Kondisi Status Gizi Anak di Dusun Muntigunung, Kabupaten

11 7,6 sampai 8,3. Pada pendidikan kepala keluarga setingkat SLTP keatas, prevalensi kegemukan sekitar 9,5-14,2. Semakin meningkat keadaan ekonomi kepala rumah tangganya sebagai pegawai berpenghasilan tetap, prevalensi kegemukan semakin tinggi 11,3, dan prevalensinya rendah pada kepala keluarganya yang sedang sekolah 6,8

2. Kondisi Status Gizi Anak di Dusun Muntigunung, Kabupaten

Karangasem, Bali Secara umum prevalensi gizi buruk di provinsi Bali adalah 3,2 dan prevalensi gizi buruk kurang 11,4. Sebanyak 3 kabupatenkota masih memiliki prevalensi gizi buruk di atas angka prevalensi provinsi, yaitu Karangasem, Buleleng dan Jembrana. Enam kabupatenkota lainnya sudah berada di bawah angka prevalensi provinsi. Ke 6 kabupatenkota tersebut adalah: Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli dan kota Denpasar Riskesdas Bali, 2007. Menurut data provinsi, prevalensi kekurusan pada balita adalah 10 5,6 dan 4,4. Hal ini menunjukkan bahwa masalah kekurusan di provinsi Bali masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Jika dilihat untuk tiap kabupatenkota, prevalensi kekurusan diatas angka provinsi yaitu kabupaten Badung 13,4 dan kabupaten Karangasem 13,4, kabupaten Bangli 11,6, dan kab.Buleleng 11,1 Riskesdas Bali, 2007. Kabupaten Karangasem sebagai salah satu kabupaten dengan prevalensi gizi buruk diatas angka prevalensi provinsi, berdasarkan data Riskesdas 2007 juga memiliki status gizi anak kurus tertinggi untuk usia anak sekolah. Prevalensi anak kurus usia 6-14 tahun di Kabupaten Karangasem, yaitu 12,6 pada anak laki-laki dan 11,1 pada anak perempuan menurut Riskesdas Bali 2007. 12 Sumber ; Riskesdas Bali, 2007 Tabel 1. Persentase Balita menurut Status Gizi BBTB pada Beberapa KabupatenKota di Provinsi Bali Dusun Muntigunung merupakan sebuah wilayah di Kabupaten Karangasem yang masih digolongkan terpencil di Provinsi Bali. Daerah ini juga merupakan salah satu daerah kantong kemiskinan di Provinsi Bali dengan jumlah penduduk miskin diperkirakan sekitar 64 BPS Prov. Bali 2006. Kondisi geografis yang ada disekitar lereng gunung membuat akses menuju pelayanan kesehatan menjadi sebuah hambatan bagi beberapa daerah yang sulit dijangkau untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar seperti posyandu. Hasil survey kesehatan dasar yang dilakukan oleh Muliawan dkk 2009 mendapatkan bahwa kelompok Dusun Muntigunung di daerah atas yang sulit dijangkau mempunyai tingkat pengetahuan tentang kesehatan anak lebih rendah daripada daerah bawah yang lebih mudah dijangkau. Hal tersebut membuat sebagian besar penduduknya memiliki perilaku hidup yang kurang sehat, seperti misalnya sebanyak 61,3 ibu hamil tidak pernah memeriksakan kehamilan ke pelayanan kesehatan; hanya 49,2 yang mendapat imunisasi tetanus selama hamil; hanya 55 mendapat tablet besi selama kehamilan; tujuh puluh tujuh persen 77 persalinan terjadi di rumah dengan bantuandidampingi hanya dari suami dan atau mertua; tali pusat pada bayi baru lahir kebanyakan 77,7 dipotong dengan bamboo “ngad” serta dirawat dengan ramuan tradisional yang meningkatkan risiko bayi terkena tetatus neonatorum; pemberian asi eksklusif dan kolostrum yang berguna untuk ketahanan tubuh bayi masih rendah yaitu hanya 13 sebesar 38.7; pemberian makanan pendamping ASI MP Asi yang tidak tepat waktu 72.6 Muliawan dkk, 2009. Kesehatan anak di Muntigunung juga sering dikatakan karena sebab supranatural seperti diganggu mahluk halus. Sedikit sekali dari mereka menyatakan bahwa kesehatan anak mereka karena hal medis yang diakibatkan perilaku berisiko selama pengasuhan seperti tidak memberikan kolostrum, asi eksklusif, dan MPASI yang terlalu dini Kurniati dkk, 2012. Pandangan dan kepercayaan tersebut tentunya akan mempengaruhi perilaku ibu dan masyarakat dalam menjaga kehamilan serta kesehatan anak. Hal tersebut terlihat pula dari status gizi bayi dan balita di wilayah ini. Pada penelitan yang dilakukan Muliawan dkk 2009, didapatkan sebesar 47,5 balita dengan status gizi kurang berdasar BBU dan 37,1 berdasarkan TBU. Tingkat anemia pada balita di daerah ini juga sangat besar yaitu 83,1 Muliawan. 2009

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi Anak