Observasi Pengamatan Wawancara Interview

42

1. Observasi Pengamatan

Nasution dalam Sugiyono, 2014: 64 menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan dapat mengemukakan teori dengan menggunakan data-data dunia dari hasil observasi. Sanafiah Faisal dalam Sugiyono, 2014: 64 mengklasifikasikan observasi menjadi tiga, yaitu observasi partisipatif participant observation, observasi yang secara terang-terangan dan tersamar overt observation and covert observation, dan observasi yang tidak bersetruktur unstructured observation. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan observasi partisipatif, di mana peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak Sugiyono, 2014: 64. Dengan terlibat secara langsung, peneliti lebih mudah untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat untuk mendeskripsikan “Struktur Dramatik Tari Munai Serapah Karya Raden Gunawan di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan ”. Pedoman instrumen observasi juga dipersiapkan untuk mempermudah proses 43 pengumpulan data. Pedoman instrumen observasi dapat dilihat pada lampiran 2. Observasi dilakukan dengan memastikan subjek penelitian kepada narasumber utama sebagai pencipta tari, Raden Gunawan melalui telepon. Setelah memperoleh kepastian dari masalah yang dikaji, peneliti terjun ke lapangan untuk menggali lebih dalam informasi tentang tari Munai Serapah.

2. Wawancara Interview

Esterberg dalam Sugiyono, 2014: 72 mendefinisikan wawancara interview sebagai berikut: “a meeting of two persons to exchange informatio and idea through question and respons, resulting in communication and joint construction of m eaning about a particular topic”. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk saling bertukar ide dan informasi melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontraksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data secara mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi. Esterberg mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur Sugiyono, 2014: 72-73. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur sebagai teknik pengumpulan informasi. Wawancara terstruktur digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah 44 dipastikan data atau informasi yang akan diperoleh. Peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan yang alternatif jawabannya telah dipersiapkan. Proses wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang bersangkutan dengan penelitian “Struktur Dramatik Tari Munai Serapah Karya Raden Gunawan di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan”. Pedoman wawancara diperlukan dalam penelitian. Pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan data yang rinci dan lengkap tentang struktur dramatik tari Munai Serapah. Pedoman wawancara berisi tentang kisi-kisi wawancara dapat dilihat pada lampiran 3. Dalam proses wawancara peneliti mengajukan pertanyaan secara bertahap kepada narasumber yakni, menanyakan riwayat hidup narasumber utama dalam hal ini Bapak Raden Gunawan. Kemudian, peneliti mengajukan pertanyaan seputar sanggar Sedulang Setudung, hingga mengerucut pada pertanyaan tentang tari Munai Serapah. Adapun hal-hal yang ditanyakan adalah bagaimana bentuk penyajian, keistimewaan, dan kiprah tari Munai Serapah. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti langsung dijawab oleh narasumber. Pertanyaaan berlanjut pada bagaimana struktur dramatik tari Munai Serapah dari sudut pandang penata tari. Proses wawancara yang sama juga dilakukan kepada narasumber lainnya. 45

3. Dokumentasi