Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

yang ditetapkan oleh pihak PDAM Tirta Bina Labuhanbatu merupakan bentuk ganti rugi yang diatur secara umum di dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dari uraian di atas maka dapat diketahui bahwa upaya hukum yang dapat ditempuh oleh pihak PDAM Tirta Bina Labuhanbatu dalam menyelesaikan masalah pelanggaran pemakaian air bersih pelanggangnon pelanggan adalah dengan jalan musyawarah terlebih dahulu. Dengan musyawarah tersebut sedapat mungkin PDAM Tirta Bina Labuhanbatu akan memberikan kelonggaran- kelonggaran sanksi kepada pelanggannon pelanggan yang melakukan pelanggaran dalam pemakaian pendistribusian air bersih. Kelonggaran- kelonggaran tersebut baru dapat diberikan apabila diantara kedua belah pihak telah mencapai kata mufakat dalam musyawarah tersebut. Apabila tidak terjadi kata mufakat maka kedua belah pihak akan menempuh jalur hukum dengan mengajukan sengketa tersebut ke Pengadilan. Pengajuan tersebut diharapkan dapat mencapai penyelesaian sengketa dengan adil dan seimbang. Jadi jelas bahwa dengan diadakannya perjanjian berlangganan air bersih antara pihak PDAM Tirta Bina Labuhanbatu dengan pelanggan maka akan timbul hak-hak dan kewajiban di antara kedua belah pihak, antara lain pihak PDAM Tirta Bina Labuhanbatu wajib menyediakan dan mendistribusikan air bersih pada pelanggan dan sebaliknya pelanggan berhak untuk mendapatkan atau mempergunakan air yang dimaksud sesuai dengan kebutuhannnya.

2. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Universitas Sumatera Utara Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen tidak hanya mencantumkan hak-hak dan kewajiban dari pelaku usaha tetapi mengatur tentang pertanggungjawaban menuntut pelaku usaha. PDAM Tirta Bina Labuhanbatu sebagai Badan Usaha Milik Daerah yang bergerak di bidang jasa pendistribusian air bersih kepada masyarakat atau konsumen, maka sebagai pelaku usaha harus melaksanakan kewajiban- kewajibannya sesuai dengan standar yang ditetapkan sesuai dengan semenjak dikeluarkannya Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Jika PDAM Tirta Bina Labuhanbatu tidak melaksanakan sebagaimana ditentukan oleh Undang-Undang, maka pelaku telah melakukan suatu pelanggaran. Jika diperhatikan lebih lanjut dan dikaitkan dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999, ada beberapa penyimpangan yang dilakukan oleh PDAM Tirta Bina Rantauprapat, yakni: 1. Penetapan penggolongan pelanggan yang dilakukan secara sepihak oleh PDAM Tirta Bina Rantauprapat, tanpa menanyakan penghasilan pelanggan dalam satu bulannya, melainkan dengan cara melihat jenis bangunan rumah bentuk fisik, fungsi bangunan, dan kelas jalan. 2. Ketentuan tentang biaya keterlambatan. Biaya keterlambatan adalah biaya yang dibebankan kepada pelanggan karena tidak memenuhi ketentuan atau sebagai akibat adanya pelanggaran yang dilakukan pelanggan. Dari penelitian yang dilakukan terhadap pelanggan air minum PDAM Tirta Labuhanbatu, terungkap bahwa pelanggan tidak mengetahui mengapa Universitas Sumatera Utara mereka dimasukkan ke dalam kelompok tertentu dalam golongan pelanggan. Pelanggan juga tidak mengetahui berapa jumlah denda yang harus dibayar jika terlambat membayar rekening air, mereka baru tahu berapa jumlah denda yang harus dibayar jika mereka sudah terlambat membayar rekening air. Ada beberapa masalah yang timbul antara pihak pelanggan dengan PDAM Tirta Bina Labuhanbatu, yakni: 1. Jumlah pemakaian tidak sesuai dengan yang tertera pada meter 2. Air yang tidak lancer 3. Air yang tidak jernih 4. Meteran yang sudah rusak Terhadap jumlah pemakaina air yang tidak sesuai dengan apa yang tertera pada meteran, cara penyelesaian yang dilakukan oleh pihak PDAM Tirta Bina Labuhanbatu adalah dengan cara melihat print out 10 bulan terakhir sebagai pedoman. Apabila pemakaian air pelanggan tersebut tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya, maka pihak PDAM tidak dapat menerima keberatan yang diajukan oleh pelanggan. Artinya pelanggan harus membayar sesuai dengan yang tertera pada rekenung air tersebut. Jika jauh berbeda dengan pemakaian air sebelumnya, maka penyelesaiannya adalah pihak pelanggan tetap harus membayar rekening air yang sedang berjalan dan nantinya akan dikompensasikan dengan rekening bulan selanjutnya. Kalau pelanggan melaporkan bahwa air ke rumah mereka tidak lancer, maka dengan ringannya pihak PDAM Tirta Bina Labuhanbatu memberikan alas an hal tersebut dikarenakan musim kemarau, sehingga debit air kecil, atau Universitas Sumatera Utara adanya perbaikan pipa atau ada pipa yang rusak, tanpa ada solusi yang lain, sehingga pelanggan menerima alasan itu secara terpaksa. Terhadap air yang tidak jernih, berdasarkan penelitian, sudah ada pelanggan yang mengajukan keberatan kepada pihak PDAM Tirta Bina Labuhanbatu. Mereka menerima kenyataan yang mereka hadapi sambil mencari solusi sendiri bagaimana cara mengatasi air yang tidak jernih itu untuk dapat dikonsumsi. Ada sebahagian masyarakat memakai penjernih air, baru airnya dikonsumsi, ada pula dengan cara mengendapkannya terlebih dahulu, kemudian baru dugunakan untuk keperluan memasak. Terhadap meteran yang rusak, yang mengakibatkan petugas pencatat tidak dapat membaca berapa jumlah pemakaian air yang sebenarnya, pihak PDAM menetapkan jumlah pemakaian air pelanggan sama dengan jumlah pemakaian bulan lalu. Berdasarkan penelitian perbaikan meteran yang rusak itu jika dilaporkan tidak segera dilakukan perbaikan meteran yang rusak itu, jika dilaporkan tidak segera dilakukan perbaikan oleh pihak PDAM Tirta Bina Labuhanbatu. Berdasarkan permasalahan yang pernah timbul, sehubungan dengan pemakaian air yang dikelola oleh PDAM Tirta Bina Rantauprapat dan cara penyelesaian permasalahan tersebut, pihak pelanggan terpaksa menerima solusi yang diambil oleh pihak PDAM Tirta Bina Labuhanbatu, tanpa dapat berbuat banyak. Hal ini dikarenakan mereka sangat membutuhkan air tersebut untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Universitas Sumatera Utara Wawancara dengan Bapak Mukhlis Sirait Direktur Utama PDAM Tirta Bina Labuhanbatu tanggal 11 Februari 2013 mengatakan bahwa : PDAM Tirta Bina Labuhanbatu sebagai Badan Usaha Milik Daerah yang mendistribusikan air bersih kepada pelanggan, maka jika dalam memproduksi dan mendistribusikan kepada konsumen tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan atau dengan perkataan lain konsumen mengalami kerugian, maka pihak PDAM Tirta Bina Labuhanbatu akan memperbaiki mutu dan kualitas air yang didistribusikan kepada konsumen. Sebagai konsekuensi dari pelanggan yang diberikan oleh Undang- Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka setiap pelanggaran yang diajukan oleh pelaku usah yang merugikan konsumen memberikan hak kepada konsumen yang dirugikan tersebut untuk meminta pertanggungjawaban dari pelaku usaha yang merugikannya, serta untuk menuntut ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh konsumen. Menurut Pasal 19 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 mengatur tentang pertanggungjawaban menuntut Pelaku Usaha antara lain: 1. Pelaku usaha bertanggungjawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran danatau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang danjasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. 2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang danjasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan danatau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 tujuh hari setelah tanggal transaksi. 4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasakan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya untus kesalahan. 5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalah tersebut merupakan kesalahan konsumen. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hal yang disebutkan di atas, maka terlihat bahwa masalah kenyamanan, keamanan dan keselamatan merupakan hal yang paling pokok dan utama dalam perlindungan konsumen. Dengan demikian jelaslah bahwa baik konsumen maupun pelaku usaha wajib untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh Undang-Undang, sehingga baik konsumen maupun pelaku usaha mendapatkan jaminan dan perlindungan hukum.

D. PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA PDAM TIRTA BINA DENGAN KONSUMEN