52
mempersenjatai pasukan kecil untuk modal untuk menumpas seorang demi seorang para tamtama. hal 260
8 Darah pencuci kaki Hyang Mahadewa Syiwa diperlukan anak Mpu
Parwa. Begitulah sepanjang sejarah titah di atas bumi ini.Kuatkan hatimu, jangan jatuh ke bumi sebagai buah membusuk tak mampu
matang.Kau brahmani, kuat hati, kuat ilmu.Hapuskan airmatamu hal 471
9 Yang Mulia, dari semua itu Yang Mulia sendiri sekarang yang
menentukan.Kami dari gerakan Empu Gandring hanya dharma melaksanakan untuk Yang Mulia. 414
b. Data berkaitan dengan aspek budaya :
1 Sebagai brahmana penganut Syiwa, ia tidak rela mengangkat sembah
pada arwah seorang raja, biarpun dikeramatkan sebagai titisan Hyang Wisynu, Seperti kaum brahmana selebihnya ia juga tidak
membenarkan adat baru mengangkat arwah raja menjadi dewa yang harus disembah dan dipinta restunya. Tak pernah itu diajarkan dalam
kitab-kitab suci purba. Orang-orang Wisynu dimulai dengan Erlangga yang membuka adat memuja arwah leluhur, perbuatan khianat pada
para dewa. Semua para dewa yang menentukan, bukan petani-petani bodoh itu. hal 36
2 Tidak, Bapa Mahaguru, orang tak patut melupakannya. Juga sahaya
tidak patut membisukan suatu hal: para brahmana siapa saja yang pernah sahaya temui, hanya mengecam-ngecam, menyumpah dan
mengutuk. Tak seorangpun pernah berniat menghadap Sri Baginda Kretajaya untuk mempersembahkan pendapatnya. Kaum brahmana itu
sendiri yang sebenarnya tak punya keberanian, mereka ketakutan dan justru ketakutan sebelum berbuat, ketakutan untuk berbuat itu yang
menyebabkan para brahmana telah kehilangan kedudukannya selama duaratus tahun ini. Apa sebabnya ketakutan, Bapa mahaguru?
Bukankah itu juga pendapat sendiri? Dan apalah artinya mengetahui, perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
53
berpendapat, kemudian takut padanya? Lihatlah, ini muruid Bapa sudah bicara. Hal 66
3 Yang Mulia Akuwu tidak mengurus pekuwuan ini. Yang Mulia
paramesywari, tapi mengurus negeri. Selingkup pekuwuan ini di tangan Yang Mulia. Yang Mulia tinggal jatuhkan perintah, dan semua
akan terjadi. hal 131 4
Ia tersenyum puas mengetahui wujud dari kekuasaannya sebagai Paramesywari. Pendopo itu dikelilinginya. Dalam hati tak henti-
hentinya ia mengucap syukur kepada Hyang Mahadewa. Kekuasaan ini adalah indah dan nikmat. Ia takkan melepaskannya lagi, dan ia akan
jadikan benteng untuk dirinya sendiri, juga terhadap dukacita dan rusuh hati. hal 133
5 Tiada sesuatu cedera bakal menimpa kalian. Ingat-ingat hari ini. Mulai
saat ini kembalilah memuliakan para dewa, tinggalkan dosa para satria. Hilangkan leluhur itu dari pikiran, dari hati, dari pura dan dari candi.
Para dewalah yang sesungguhnya berkuasa, bukan leluhur siapapun, Celakalah yang mendewakan leluhur. Lihat kalian di langit sebelah
barat sana ...hal 146 6
Mendekati tempat pendulangan segerombolan budak bersenjata menempatkan diri, bersujud dan meletakkan kening di atas tanah.
Mereka adalah penjaga wilayah emas yang terpercaya. Semua lidah mereaka telah dipotong untuk keselamatan kerahasiaan. hal 233
7 Setiap kerusuhan di sesuatu negeri, bukan hanya Tumapel, adalah
pencerminan dari ketidakmampuan yang memerintah, Cucu. Di manakah letaknya ketidakmampuan itu Yang Suci? Dedes
meneruskan Ketidakmampuan itu berasal dari diri semua yang memerintah,
Dedes, ketidakmampuan mengerti kawulnya sendiri, kebutuhannya, kepentingannya. hal 254
commit to user
54
2. Relevansi antara Kenyataan Sejarah Ken Arok dan Ken Dedes pada