22
188 orang. Selain itu 13,8 39 orang lainnya juga memgikuti les pelajaran terutama anak kelas 4-6 SD.
2. Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Dusun Muntigunung, Karangasem,
Bali, 2015
Status gizi anak sekolah dasar dilihat dari nilai indek massa tubuh IMT yang dibandingkan dengan umur dan jenis kelamin mereka. Responden pada penelitian
ini rata-rata memiliki berat badan 28,5 kg 16,0 – 58,0 kg. Rata-rata umur
responden adalah 9.9 tahun dengan umur terkecil 6 tahun dan tertua 14 tahun. Tinggi badan responden rata-rata 130.1 cm 103.5
– 165.0 cm. Indek massa tubuh dicari dengan membandingkan berat badan dengan tinggi badan dalam
meter kuadrat. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa rata-rata indek massa tubuh siswa sebesar 16.3 dengan rentang 10.7-24.6.
Status gizi anak sekolah dasar kemudian dicari dengan membandingkan IMT mereka masing-masing menurut umur dan jelis kelamin. Standar yang digunakan
untuk mementukan status gizi adalah standar penilaian status gizi anak sekolah 6- 18 tahun menurut World Health Organization WHO 2007, yang membagi status
gizi anak sekolah menjadi 3 kategori yaitu Kurus, Normal dan Gemuk. Berdasarkan perhitungan didapatkan sebanyak 14,2 siswa tergolong kurus,
84,0 tergolong normal dan 1,8 tergolong gemuk. Rincian mengenai status gizi anak sekolah dasar di SD 3 dan SD 6 Tianyar Barat dapat dilihat pada table
berikut ini. Tabel 5. Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Dusun Muntigunung
Karakteristik Siswa Jumlah
Persentase
Kurus 40
14.2 Normal
237 84.0
Gemuk 5
1.8
Total 282
100
3. Prevalensi dan Faktor Risiko Gizi Kurang pada Anak Sekolah Dasar di
Dusun Muntigung, Karangasem, Bali, 2015
23
Berdasarkan hasil perhitungan status gizi sebelumnya, kategori kurus pada responden dapat digolongkan kedalan status gizi kurang. Prevalensi siswa sekolah
dasar di SD 3 dan SD 6 Tianyar Barat yang tergolong gizi kurang ada sekitar 14,2, yaitu sebanyak 40 orang. Dari anak yang tergolong kurus, 75 adalah
anak laki-laki dan 25 nya adalah anak perempuan. Anak kelas 3 SD lebih banyak yang masuk dalam kategori kurus yaitu 32.5 13 orang, disusul oleh
anak kelas 2 27,5, anak kelas 1 15, adank kelas 4 dan 5 masing-masing 10 dan anak kelas 6 5. Bila dilihat dari sekolahnya, SD 3 Tianyar Barat
memiliki 80 32 orang anak dengan kategori kurus, dan SD 6 Tianyar Barat memiliki 20 8 orang.
Faktor risiko gizi kurang kurus pada anak-anak sekolah dasar di SD 3 dan SD 6 Tianyar Barat dapat dilihat dari karakteristik responden yaitu pekerjaan orang tua,
pendidikan orang tua, jumlah saudara yang masih hidup hingga saat ini di keluarga, kebiasaaan makan dan sarapan, serta aktifitas fisik yang biasa dilakukan
oleh siswa. Untuk menganalisa hubungan factor-faktor risiko tersebut, maka dilakukan
analisa bivariate, untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara 2 variabel variable dependen dan independen agar bisa menguji hipotesis
penelitian. Kedua variable baik dependen maupun independen dalam penelitian ini termasuk variable kategorik sehingga uji yang digunakan adalah Uji Kai
Kuadrat Chi Square. Hasil analisa Uji Kai Kuadrat dapat dilihat pada table berikut ini
24
Tabel 6. Distribusi Beberapa Faktor Risiko Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Anak Sekolah Dasar di SD 3 dan SD 6 Tianyar Barat
N o
Var. Independen Status Gizi
Total OR
P Kurang
Normal - Lebih n
n n
95 CI
1 Ayah tidak
bekerja 35
13.6 223
86.4 258
100 0.6
0.5 Ayah bekerja
5 20.8
19 79.2
24 100
0.2-1.7 2
Ibu tidak bekerja 12
15.8 64
82.2 76
100 1.2
0.8 Ibu bekerja
28 13.6
178 86.4
206 100
0.6-2.5 3
Pendidikan ayah rendah
37 13.8
231 82.2
268 100
0.6 0.4
pendidikan ayah tinggi
3 21.4
11 78.6
14 100
0.2-2.2 4
Pendidikan ibu rendah
38 14.1
232 85.9
270 100
0.8 0.7
Penddidikan ibu tinggi
2 16.7
10 83.3
12 100
0.2-3.9 5
Keluarga besar 37
14.2 223
85.8 260
100 1.1
1 keluarga kecil
3 13.6
19 86.4
22 100
0.3-3.7 6
Tidak sarapan 18
15.5 98
84.5 116
100 1.2
0.7 Sarapan
22 13.3
144 86.7
166 100
0.8-2.4 7
Makanan tidak bervariasi
31 13.6
197 86.4
228 100
0.8 0.7
Makanan bervariasi
9 16.7
45 83.3
54 100
0.4-1.8 8
Tidak jajan di sekolah
1 9.1
10 90.9
11 100
0.6 1
Jajan disekolah 39
14.4 232
86.5 271
100 0.1-4.8
9 Jalan kaki ke
sekolah 28
12.9 189
87.1 217
100 0.7
0.3 Diantar pakai
motor 12
19.5 53
81.5 65
100 0.3-
1.37 10
Les Pelajaran 4
10.3 35
89.7 39
100 0.7
0.6 Tidak Les
Pelajaran 36
14.8 207
85.2 243
100 0.2-1.9
11 Mengikuti
Ekstrakulikuler 27
14.4 161
85.6 188
100 1
1 Tidak Mengikuti
Ekstrakulikuler 13
13.8 81
86.2 94
100 0.5-2.1
12 Laki-laki
30 75.0
122 50.4
152 100
2.95 0.05
Perempuan 10
25.0 120
49.6 130
100 1.3-6.3
13 Daerah tinggi
SD 3 Tianyar 32
80.0 129
53.3 161
100 3.5
0.03 Daerah rendah
8 20.0
113 46.7
121 100
1.6-7.9
25
Sd 6 Tianyar
Hasil analisa hubungan antara variable-variabel independen dengan status gizi kurang pada anak SD di Tianyar Barat diperoleh bahwa hasil uji statistiknya
hanya jenis kelamin siswa P=0.05; OR=2,95 dan daerah geografis P=0.03; OR=3,5 yang signifikan menjadi factor risiko yang berhubungan dengan
kejadian gizi kurang pada anak sekolah dasar di Tianyar Barat dengan nilai p 0.05, Dalam hal ini siswa laki-laki lebih berisiko dibandingkan siswa
perempuan. Pada bab sebelumnya juga telah dijelaskan bahwa dari 40 siswa yang tergolong kurus, 75 nya adalah laki-laki. Sedangkan variable lainnya
seperti variable pekerjaan ayah P=0.6; OR=0.6, pekerjaan ibu P=0.8; OR=1,2, pendidikan ayah P=0.4; OR=0.6, pendidikan ibu P=0.7; OR=0.8,
jumlah keluarga P=1; OR=1,1, variasi makanan P=0.7; OR=0.8, kebiasaan sarapan P=0.7; OR=1,2, kebiasaan jajan P=1; OR=0.6, aktifitas fisik berjalan
kaki P=0.3; OR=0.7 , kegiatan les P=0.6; OR=0.7, kegiatan ekstrakulikuler P=1; OR=1 tidak ada yang berhubungan dengan gizi kurang pada anak sekolah
dasar di Tianyar Barat. Untuk mengetahui seberapa besar siswa lali-laki memberikan peran dalam
meningkatkan risiko gizi kurang, dapat kita lihat pada nilai Odd Ratio OR yaitu 2,95; yang artinya jenis kelamin memberikan factor risiko sebesar 2,95 kali lebih
besar dibanding perempuan untuk kejadian gizi kurang di SD 3 dan SD 6 Tianyar Barat. Begitu juga dengan lokasi geografis, anak-anak yang berada di daerah
tinggi lebih banyak terkena risiko gizi kurang sebesar 3.5 kali dibandingkan dengan anak-anak di daerah rendah.
K. PEMBAHASAN