PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA PDAM TIRTA BINA DENGAN KONSUMEN

Berdasarkan hal yang disebutkan di atas, maka terlihat bahwa masalah kenyamanan, keamanan dan keselamatan merupakan hal yang paling pokok dan utama dalam perlindungan konsumen. Dengan demikian jelaslah bahwa baik konsumen maupun pelaku usaha wajib untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh Undang-Undang, sehingga baik konsumen maupun pelaku usaha mendapatkan jaminan dan perlindungan hukum.

D. PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA PDAM TIRTA BINA DENGAN KONSUMEN

Pada dasarnya penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan melalui pengadilan atau diluar pengadilan. Dalam UUPK, penyelesaian sengketa konsumen diatur dalam Bab X pasal 45-48. Penyelesaian dengan cara non-peradilan bisa dilakukan melalui Alternatif Resolusi Masalah ARM di BPSK, LPKSM, Direktorat Perlindungan Konsumen atau lokasi-lokasi lain yang telah disetujui kedua belah pihak. 1. Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui Pengadilan Penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan diatur dalam pasal 48 UUPK, yang menyatakan penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan mengacu pada ketentuan tentang peradilan umum yang berlaku dengan memperhatikan ketentuan dalam Pasal 45. Merujuk pada Pasal 46 ayat 1 UUPK, bentuk gugatan yang dapat dilakukan melalui pengadilan ada 3 macam, yaitu: a. Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan; Universitas Sumatera Utara b. Sekelompok konsumen yang mempunyai kepentinyan yang sama; c. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya; d. Pemerintah danatau instansi terkait apabila barang danatau jasayang dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar danatau korban yang tidak sedikit. Dalam hukum perlindungan konsumen, secara umum proses beracara dalam menyelesaiakan sengketa konsumen dan pelaku usaha mengenal adanay tiga macam gugatan, yaitu: a. Small Claim, jenis gugatan yang dapat dilakukan oleh konsumen, sekalipun dilihat secara ekonomis nilai gugatannya sangat kecil. Ada tiga alasan mengapa small claim diijinkan dalam menyelesaikan sengketa konsumen, kepentingan dari pihak penggugat tidak dapat diukur semata karena nilai uang kerugiannya; keyakinan bahwa pintu keadilan terbuka bagi siapa saja; untuk menjaga integritas badan-badan peradilan. b. Class Action, adalah gugatan konsumen dimana korbanya lebih dari satu orang atau gugatan yang dilakukan oleh sekelompok orang. Gugatan kelompok ini berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung No. 1 tahun 2002 dikenal dengan gugatan perwakilan kelompok. Dalam UU Perlindungan Konsumen gugatan kelompok ini diatur dalam pasal 46 ayat 1 b . Dalam Universitas Sumatera Utara Class Action wajib memenuhi empat syarat yang ditetapkan dalam pasal 23 US Federal Of Civil Procedure: Numerosity, jumlah penggugat harus cukup banyak. Commonality, adanya kesamaan soal hukum dan fakta antara pihak yang diwakili dan pihak yang mewakili. Typicality, adanya kesamaan jenius tuntutan hukum dan dasar pembelaan yang digunakan antara anggota yang diwakili dan yang mewakili. Adequacy o f Representation , adanya kemampuan klas yang mewakili dalam mewakili pihak yang diwakili. c. Legal Standing, adalah gugatan yang dilakukan sekelompok konsumen dengan menunjuk pihak LSM yang dalam kegiatannya berkonsentrasi pada kegiatan konsumen untuk mewakili kepentingan konsumen atau dikenal dengan Hak Gugat LSM. LSM tersebut haruslah berbadan hukum atau yayasan. Hal ini diatur dalam pasal 1 angka 9 UUPK dan secara teknis diatur dalam PP Nomor 59 Tahun 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat. 2 Penyelesaian Sengketa Melalui BPSK BPSK dibentuk pemerintah di tiap-tiap daerah untuk menyelesaikan sengketa di luara pengadilan secara murah, cepat dan sederhana. Secara teknis Penyelesaian Sengketa Melalui BPSK diatur dalam Surak Keputusan SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. 3 Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui ADR Seperti dibahas pada bagain-bagian sebelumnya, selain melalui lembaga peradilan dan BPSK, sengketa konsumen juga bisa diselesaikan melalui ADR. Universitas Sumatera Utara ADR yang paling umum dilakukan adalah dengan cara negosiasi, mediasi, konsiliasi dan arbitrase. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka dapatlah penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. PDAM Tirta Bina Rantauprapat yang ada di Kab. Labuhan Batu Sumut, yang merupakan Pihak Pelaku Usaha harusnya menyediakan air bersih bagi Masyarakat Konsumennya, karena Masyarakat Konsumen merupakan termasuk “cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak”. PDAM Tirta Bina Rantauprapat mempunyai kewajiban memberikan pelayanan sebaik- baiknya kepada Pelanggan, menyalurkan dan mendistribusikan air bersih kepada Pelanggan. Dengan demikian haruslah diupayakan solusi-solusi penyehatan dan perbaikan manajemen berdasarkan partisipasi publik dan perbaikan kinerja PDAM Tirta Bina Rantauprapat. Maka sebagai bagian dari upaya peningkatan efisiensi dan pelayanan PDAM Tirta Bina Rantauprapat, harus juga didisain mekanisme partisipasi Masyarakat dimana Masyarakat atau Pelanggan dapat ikut mengontrol kinerja PDAM Tirta Bina Rantauprapat tersebut. 2. KonsumenPelanggan adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang disajikan PDAM Tirta Bina Rantauprapat, hendaknya juga beritikad wajib menjalankan kewajibannya sebagai Pihak Konsumen baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain berupa melaksanakan segala peraturan-peraturan yang telah disepakat baik itu berupa pembayaran Universitas Sumatera Utara