WANPRESTASI GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN MENURUT KITAB

Akibat perjanjian yang telah memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian disebutkan dalam pasal 1338 KUHPerdata yang menyebutkan : 1. Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. 2. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang- undang dinyatakan cukup untuk itu. 3. Persetujuan-persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya. Dengan demikian, perjanjian yang dibuat secara sah yaitu memenuhi syarat- syarat pasal 1320 KUHPerdata berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuat perjanjian. Artinya pihak-pihak harus menaati isi perjanjian itu seperti mereka menaati undang-undang sehingga melanggar perjanjian yang mereka buat dianggap sama dengan melanggar undang-undang. Perjanjian yang dibuat secara sah mengikat pihak-pihak dan perjanjian tersebut tidak boleh ditarik kembali atau membatalkan harus memperoleh persetujuan pihak lainnya 18 Menurut pendapat M.Yahya Harahap 1992 dalam bukunya Segi-Segi Hukum Perjanjian, yang dimaksud dengan wanprsetasi adalah : Pelaksanaan kewajiaban yang R. Subekti. 1992.

E. WANPRESTASI

18 R. Subekti. 1992. Aneka Perjanjian. Jakarta : PT. Intermasa. Universitas Sumatera Utara tidak tepat waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Kata tidak tepat waktunya dan kata tidak layak apabila dihubungkan dengan kewajiban merupakan perbuatan melanggar hukum. Pihak debitur sebagian atau secara keseluruhannya tidak menempati ataupun berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati bersama 19 1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya. . Wanprestasi seorang debitur dapat berupa empat macam kategori yaitu sebagai berikut: 2. Melakukan apa yang diperjanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan. 3. Melakukan apa yang diperjanjikan akan tetapi terlambat. 4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh untuk dilakukan. Debitur yang oleh pihak kreditur dituduh lalai, dapat menajukan pembelaan diri atas tuduhan tersebut. Adapun pembelaan debitur yang dituduh dapat didasarkan atas tiga alasan yaitu : 1. Mengajukan tuntutan adanya keadaan yang memaksa. 2. Mengajukan bahwa si kreditur sendiri juga wanprestasi. 3. Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi. Yang dimaksud pihak kreditur melepaskan haknya atas tuntutannya kepada pihak debitur adalah bahwa pihak kreditur telah mengetahui bahwa ketika pihak debitur 19 Harahap, M. Yahya. 1992. Segi-Segi Hukum Perjanjian. Bandung : Pen Alumni Universitas Sumatera Utara mengembalikan barang yang diperjanjikan. Pihak kreditur telah mengetahui bahwa waktu pengembalian barang sudah terlambat selama seminggu. Akan tetapi atas keterlambatan tersebut pihak kreditur tidak mengajukan keberatan ataupun sanksi maka terhadap debitur yang terlambat mengembalikan barang, dapat diartikan bahwa pihak kreditur telah telah melepaskan haknya untuk pihak debitur yang telah nyata wanprestasi. Sebagaimana telah diterangkan, seorang debitur yang lalai, yang melakukan wanprestasi, dapat digugat didepan hakim dan hakim akan menjatuhkan putusan yang merugikan pada tergugat itu. Seorang debitur dikatakan lalai, apabila ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya atau memenuhinya tetapi tidak seperti yang telah diperjanjikan. Hal kelalaian atau wanprestasi pada pihak si berhutang ini harus dinyatakan dahulu secara resmi, yaitu dengan memperingatkan si berhutang itu, bahwa si berpiutang menghendaki pembayaran seketika atau dalam jangka waktu yang pendek. Pokoknya hutang itu harus ditagih dahulu. Baiasanya peringatan sommatie itu dilakukan oleh seorang jurusita dari pengadilah, yang membuat proses verbal tentang pekerjaannya itu, atau cukup dengan surat tercatat, asal saja jangan sampai dengan mudah dipungkiri oleh si berhutang. Menurut Undang-undang memang peringatan tersebut harus tertulis pasal 1238 : “ si berhutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri. ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang akan harus Universitas Sumatera Utara dianggap lalai dengan lewatnya waktu yan ditentukan”, sehingga hakim tidak akan menganggap sah suatu peringatan lisan. Peringatan tidak perlu, jika si berutang pada suatu ketika sudah dengan sendirinya dapat dianggap lalai. Misalnya dalam hal perjanjian untuk membuat pakaian mempelai, tetapi pada hari perkawinan pakaian itu ternyata belum selesai. Dalam hal ini meskipun prestasi itu dilakukan oleh si berhutang, tetapi karena tidak menurut perjanjian, maka prestasi yang dilakukan itu dengan sendirinya dapat dianggap suatu kelalaian. Ada kalanya, dalam kontrak itu sendiri sudah ditetapkan, kapan atau dalam hal-hal mana si berhutang dapat dianggap lalai. Disini tidak diperlukan suatu sommatie atau peringatan.

F. BERAKHIRNYA PERJANJIAN