BERAKHIRNYA PERJANJIAN GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN MENURUT KITAB

dianggap lalai dengan lewatnya waktu yan ditentukan”, sehingga hakim tidak akan menganggap sah suatu peringatan lisan. Peringatan tidak perlu, jika si berutang pada suatu ketika sudah dengan sendirinya dapat dianggap lalai. Misalnya dalam hal perjanjian untuk membuat pakaian mempelai, tetapi pada hari perkawinan pakaian itu ternyata belum selesai. Dalam hal ini meskipun prestasi itu dilakukan oleh si berhutang, tetapi karena tidak menurut perjanjian, maka prestasi yang dilakukan itu dengan sendirinya dapat dianggap suatu kelalaian. Ada kalanya, dalam kontrak itu sendiri sudah ditetapkan, kapan atau dalam hal-hal mana si berhutang dapat dianggap lalai. Disini tidak diperlukan suatu sommatie atau peringatan.

F. BERAKHIRNYA PERJANJIAN

Undang-undang menyebutkan sepuluh macam cara hapusnya perikatanperjanjian. Mengenai peraturan tentang berakhirnya perjanjian diatur di dalam Bab XII Buku III KUHPerdata. Peraturan untuk itu adalah perlu bagi kedua belah pihak, baik untuk menentukan sikap selanjutnya maupun untuk memperjelas sampai dimana batas perjanjian tersebut. Di dalam pasal 1381 KUHPerdata disebutkan sebagai berikut : 1. Karena pembayaran, 2. Karena penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan penitipan, 3. Karena pembaharuan utang, Universitas Sumatera Utara 4. Karena perjumpaan utang atau kompensasi, 5. Karena percampuran utang, 6. Karena pembebasan utangnya, 7. Karena musnahnya benda yang terutang, 8. Karena kebatalanpembatalan, 9. Karena berlakunya syarat batal, 10. Karena kedaluarsa atau lewat waktu. Yang dimaksud oleh Undang-undang dengan perkataan pembayaran ialah pelaksanaan atau pemenuhan tiap perjanjian secara sukarela, artinya tidak dengan paksaan atau eksekusi. Jadi perkataan pembayaran itu oleh undang-undang tidak melulu ditujukan pada penyerahan uang saja, tetapi penyerahan tiap barang menurut perjanjian, dinamakan pembayaran. Bahkan si pekerja yang melakukan pekerjaannya untuk majikannya dikatakan membayar. Pada dasarnya pembayaran hanya dapat dilaksanakan oleh yang bersangkutan saja. Namun pasal 1382 KUH Perdata menyebutkan bahwa pembayaran dapat dilakukan oleh orang lain. Dengan demikian undang-undang tidak mempersoalkan siapa yang harus membayar, tetapi yang penting adalah hutang itu harus dibayar. Tetapi pasal ini selanjutnya menerangkan, juga seorang pihak ketiga yang tidak berkepentingan dapat membayar secara sah, asal saja pihak ketiga itu bertindak atas nama si berhutang, atau bilamana ia bertindak atas namanya sendiri, asal saja ia tidak menggantikan hak-haknya si berpiutang. Jikalau dipikir benar-benar sebetulnya kalimat “asal saja ia tidak menggantikan hak-hak si berpiutang”, tidak perlu disebutkan. Sebab Universitas Sumatera Utara jika orang yang membayar hutang itu menggantikan hak-hak si berpiutang, tidak dapat dikatakan perikatan hutang-piutang itu sudah dihapuskan, karena ia sebenarnya masih hidup, hanyalah penagihnya saja yang berganti. Sebagai kesimpulan dapat ditetapkan, bahwa pasal 1382 itu membolehkan siapa saja membayar dan si berpiutang diharuskan menerimanya, meskipun belum tentu pembayaran itu juga akan membebaskan si berhutang. Hanya untuk perjanjian- perjanjian dimana slah satu pihak diharuskan melakukan sesuatu perbuatan tentu saja asas tersebut itu tidak akan berlaku. Misalnya saja dalam suatu perjanjian bekerja, tidak dapat seorang pekerja dengan begitu saja digantikan oleh temannya yang mungkin tidak sepadan kecakapannya. Penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan penitipan adalah salah satu cara pembayaran untuk menolong debitur. Dalam hal ini si kreditur menolak pembayaran. Penawaran pembayaran tunai terjadi jika si kreditur menolak menerima pembayaran, maka debitur secara langsung menawarkan konsignasi, yakni dengan menitipkan uang atau barang kepada notaris atau panitera. Setelah itu notaris atau uang yang harus dibayarkan selanjutnya menjumpai kreditur untuk melaksanakan pembayaran. Jika kreditur menolak, maka dipersilahkan oleh notaris atau panitera untuk menandatangani berita acara. Jika kreditur menolak juga, maka hal ini dapat dicatat dalam berita acara tersebut, hal ini merupakan bukti bahwa kreditur menolak pembayaran yang ditawarkan. Dengan demikian debitut meminta kepada hakim agar konsignasi disahkan. Jika telah disahkan, maka debitur terbebas dari kewajibannya dan perjanjian dianggap hapus. Universitas Sumatera Utara Pembaharuan hutang novasi adalah peristiwa hukum dalam suatu perjanjian yang diganti dengan perjajian lain. Dalam hal para pihak mengadakan suatu perjanjian dengan jalan menghapuskan perjanjian lama dan membuat perjanjian yang batu. Dalam hal ini terjadinya perjumpaan hutang atau kompensasi terjadi jika para pihak yaitu kreditur dan debitur saling mempunyai hutang piutang, maka mereka mengadakan perjumpaan hutang untuk suatu jumlah yang sama. Hal ini terjadi jika antara kedua hutang berpokok pada sejumlah uang atau sejumlah barang yang dapat dihabiskan dari jenis yang sama dan keduanya dapat ditetapkan serta dapat ditagih seketika. Pencampuran hutang terjadi akibat keadaan bersatunya kedudukan kreditur dan debitur pada orang. Dengan bersatunya kedudukan debitur pada satu orang dengan sendirinya menurut hukum telah terjadi pencampuran hutang sesuai dengan pasal 1435 KUHPerdata. Pembebasan hutang terjadi apabila kreditur dengan tegas menyatakan bahwa ia tidk menghendaki lagi adanya pemenuhan prestasi oleh si debitur. Jika si debitu menerima pernyataan si kreditur maka berakhirlah perjanjian hutang piutang diantar mereka. Dengan terjadinya musnah barang-barang yang menjadi hutang debitur, maka perjanjian juga dapat dihapus. Dalam hal demikian debitur wajib membuktikan bahwa musnahnya barang tersebut adalah diluar kesalahannya dan barang itu akan musnah atau hilang juga meskipun ditangan kreditur. jadi dalam hal ini si debitur telah berusaha dengan segala daya upaya untuk menjaga barang tersebut agar tetap berada seperti semula, hal ini disebut dengan resiko. Suatu perjanjian akan hapus jika ada suatu pembatalan ataupun dibatalkan. Pembatalan haruslah dimintakan atau batal demi Universitas Sumatera Utara hukum. Karena jika dilihat batal demi hukum maka akibatnya perjanjian itu dianggap tidak pernah ada, sedangkan dalam pembatalan, perjanjian dianggap telah ada akan tetapi karena suatu pembatalan maka perjanjian itu dihapuskan dan para pihak kembali kepada keadaan semula. Syarat batal adalah syarat yang jika dipenuhi, menghentikan perjanjian dan membawa segala sesuatu kembali kepada keadaan semula yaitu, tidak pernah ada suatu perjanjian. Syarat ini tidak menangguhkan pemenuhan perjanjian, hanyalah mewajibkan si berpiutang mengembalikan apa yang telah diterimanya jika peristiwa yang dimaksud terjadi. Daluarsa adalah suatu upaya untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perjanjian dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang diterima oleh undang-undang 20 Pihak PDAM menetapkan secara sepihak termasuk kelompok mana pelanggan tersebut, dan juga menetaplkan secara sepihak kelompok tarif yang harus dibayar nantinya oleh pihak pelanggan. Perjanjian penyambungan dalam bentuk formulir ini pasal 1946 KUHPerdata. Perjanjian baku dam jual beli air minum antara konsumen dengan PDAM Kota Rantauprapat. Perjanjian jual beli air minum terjadi apabila ad permintaan sambungan baru air minum oleh calon pelanggan. Calon pelanggan mengisi formulir yang telah disediakan terlebih dahulu oleh pihak PDAM. Setelah pengisian formulir, dan syarat- syarat administrasi dipenuhi, maka dilakukan peninjauan ke lapangan oleh pihak PDAM, guna menetapkan kedalam golongan mana pelanggan itu dimasukkan. 20 KUH Perdata Pasal 1946 Universitas Sumatera Utara adalah perjanjian jual beli air minum antara PDAM sebagai penjual pihak pertama dan pelanggn sebagai pembeli pihak kedua. Para pihak bersepakat untuk mengadakan perjanjian jual beli air minum dengan ketentuan sebagai berikut : Pertama pihak kedua setuju : a. Jika kemudian hari timbul sengketa mengenai hak milik perizinan tanah maupun bangunan hinggga mengakibatkan pipa harus dibongkar, maka hal ini di luar tanggungjawab PDAM Kota Rantauprapat dan pemohon tidak menuntut kerugian apapun. b. Setuju dan tidak akan menggugat jika pipa saluran kota dengan pipa dinas yang dipasang dialamatkan tersebut di atas yang kami biayai, setelah dipasang menjadi hak milik PDAM dan PDAM berhak memperluas maupun menghubungkan pemasangan baru pada saluran air tersebut. c. Jika kemudian hari terjadi perubahan jaringan pipa dalam persil yang tidak sesuai gambar yang diizinkan maka sambungan pipa dinas dapat dicabut tanpa dapat kami tuntut ganti rugi dalam bentuk apapun. d. Akan memenuhi semua peraturan yang berlaku sebagai pelanggan PDAM Kota Rantauprapat. Untuk penyambungan air minum sebagaimana yang dimaksud dalam surat perjanjian, maka pihak kedua wajib membayar biaya penyambungan. Baiaya penyambungan yang telah dibayar pihak kedua kepada pihak pertama selanjutnya tidak dapat diganggu gugat oleh pihak kedua, meskipun pihak kedua mengakhiri perjanjian Universitas Sumatera Utara itu atau perjanjian berakhir dengan sebab apapun. Kedua belah pihak menerima hak dan melakukan kewajiban masing-masing, antara lain : a. Pihak kedua berkewajiban melaksanakan pembayaran rekening air setiap bulannya dan biaya keterlambatan pembayaran rekening air jika pembayaran rekening air melewati batas waktu pembayaran. b. Pihak pertama berhak melakukan pemutusan sementara tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada pihak kedua. c. Pihak pertama berkewajiban melakukan penyambungan kembali setelah pihak kedua melunasi semua tunggakan , denda biaya keterlambatan dan biaya-biaya yang ditentukan. d. Pihak kedua berkewajiban untuk melaporkan kerusakan-kerusakan serta gangguan- gangguan pada pipa dinas, pipa persil, meter air yang berada dalam persilnya. e. Pihak kedua dilarang untuk melakukan penyedotan air dengan pipa hidup langsung dari pipa air minum, mengambil air minum, mengambil air sebelum meter air atau merusak meter, mengadakan perubahan dan perluasan instalasi yang telah dipasang tanpa izin tertulis dari PDAM Kota Rantauprapat, merusak segel yang sudah dipasang oleh PDAM Kota Rantauprapat. Apabila terjadi perselisihan pendapat dalam rangka pelaksanaan perjanjian ini, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikannya dengan cara musyawarah. Jika penyelesaian perselisihan pendapat dengan cara musyawarah tidak tercapai, kedua belah pihak sepakat untuk menyerahkan penyelesaiannya kepada pengadilan. Universitas Sumatera Utara Sedangkan dalam undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen mengenai klausul baku untuk tetap tegaknya asas kebebasan berkontrak berbunyi antara lain sebagai berikut : Pasal 18 Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 : 1. Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan atau perjanjian apabila : a. Menyatakan pengalihan tanggungjawab pelaku usaha b. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya keguanaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen. 2. Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti. 3. Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dinyatakan batal demi hukum. 4. Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan undang-undang ini. Skripsi ini akan mengkaji dan menguji secara hukum apakah ketentuan yang tercetak pada perjanjian baku tersebut telah memenuhi asas-asas umum hukum perjanjian dan perlindungan bagi konsumen berdasarkan asas-asas yang hidup di masyarakat. Universitas Sumatera Utara

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG KONSUMEN

A. PENGERTIAN KONSUMEN

Dalam kamus bahasa, istilah konsumen merupakan alih bahasa dari consumer Inggris-Amerika yang secara harfiah berarti seseorang yang membeli barang atau menggunakan jasa, atau seseorang atau suatu perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu. Ada pula yang memberikan arti lain, yaitu konsumen yang berarti setiap orang yang menggunakan barang atau jasa. Sekalipun semua orang mengerti bahwa sangat sulit untuk membuat suatu batasan tentang pengertian konsumen tanpa memuat berbagai kekurangan didalamnya. R. Setiawan 1999 mencoba memberikan batasan pengertian konsumen sebagai setiap orang yang mendapatkan secara sah dan menggunakan barangjasa untuk suatu kegunaan tertentu 21 Dengan demikian yang dimaksud dengan setiap orang dalam batasan diatas adalah orang alamiah maupun orang yang diciptakan oleh hukum badan hukum. Unsur mendapatkan juga digunakan dalam batasan ini, karena perolehan barang atau jasa oleh konsumen tidak saja berdasarkan suatu hubungan hukum perjanjian jual beli, sewa menyewa, pinjam-pakai dan sejenisnya, tetapi juga mungkin terjadi karena pemberian sumbangan, hadiah- hadiah atau yang lain, baik yang berkaitan dengan suatu hubungan komersial maupun dalam hubungan lainnya non-komersial. Mendapatkan secara sah . 21 R. Setiawan. 1999. Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Ctk. Keenam. Bandung : Putra A Bardin Universitas Sumatera Utara