Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Novel Arok Dedes

67

e. Nilai Didik dalam Novel Arok Dedes

1 peduli, ken arok peduli dengan ketidakadilan di lingkungannya, setia pada kawan maupun lawan, saling menghormati, tegas, menghilangkan perbudakan, berjiwa satria. Balas budi. W, R2, 5 2 ya betul dari sudut pandang masing-masing. Ada falsafah jawa sopo nandur bakal ngunduh. W, R1, 10

f. Pandangan Pembaca tentang Novel Arok Dedes

1 arok dedes sangat luar biasa bisa merubah mean set saya selama ini tentang ken arok. Buku ini sangat luar biasa. W, R2, 11 2 menggambarkan politik ala jawa kudeta secara jawa , ibarat main catur bagaimana orang yang berperan itu pandai-pandai menjalankan bidak dengan umpan dan pengorbanan yang hasilnya ingin menang. W, R1, 11

4. Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Novel Arok Dedes

a. Agama 1. Kekuasaan Akuwu Tumapel yang diberkahi oleh Hyang Wisynu telah membikin kalian mengidap kemiskinan tidak terkira. Dengan segala yang diambil dari kalian Akuwu Tumapel mendapat biaya untuk bercumbu dengan perawan-perawan kalian sampai lupa pada Hyang Wisynu. Dengan apa yang diambil dari kalian juga Sri Baginda Kretajaya di Kediri sana tk lebih baik perbuatannya. Sama sekali tak ada artinya dibandingkan kemuliaan Hyang Wisynu. hal 19 2. Kalian penyembah Hyang Wisynu yang kurang baik. Kesetiaan telah kalian persembahkan pada Tunggul Ametung, bukan pada Hyang Wisynu. Yang kalian sembah bukan dewa cinta-kasih, bukan Sri Dewi, bukan Hyang Wisynu, tapi gandarwa ketakutan. hal 23 3. Seorang pemuja Hyang Syiwa adalah orang yang tahu diri, karena selalu menimbang masa dan harilewat, menghukum diri sendiri untuk setiap kekeliruan dan kesalahan hal 106 4. Dedes, bisik Tunggul Ametung dan ia rasai kumisnya menyentuh pipinya, teruskan cakaran dan gigitanmu. Tidak Mau? Baik, teruskan commit to user 68 umpatanmu terhadapku pada suatu kali kau akan tahu semua itu akan jadi tak ternilai indahnya dalam kenangan setiap kali kau mengingatnya kembali, dank au akan bertambah berbahagia. Hyang Wisynu telah tentukan aku jadi suamimu. Nasib tidak bias kau elakkan. Akupun lakukan ini bukan atas kehendak sendiri hanya karena petunjuknya juga. hal 115 5. Jangan menangis, Permataku. Para dewa telah berikan dirimu padaku. Kau hanya menjalani sebagaimana juga aku. Tak pernah ada wanita menantang, melawan dan menolak Tunggul Ametung. Hanya kau Karena itu kau dipilih lebih daripada putrid-putri Tumapel, Kediri, dan seluruh buana. hal 118 6. Apakah dengan demikian manusia itu kejam sudah sudah pada dasarnya, ya, Bapak. Makin jauh dari Mahadewa dia semakin kejam. Bukanah kau tahu betul kekejaman Tunggul Ametung? Sri Baginda Kretajaya tidak kurang dari itu. Arok, pada dasarnya manusia adalah hewan yang paling membutuhkan ampun. hal 179 b. Moral 1. Di sebelah selatan kota tanah telah rengkah dan longsor, menyeret barang duapuluh lima rumah dalam timbunan kayu bakar, dan api menandingi Kelud. Mendekati surya terbit angin mulai meniup pelahan, kemudian kencang sejadi-jadinya menjurus ke barat. Ia awasi sendiri penyelamatan rumah yang masih bisa diselamatkan, korban yang berjajar dalam balai kota, membubungkan orang, rintih dan aduh. Ia masuki balai kota dan melihat sendiri seorang dokter membedah kaki seorang bocah untuk mengeluarkan kepingn kayu dari dalamnya. Kaki dan tangan bocah itu diikat pada ambin dalam keadaan pingsan. hal 148 perpustakaan.uns.ac.id commit to user 69 2. Kekuatan tanpa Nandi, berkaki empat, bersintuhan langsung dengan bumi, tidak mungkin mengejawantahkan diri sebagai kekuatan di atas bumi. Dia tinggal kekuatan dalam angan-angan, Arok tersenyum. Empat kaki Nandi, para Yang Terhormat: teman, kesetiaan, harta dan senjata ….. hal 212 3. Seorang brahmana tidak bersenjatakan pedang , Yang Mulia, tegah Belakangka, Dia bersenjatakan kata, setiap patah diboboti sidhi dari para dewa. Waktu mata skuwu itu membeliak padanya, ia tidak peduli. Meneruskan, Cedera bagi orang seperti dia akan membakar amarah semua pemeluk Syiwa. Dia harus didekati, dibaiki, diambil hatinya. hal.240 4. Arok berdiri dan membopong emaknya masuk ke rumah. Dari sinar damar ia lihat wanita itu bukan seorang ibu muda yang dulu, tetapi telah tua dengaan muka telah dirusak usia.hal 285 5. Bango Samparan melangkah mundur kemudian juga berlutut mencium tanah. Biarlah aku memuliakan kau, Bapak. Inilah anakmu, anakmu sendiri si Temu Inilah Ki Bango Samparan, bapakku. Hormati dia seperti kalian menghormati aku, karena sebentar lagi aku akan tinggalkan tempat ini. hal 302 6. Baik. Berangkat kau dengan duaratus orang pada malam ini juga. Hindari jalanan negeri, dan berkampung kalian di desa Randu Alas. Muliakan ibuku, Nyi Lembung. …… hal 337 7. Kalian sudah tolong ibu kalian mengangkuti harta benda keluar dari sini. Sekarang, muliakan ibu kalian, jaga hatinya, jaga keselamatannya, dan jangan sekali-kali mencampuri urusan pekuwuan.Serahkan pertahanan pekuwuan padaku seluruhnya, tanpa syarat. hal 474 commit to user 70 8. Kalian lihat, aku adalah seorang Syiwa, istriku, Umang, orang Wisynu, bapa angkatku, Bango Samparan dan Ki Lembung juga orang Wisynu, guruku, Yang Terhormat Tantripala adalah Buddha, mahaguruku, Yang Suci Dang Hyang Lohgawe adalah Syiwa. Aturan- aturan yang baik selama duaratus tahun ini adalah karunia raja Wisynu, Sri Erlangga. Yang jadi ukuran baik tidaknya seseorang bukan bagaimana menyembah para dewa, tetapi dharma pada sesamanya. hal 547 c. Kepahlawanan 1. Ucapkan janjimu, Arok. Sahaya berjanji akan bersetia dan menjaga keselamatan Sang Akuwu dan Paramesywari dan Tumapel. hal 320 2. Janganlah Yang Mulia lupa,yang Yang Mulia hadapi adalah Arok. Lihatlah pasukan sahaya, katanya dengan suara lebih keras. Setiap saat bisa lindas semua tentara Yang Mulia.Tetapi itu bukan tugas Arok dari Yang Suci Dang Hyang Lohgawe. hal 427 3. Jangan kau kira seluruh balatentara Tumapel bisa kalian kuasai. Lihat, ini Arok, yang tetap mempertahankan Tumapel. Dia dan pasukannya akan mempertahankannya sampai titik darah terakhir. Bukan karena imbalan uang, emas dan perak dan singgasana.Hanya karena kesetiaan pada janji. Kau sendiri sudah dengar ucapan Arok di tengah-tengah medan pertempuran, langsung di hadapan Sang Akuwu. Arok dan pasukannya akan tetap setia menjaga keselamatan Sang Akuwu, Paramesywari dan Tumapel. hal 468 d. TradisiKebudayaan 1. Ken Dedes tahu betul tentang persoalan itu. Wayang adalah permainan bodoh dari orang-orang bodoh yang tak mengerti ajaran. Hanya para brahmana yang berhak menafsirkan dan menerangkan commit to user 71 tentang para dewa. Tetapi Sang Hyang Erlangga setelah sepuluh tahun naik tahta telah menitahkan: bukan hanya kaum brahmana saja yang berhak tahu tentang para dewa, semua boleh tahu, pergelarkan melalui wayang, karena bayang-bayang pada leluhur dalam wayang adalah sama dengan bayang-bayang para dewa. hal 127 2. Ken Dedes membawa suaminya naik ke pendopo yang telah digelari dengan hidangan daging babi dan kambing, karena kaum Wisynu menurut adat tidak makan daging hewan yang membantu pertanian. hal 430

B. Pembahasan

1. Latar Belakang Sosial Budaya Pengarang Novel Arok Dedes Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Semi 1993: 73 yang berpendapat bahwa pendekatan sosiologi sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Pengarang sendiri adalah seorang anggota masyaakat yang melihat dan mungkin mengalami masalah-masalah yang ada dalam masyarakat tersebut dan kemudian menuangkannya ke dalam karya sastra. Selanjutnya karya sastra itu dinikmati oleh masyarakat. Di dalam novel Arok Dedes aspek sosial budaya cukup kental baik gejala sosial maupun latar belakang sosial budayanya. Ratna 2004:60 menyebutkan bahwa dasar pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksudkan disebabkan oleh: a karya sastra dihasilkan oleh pengarang; b pengarang adalah anggota masyarakat; c pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat; d hasil karya sastra dimanfaatkan kembali oleh masyarakat. Hal ini tercermin dalan novel Arok Dedes bagian dari aspek sosial yang bahwa sopan santun selalu dijaga dalam kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan, bahwa budaya masyarakat waktu yang masih menghormati guru selalu dipegang teguh juga sopan santun masih dilaksanakan meskipun seorang anak atau murid telah mempunyai kedudukan yang perpustakaan.uns.ac.id commit to user