karena kedua syarat tersebut mengenai subjek perjanjian. “Syarat subjektif adalah suatu syarat yang menyangkut pada subjek-subjek perjanjian itu atau dengan perkataan lain, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh mereka yang membuat perjanjian, hal ini meliputi kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya dan kecakapan pihak yang membuat perjanjian”. Apabila syarat subjektif tidak dipenuhi, maka perjanjiannya bukan batal demi hukum tetapi salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Syarat ketiga dan syarat keempat yaitu suatu hal tertentu dan suatu sebab yang yang halal jika dipenuhi, maka perjanjian tersebut batal demi hukum. Universitas Sumatera Utara Akibat perjanjian yang telah memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian disebutkan dalam pasal 1338 KUHPerdata yang menyebutkan : 1. Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. 2. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang- undang dinyatakan cukup untuk itu. 3. Persetujuan-persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya. Dengan demikian, perjanjian yang dibuat secara sah yaitu memenuhi syarat- syarat pasal 1320 KUHPerdata berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuat perjanjian. Artinya pihak-pihak harus menaati isi perjanjian itu seperti mereka menaati undang-undang sehingga melanggar perjanjian yang mereka buat dianggap sama dengan melanggar undang-undang. Perjanjian yang dibuat secara sah mengikat pihak-pihak dan perjanjian tersebut tidak boleh ditarik kembali atau membatalkan harus memperoleh persetujuan pihak lainnya 18 Menurut pendapat M.Yahya Harahap 1992 dalam bukunya Segi-Segi Hukum Perjanjian, yang dimaksud dengan wanprsetasi adalah : Pelaksanaan kewajiaban yang R. Subekti. 1992.

E. WANPRESTASI