13
sebesar 38.7; pemberian makanan pendamping ASI MP Asi yang tidak tepat waktu 72.6 Muliawan dkk, 2009.
Kesehatan anak di Muntigunung juga sering dikatakan karena sebab supranatural seperti diganggu mahluk halus. Sedikit sekali dari mereka menyatakan bahwa
kesehatan anak mereka karena hal medis yang diakibatkan perilaku berisiko selama pengasuhan seperti tidak memberikan kolostrum, asi eksklusif, dan
MPASI yang terlalu dini Kurniati dkk, 2012. Pandangan dan kepercayaan tersebut tentunya akan mempengaruhi perilaku ibu dan masyarakat dalam
menjaga kehamilan serta kesehatan anak. Hal tersebut terlihat pula dari status gizi bayi dan balita di wilayah ini. Pada penelitan yang dilakukan Muliawan dkk
2009, didapatkan sebesar 47,5 balita dengan status gizi kurang berdasar BBU dan 37,1 berdasarkan TBU. Tingkat anemia pada balita di daerah ini
juga sangat besar yaitu 83,1 Muliawan. 2009
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi Anak
Banyak factor yang mempengaruhi kejadian gizi kurang pada bayi, balita dan anak-anak, baik itu penyebab langsung maupun tidak langsung. Makanan dan
penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit.
Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh
cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
Selain itu ada pula beberapa penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan
seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
b. Pola pengasuhan anak kurang memadai.
14
Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan
baik baik fisik, mental dan sosial. c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai.
Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap
keluarga yang membutuhkan. d. Akses masyarakat terhadap pangan yang kurang memadai.
Apabila akses terhadap pangan kurang memadai, maka masyarat di suatu daerah terpencil cenderung hanya menggunakan sumber pangan seadanya,
sehungga mutu status gizi di daerah tersebut juga kurang.
4. Kondisi Status Gizi yang Seimbang
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi
atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian lebih luas bahwa gizi diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga Irianto, 2006
Gizi merupakan suatu zat yang terdapat dalam makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral yang penting bagi manusia
untuk pertumbuhan dan perkembangan manusia, memelihara proses tubuh dan sebagai penyedia energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Karbohidrat
menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh makhluk hidup. Monosakarida, khususnya glukosa, merupakan nutrien utama sel. Lemak adalah
salah satu zat gizi yang mempu memperlambat sekresi asam lambung dan memperlambat pengosongan lambung sehingga memberikan efek kenyang lebih
lama konsultan kolesterol. Protein adalah zat gizi yang berperan dalam pertumbuhan, pembentukan dan perbaikan semua jaringan, dapat dijumpai
15
misalnya pada kacang-kacangan. Vitamin adalah zat gizi yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh, jadi vitamin dapat didapatkan dengan cara menonsumsi
buah-buahan dan juga sayuran. Seperti halnya vitamin, mineral adalah nutrisi penting untuk pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Mineral dan
vitamin bertindak secara interaksi. Gizi seimbang menjadi kebutuhan mendasar
bagi kehidupan manusia. Bukan hanya untuk orang dewasa namun juga bagi pertumbuhan anak-anak. Mereka semua membutuhkan tersedianya gizi seimbang
dan memadai baik itu protein, karbohidrat, maupun lemak. Untuk memenuhi tidak harus mengkonsumsi makanan berharga mahal, yang penting adalah gizi
seimbang untuk hidup sehat Novella, 2012. Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik,
kebersihan, dan berat badan BB ideal. Jika seseorang mengalami kekurangan gizi, yang terjadi akibat asupan gizi di bawah kebutuhan, maka ia akan lebih
rentan terkena penyakit dan kurang produktif. Sebaliknya, jika memiliki kelebihan gizi akibat asupan gizi yang melebihi kebutuhan, serta pola makan
yang padat energi kalori maka ia akan beresiko terkena berbagai penyakit seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dsb. Karena itu, pedoman
gizi seimbang disusun berdasarkan kebutuhan yang berbeda pada setiap golongan usia, status kesehatan dan aktivitas fisik
. I.
METODE PENELITIAN 1.
Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan deskritif analitik dengan dengan desain penelitian cross-sectional. Pada pendekatan ini, status gizi pada anak sekolah
dasar di Muntigunung akan diukur pada suatu titik waktu tertentu berdasarkan BBU, TBU dan BBTB. Bersadarkan dari hasil pengukuran berat badan, tinggi
badan dan umur, akan diidentifikasi berapa proporsi gizi kurang pada anak-anak sekolah dasar di Dusun Muntigunung, serta menanyakan beberapa factor risiko
yang berkaitan dengan kondisi gizi anak tersebut seperti pendidikan orang tua,
16
pekerjaan orang tua, jumlah saudara, kebiasaan sarapan dan jajan di sekolah, serta aktifitas fisik mereka
2. Lokasi Penelitian